ghee na chan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Be Strong Woman




Hari ini aku akan membicarakan satu hal yang akhir-akhir ini berkecamuk dalam kepalaku.
Meskipun gambarnya drama sebelah yang baru kutonton 30 menit pertama, tapi aku tak akan membahas drama kali ini.
Seperti judulnya 'Be Strong Woman' . Strong disini bukan berarti aku menyuruh kalian menjadi wanita kuat yang berotot ya. Kuat dalam hal lain.

Pemikiran awalku mengenai menjadi wanita kuat berawal dari tahun lalu. Semenjak aku berkutat dengan yang namanya 'Feminisme' berkat skripsiku. Jadi skripsiku berusaha mengungkapkan nilai-nilai feminisme dalam karya sastra. Nah mau nggak mau aku belajar banyak tentang feminisme.

Feminisme sendiri merupakan paham yang berusaha menyeimbangkan derajat lelaki dan perempuan. Mungkin banyak orang diluar sana yang berpikir feminisme mengajarkan wanita untuk membenci lelaki, tapi itu salah. Feminisme hanya ingin derajat lelaki dan perempuan sama. Bukan berarti seorang feminis tak butuh lelaki seumur hidupnya. Ada berbagai aliran feminisme, dan satu yang kupercayai dan jadikan pedoman. Yaitu jadilah wanita yang mandiri meski ada dan tanpa lelaki wanita bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang. Salah satu cara menjadi wanita yang madiri yaitu dengan berpendidikan, lewat pendidikan seorang wanita makin paham bahwa wanita juga punya tempatnya sendiri dan punya hak untuk mengembangkan diri. Wanita tak melulu berakhir jadi Ibu rumah tangga, kalaupun nantinya jadi Ibu rumah tangga mereka akan jadi Ibu yang cerdas. Hal lain yang menjadikan wanita itu mandiri yaitu lewat bekerja. Dengan bekerja seorang wanita tak akan bergantung secara finansial pada suami mereka nantinya.

Seorang wanita yang berpendidikan dan mandiri secara finansial memiliki nilai lebih tinggi dibanding wanita lainya. Paling tidak lelaki akan berpikir 2 kali untuk mempermaikan wanita. Kalaupun nantinya dipermainkan wantita tersebut tak akan merengek karena kehilangan tempatnya bergantung selama ini.

Berkat pengetahuan baruku itu pemikiranku berubah. 2 tahun lalu saat usiaku genap 20 tahun aku bercita-cita menikahi lelaki yang mapan dan aku bisa menikmati hidup sebagai nyonya muda yang lowong tiap harinya. Haha, lugu sekali mungkin efek terlalu banyak menonton drama. Tapi sekarang aku tak berpikir demikian, mapan atau tidak selama sama-sama berpendidikan dan satu visi itu tak masalah. Aku lebih menyukai lelaki yang membebaskan istrinya untuk bekerja dan tak mengekangnya dalam rumah hanya karena si wanita resmi menjadi milik si lelaki. NO!! seorang wanita yang menghabiskan waktunya hanya di rumah bagiku sangat membosankan. Meskipun bukan pekerjaan kantoran bisalah ya kerjaan yang bisa dilakuin dirumah. Jualan online, nulis, catering dan lain-lain. Bayangkan rutinitasmu dari pagi sampai malam itu-itu saja, suatu hari pasti bakal jenuh kecuali yang melakukannya dengan senang hati.

Aku jadi miris mengingat beberapa temanku yang nyaris menikah, dan menjadi ibu rumah tangga full time. Bukannya salah, hanya saja aku tak suka sikap para calon suaminya yang membatasi kebebasanya. Kalau nih suatu hari si suami selingkuh ataupun kdrt, mau minta cerai mikir-mikir dulu.
"nanti anakku sama aku makan apa nanti?" 
Nah lohh.... bukannya aku mengajak wanita tak mencintai keluarganya dengan sibuk bekerja. 'Be Strong Woman' disini aku mengajak para wanita menjadi Ibu rumah tangga sekaligus wanita pekerja.

Kenapa aku bilang 'Strong' karena bekerja dan menjadi Ibu rumah tangga bukan hal mudah loh. Anak yang tumbuh tanpa kasih sayang Ibunya bisa menyeleweng loh jalannya, jadi hati-hati. Menjadi 'Strong' juga berarti kita nggak bisa selalu bergantung pada lelaki. Misalnya bisa nyetir motor atau mobil jadi nggak selalu dianter kemana-mana.


Jadi intinya belajar feminisme mengajarkanku buat jadi wanita mandiri yang nggak menye-menye(?). Feminisme juga mengajarkan keindahan saling pengertian antara lelaki dan perempuan. Karena pada dasarnya feminisme percaya lelaki dan wanita memiliki derajat yang sama. Misal suatu hari sang suami lagi sakit terus tiba-tiba lampu dapur mati, si istri nggak perlu nungguin si suami sembuh buat gantiin manjat tangga ganti lampu. Nggak perlu pake alasan 'kan aku cewek, nanti kalo jatoh gimana?'. NONO! feminisme mengharamkan alasan seperti itu. Begitu pula kalau sang istri sibuk, si suami nggak perlu jaim gantiin di dapur. Kehidupan rumah tangga seperti itu pasti adem ayem.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS