Tittle: We Are 3 in Love
Author: Ghee Na Chan
Language: Indonesian
Main Cast:
·
Ryutaro Morimoto
·
Kanon Fukuda
·
Manami Oku and other
Genre: Romance, General
Ranting: T
DISCLAIMER: This fanfic pure made by me. The cast is real.
But the story is 100% fiction. I just fans of Ryuuchan, Machan, and Kanon who
have imagination and made this story ^^.
Sumarry: seseorang merebut ciuman
Manami. Kanon bertemu cinta pertamanya. Apa yg akan di lakukan Ryutaro??
Part 2
Jam menunjukan
pukul 11.25, langit hari itu sedikit berawan hujan sepertinya akan segera
turun. Dan benar saja, gerimis mulai turun secara perlahan. Manami tersenyum
melihatnya ia tak sabar melihat pelangi datang. Entah kenapa ia jadi sangatmenyukai pelangi.
Ting Tong bel
tanda istirahat tlah berbunyi siswa siswi Shopia gakuen mulai beregas menuju
kantin. Kantin Shopia Gakuen tekenal dengan makanan-makanan Internasionalnya.
Yah karna kebanyakan siswa disini adalah bukan warga Negara jepang asli.
Kebanyakan dari mereka adalah percampuran jepang dan Negara lain. Ada juga
orang jepang asli yg bersekolah disini tapi bisa dihitung dengan jari. System
pebelajaran di sekolah ini di adaptasi dari sekolah-sekolah di Eropa sana.
Dengan fasilitas super lengkap dan teknoloi super canggih. ‘Gadget’ adalah barang
wajib yg harus mereka bawa tiap hari kesekolah. Sedangkan peraturan & tata
karma sekolah di ambil dari kebanyakan sekolah di Jepang. Alkuturasi budaya di
sekolah ini bukan lah hal yg asing. Sekolah yg benar-benar hebat bukan?.
Manami masih asyik
memandangi rintik-rintik hujan. Tanpa disadari teman di sebelahnya memandanginnya.
Namanya Jesse Lewis, pria yg lebih muda beberapa bulan darinya. Biasa di
panggil Jesse, Ayahnya berasal dari Amerika sedangkan ibunya berasal dari
Jepang. Ia tinggal di Jepang bersama Ibunya sedangkan Ayahnya sibuk bekerja di
Negara no 1 di dunia itu. Meskipun Ayahnya orang Amerika, mata milik Jesse
kecil seperti kebanyakan orang jepang lainya. Mungkin banyak yg mengira ia
orang Jepang asli. ‘Tinggi‘ mungkin
tinggi badannya yg membuat ia terlihat seperti orang Amerika.
“Maachan” Ia akhirnya bersuara. Tak
ada respon dari Manami.
“Maachan!! Ayo ke Kantin!!” rengek
Jesse, tangannya menarik-narik seragam Manami manja.
“aku tak lapar, aku mau disini
saja.” Jawab Manami tanpa menoleh sedikit pun pada temannya itu. Ia masih asyik
dengan langit yg mulai cerah. Senyumnya semakin lebar ia tak sabar menanti
pelangi.
“kalau gitu, bentomu mana?? Biasanya
kau bawa kn?” Jesse semakin kesal.
“tadi kukasih seseorang, kayaknya
nggak bakal ada jatah bento buatmu lagi” ucap Manami jujur, Jesse agak kecewa
mendengarnya.
“ahhh, niji ga kitta” seru Manami
senang.
“Maachan, why you really love rainbow??”
“I think rainbow is very beautifull, see. That’s color I’m really love it”
akhirnya Manami memperhatikan lawan bicaranya. Dan cup . . . . . .
***
Brukk kotak bento yg sedari tadi di
tangan Ryutaro tiba-tiba jatuh. Kain untuk membungkus bento kurang kuat
ikatannya ternyata. Sehingga kotak bento yg terbuat dari seng itu terjatuh. Beruntung
isinya tak berceceran kemana-mana. Tutupnya masih merekat kuat. Tapi ia yakin
isi didalamnya hancur berantakan. Ia lalu memungutnya, dan segera bergegas
menuju ruang kesehatan. Kanon pasti sudah menunggunya disana. Saat jam
pelajaran ke 3 Kanon meman izin ke ruang kesehatan. Ia demam ringan gara-gara
hujan kemarin. Ryutaro tahu benar bagaimana kondisi kesehatan gadis ia sudah ia
kenal sejak kecil itu. Sebenarnya di gadis yg kuat tapi jika sudah bertemu
hujan Kanon memang gampang sakit. Akhirnya ia sudah sampai di depan ruang
kesehatan. Ia lalu segera masuk, tapi tak ada sambutan dari Kanon. ia masih
terbaring di ranjang, ia menyembunyikan diri di balik selimut.
“kanyonn ayo bangun!! Aku bawa
stroberi banyak lho” rayu Ryutaro.
“aku malu!! Aku lagi sakit, orang yg
lagi sakit kn lagi jelek-jeleknya aku maluu!!” Ryutaro tertawa mendengar ucapan
gadis itu.
“hahaha, aku sudah bertahun-tahun
sama kamu. Muka jelek kamu hal biasa buat aku” ledek Ryutaro.
“Ryuuchan jahatt” rengek Kanon.
“makanya ayo bangun! Minum obatmu
biar cepet sembuh” Ryutaro menarik selimut paksa.
“uwaa . . . yadaa!!” Kanon yg merasa
terancancam menarik selimut kembali. Pertarungan sengit pun terjadi tapi
bagaimana pun, tenaga laki-laki selalu lebih kuat dari perempuan. Kanon pun
pasrah rambut yg berantakan dengan plester penurun deman menempel di pelipisnya,
dan juga kemeja putihnya yg berantakan. Ryutaro tertawa bahagia atas
kemenangannya. Kanon cemberut sambil berusaha menutupi wajahnya dengan bantal.
“udah nggak usah di tutupin kan tadi
keliatan” Kanon akhirnya menyerah. Ryutaro lalu ikut duduk di ranjang.
“aku gk perduli Kanyon lagi jelek
ataupun nggak Kanyon tetaplah Kanyon, semoga cepat sembuh ya” ucapnya tulus.
Dengan lembut ia mengusap rambut hitam Kanon dengan lembut. Kemudian
menempelkan pelipisnya dengan Kanon. mandadak pipi Kanon memerah. Hidung mereka
bertempelan, ia bisa merasakan hembusan nafas dan juga debaran jantung milik
Ryutaro. Tanpa di sadari seseorang datang.
“Kanyon kau su . . . AHHHH!! Gomen
lanjutkan saja, aku pamit dulu” gadis itu lalu pamit pergi.
“AOI!!!! Yabai!!!” seru Kanon dan
Ryutaro bersamaan.
Bukan apa-apa, hanya saja Aoi di
kenal sebagai orang yg blak-blakan. Ia pasti akan segera menyebar berita ini ke
seluruh penjuru sekolah. Ryutaro, Manami, dan Kanon sebenarnya sepakat untuk
tak mengekpos hubungan di antara mereka. Bisa gawat jika orang-orang tahu
hubungan di antara mereka. Dan benar saja setiba mereka di kelas, puluhan mata
memandangi Kanon dan Ryutaro. Seakan berbicara ‘wa selamat ya, ayok makan-makan’. Kanon dan Ryutaro memutuskan
duduk di bangku masing-masing dan mengabaikan padangan teman-teman sekelasnya.
“ne, ne sejak kapan kalian pacaran??
Kukira kalian cuma sahabat” Aoi mulai mengintrograsi.
“etto . . . “ Kanon bingung harus
menjawab apa. Ia mulai menggaruk-garuk
kepalanya yg sama sekali tak gatal. Manik matanya melirik Ryutaro yg
duduk tak jauh dari bangkunya, ia juga bernasib sama. Aoi terlihat tak sabar
menunggu jawaban dari Kanon. Ting Tong
bel tanda istrirahat tlah selesai berbunyi, Hayashi sensei guru mapel bahasa
inggris memasuki kelas. Kanon & Ryutaro bernafas lega, setidaknya mereka
terselamatkan.
***
Jalanan di penuhi
siswa siswi yg baru pulang dari sekolahnya. Hari ini langit cerah, cahaya
kemasan senja menghiasi langit kala itu.
“ne, ryuchan beneran nggak papa nh
kita ketauan pacaran aku nggak enak sama Maachan”
“mau gimana lagi?? Aoi-tan
bener-bener dh, si Juri mulai genit mau PDKT sama Maachan lgi”
“hahaha, aku cemburu nih. Oh ya
lagi-lagi maaf ya dompetmu makin tipis lagi gara-gara pada minta traktiran.
Nanti ku ganti dh, kalo udah ada duit.” Canda Kanon.
“ganti 10 kali lipat lho, hahaha.
Ahh saatnya kita berpisah, jya” Tak
terasa mereka sudah harus berpisah, Kanon harus pergi menuju halte terdekat
sedangkan Ryutaro harus pergi kearah stasiun. Ryutaro bergegas menuju stasiun.
Ia bergegas masuk menuju mesin penjual tiket biasanya Manami menunggunya di
bangku tak jauh dari sana.
“ehh??!” ia agak kecewa tak ada
Manami disana. Ia memutuskan mengambil keitai miliknya yg sedari tadi ada di
tas, berharap ada email dari Manami. Dan benar saja, Manami memberitahunya ia
tak bisa pulang bersama seperti biasa. Ada urusan katanya.
Kanon melangkahkan
kakinya santai menuju halte yg jaraknya kurang dari 300 m darinya. Jadwal bus
menuju rumahnya masih 30 menit lagi jadi ia bisa bersantai. Ia benar-benar
senang hari ini. Teman-temannya akhirnya tahu ia dan Ryutaro berpacaran. Paling
tidak selama di sekolah Ryutaro miliknya. Ia agak tak enak pada Manami juga
sebenarnya, Tapi apa boleh buat.
“Kanyon!!” ia mendengar ada yg
memanggil namanya. Di carinya sumber suara tadi, dan ia kini menemukannya.
Manami yg memanggilnya, ia sedang berdiri manis di halte, melambai-lambaikan
tangan padanya.
“Maachan??!! Doushitano??? Kenapa
kau disini?? Kau harusnya pulang sama Ryuu kan?” Kanon langsung memberondong
Manami dengan pertanyaan.
“nee, bisa bicara sebentar” Manami
lalu membawannya ke taman kota tak jauh dari situ.
“sebenarnya . . . “ raut wajah
Manami yg sedari tadi ceria berubah jadi sedih, wajahnya memerah menahan
tangisnya agar tak pecah.
“maachan?? Ada apa??” Kanon
mendekati gadis berambut panjang kecoklatan ini.
“se . . . seorang merebut ciumanku,
apa yg harus kulakukan??!!” air mata Manami kini benar-benar tumpah. Manami
lalu menceritakan semuanya.
“ehh??!”
“izinkan aku menghapus kenangan
jelek itu bersama ryuuchan, onegai” Kanon kaget dan masih belum mengerti.
Mengapa gadis ini memberitahu semuanya padanya. Padahal bisa saja ia
menggunakan rahasia ini untuk menyerang Manami dan Ryutaro akan menjadi
miliknya seutuhnya. Kanon tak tahu harus menyebut Manami benar-benar polos
ataukah bodoh. Mana ada minta izin sama rivalnya sendiri. Bahkan Kanon tak
pernah izin pada Manami ketika ia berpelukan atau berciuman di sekolah.
“itu hakmu, tak perlu minta izin padaku”
“benarkah??? Sankyuu, kalau gitu aku
pergi dulu bye bye” Manami lalu meninggalkannya dengan wajah cerah
Manami berlari dengan bersemangat
menuju stasiun. Sambil berlari kecil ia mengambil ponselnya segera menghubungi
Ryutaro.
“moshi moshi” sapa Ryutaro.
“ryuuchan kau masih di stasiun kan??
Tunggu aku ya”
“ya aku masih disini, ada apa??”
klik bukannya menjawab Manami menutup flip ponselnya. Ia tak sabar menemui
Ryutaro.
Tak terasa Manami sampai ia pun
mempercepat langkahnya memasuki stasiun. Dengan nafas yg terengah ia mencari
keberadaan Ryutaro. tak lama kemudian ia menemukan sosok yg ia cari. Ia disana
sedang duduk di bangku dekat mesin penjual tiket, sedang sibuk memainkan
ponselnya. Buru-buru Manami menemuinya.
“hosh . . . hosh . . . Ryuuchan tolong cium aku!!”
“eh?? Disini???!” Manami mengangguk.
“baiklah, sini” Ryutaro
menepuk-nepuk bangku yg masih kosong di sampingnya, Manami pun menurut. Ryutaro
lalu mengambil buku pelajarannya di dalam tas. Ryutaro menginsyaratkan untuk
lebih mendekat. Manami pun menurut wajahnya bersemu merah begitu juga Ryutaro.
Wajah mereka makin mendekat. Ryutaro menutupinya menggunakan buku pelajarannya.
Dan cup Ryutaro mengecup lembut bibir gadisnya. Ryutaro merasa pipinya mulai
basah, ini bukan air mata miliknya tapi milik Manami. Merasa tak enak ia segera
menyudahi ciuman mesra mereka.
“maachan?? Doushitano??” tanyanya
lembut jemarinya sibuk mengeringkan air mata Manami.
“gomen, sebenarnya temanku tadi
menciumku” ucap Manami jujur. Wajah Ryutaro memerah padam, ingin rasanya
memarahi Manami tapi ia tahu pasti pria itu memaksanya.
“siapa dia?? Apa aku mesti
menghukumnya??”
***
Selepas kepergian Manami, Kanon masih duduk
sendian di taman. Ia benar-benar tak habis pikir pada Manami. Merasa bosan ia
memutuskan jalan-jalan sebentar, bus yg akan ditumpanginya pasti sudah jauh
meninggalkannya. Ia memutuskan mampir ke kedai es krim di sebrang jalan. Ia
butuh cemilan untuk mengembalikan moodnya. Ia memasuki kedai es krim yg sedang
ramai pengunjung itu. Setelah di persilahkan masuk dan duduk di meja khusus
untuk satu orang. Kanon mulai memilih menu.
“mau pesan apa nona??”
“es krim stroberi special ukuran
jumbo ya” ucap Kanon sambil terus menatap gambar es krim stoberi yg lezat di
buku menu.
“apa kau yakin bisa menghabiskanya,
Kanon-chan” Kanon kaget kenapa pelayan ini tahu namanya. Ia memutuskan melihat
lawan bicaranya.
“Chinen-kun??!!” dalam sekejap
pipinya memerah, jantungnya berdegup kecang. Sudah hampir 3 tahun mereka tak
bertemu. Namanya Chinen Yuri tingginya kira-kira 5-6 cm di atasnya. Badannya yg
mungil dan wajah luar biasa manisnya membuat siapa saja gemas. Chinen adalah
kakak kelasnya waktu SMP dan dia cinta pertamanya.
1 komentar:
uwaa >//< ada OTP favorit saya disini >//< #terus XD
ini fanfic bakal seru dah ceritanya XD
/langsung ke chap berikutnya/ XD
Posting Komentar