ghee na chan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Aku dan Nagoya

Malam ini hujan turun membasahi bumi ini mesra. Suara rintik-rintik hujan yang jatuh ke genting terdengar samar dari dalam kamar. Aku menikmati alunan suara rintik-rintik yang terdengar menenangkan itu. Hari ini kalenderku menunjukan tanggal 4 April, itu besok artinya tanggal 5 April. Hari yang ku tunggu tiba. Hari penentuan akhir dari salah satu tujuanku. Tujuan yang awalnya ku pikir hanya sebuah mimpi yang entah bisa kuraih ataupun tidak.


Sebagai seorang pemimpi, sejak kecil aku sering menghabiskan waktuku tenggelam dalam lamunanku. Aku ingat betul saat kecil aku kerap menghabiskan waktuku sendirian di dalam kamar, lebih memilih di kelilingi boneka-boneka empuk nan lucu, meskipun beberapa dari mereka baunya kurang sedap. Aku berterimakasih pada adikku yang telah membuat aroma mereka berubah. Ya, ku habiskan waktuku bermain dengan mereka, aku akan menjadi seorang sutradara dan penentu kehidupan boneka-boneka itu. Misalnya seorang beruang kecil yang kehilangan kakinya yang akhirnya bertemu dengan kawan-kawan yang menerimanya dengan hangat, atau kisah picisan ala putri-putri dongeng. Sejak saat itu aku juga sering membayangkan apa yang terjadi padaku di masa depan.

Aku membayangkan diriku keluar dari bandara mententeng sebuah koper besar, dan baru pulang berpergian dari luar negeri. Demi semakin dekat dengan mimpiku aku nekat dan berhasil masuk perguruan tinggi negeri. Dengan masuk perguruan tinggi bergengsi aku akan lebih dekat dengan mimpiku. Namun ternyata mempersempit jarak saja tidak cukup. Diperlukan niat dan juga usaha. Tak di pungkiri ada beberapa kesempatan bagus yang aku lewatkan karena aku terlalu dibuai indahnya dunia nyata. Saat aku sadar itu sudah terlambat. Sial! Aku menyia-nyiakan kesempatan.

Lalu di akhir statusku sebagai mahasiswa aku mencoba bergabung dengan sebuah organisasi yang menyalurkan pemuda-pemudi dari seluruh dunia untuk mencoba mencari pengalaman di luar sana. Jalanku tak mulus, wawancara pertamaku aku dihadapkan dengan wawancara bilingual, ah tidak tapi wawancara bilingual. Kebetulan saat itu seorang perwakilan daari Jepang tiba untuk mencari para mahasiswa yang ingin magang kesana. Dengan persiapan apa adanya aku berhasil melewati wawancara bahasa jepangku dengan lancar. Bahkan dibanding teman-temanku aku yang paling lancar menjawab. Namun aku ditolak, karena kemampuan speaking bahasa inggrisku di bawah rata-rata. Tak menyerah aku mencoba kembali untuk bergabung, setelah menyiapkan diri dengan bahasa ingggris yang lebih baik tentunya, dan akhirnya aku lolos.



Perjuanganku tidak sampai situ, karena kini aku harus mendaftar keberbagai perusahaan yang maun menerimaku sebagai pemagang. Wawancara pertamaku dengan sebuah perusahaan Kimono di Kyoto sana. Aku gagal di tahap pertama, karena aku sedikit gagap dalam menjawab. Wawancara keduaku dengan sebuah perusahaan pariwisata , tepatnya taman permainan Fujikyuu dan aku lolos tahap pertama. Tapi sayang tahap kedua aku gagal, padahal aku sudah selesai mengurus paspor. Alasanya tidak lain karena aku kurang persiapan dan riset mengenai perusahaan tersebuat. Dan wawancar ketigaku dengan sebuah perusahaan di bidang pendidikan bahasa Jepang untuk pekerja asing di sebuah kota di prefetur Aichi. Aku pikir ini adalah wawancara terakhirku, saat itu aku nyaris lulus dan progam ini memang di peruntukan untuk para mahasiswa aktif. Dan ternyata ini benar-benar wawancara terakhir, AKU DITERIMA.

Namun disisi lain aku merasa bimbang, karena saat di umumkan aku telah dinyatakan lulus. Aku berkonsultasi pada dosenku, bahkan sampai dekan fakultasku dan hasilnya aku harus menolak kesempatan ini. Mereka enggan memberikan rekomendasi karena aku bukan mahasiswa aktif lagi bila terjadi sesuatu mereka tentu akan ikut bertanggung jawab. Saat telah kusampaikan aku menolak kesempatan itu seminggu kemudian aku mendapat kabar aku bisa mengambil kesempatan itu asal aku mendapatkan surat rekomendasi dari tempat kerjaku.

Aku ingat betul hari dimana aku memutuskan menolak kesempatan itu. Aku menangis dihadapan sobatku, mengingat perjuanganku selama ini yang tak mudah. Terlebih pekerjaan yang akan ku kerjakan nanti saling berhubungan dengan pekerjaanku sekarang. Saat aku menerima berita aku bisa mengambil kesempatan itu, aku senang bukan main. Kupikir tuhan ini adalah hadiah dari tuhan atas kerja kerasku selama ini. Aku langsung menyiapkan berkas-berkas dan memeritahu bossku. Karena tadinya aku memutuskan menerima tawaran bossku untuk menjalankan studi di Jepang lewat rekomendasi beliau. Tapi jalanku tak semulus itu ternyata.

Lagi-lagi aku menemukan hambatan, mendadak orang yang menjadi penanggung jawabku sekaligus perantara antara aku dan perusahaan mulai sulit dihubungi. Dokumen yang sudah ku selesaikan akhir tahun lalu baru tiba di Jepang bulan Februari lalu. Karena aku menunggu konfirmasi darinya dan juga alamat tujuan dokumenku dikirimkan. Menurut kesepakatan awal aku akan mulai bekerja musim semi ini hingga akhir musim panas. Namun hingga 1 bulan keberangkatan aku belum menerima surat keterangan tingggal di Jepang atau biasa disebut COE. Surat itu dipakai untuk membuat visa sebelum berangkat.

Usut punya usut penanggung jawabku belum penerima surat-surat tambahan dari perusahaan untuk dibuatkan COE ke kantor imigrasi sana. Hasilnya keberangkatanku di tunda semusim kemudian, harusnya awal pertengahan bulan ini mereka telah membari kabar tentang pengurusah surat-surat tersebut. Tapi ternyata mereka masih kesulita mendapatkan data-data pendukung dari perusahaan. Lalu dari perbincangan terakhir kami harusnya besok mereka sudah memberi kabar. Semoga besok semuanya menjadi selas, supaya nasibku tak terkatung-katung seperti ini. Jika aku gagal paling tidak aku bisa mencoba kesempatan lain yang ada di depan mata.

Bila memang ini rejekiku dan yang tebaik untukku, aku berdoa di beri kelancaran. Semoga penanggung jawabku bisa menyelesaikan tugasnya dengan lancar. Aamiin.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS