Kimi wo mamoritai (Aku ingin melindungimu)
Takkan kubiarkan ia membuatmu menangis. Sedikit saja ia menyentuhmu aku takkan tinggal diam. Meskipun ini terlalu cepat, tapi aku mencintaimu.
Yamada
POV
Aku
terus menggandeng tangannya menjauh dari Yuto. Rasanya aku tak ingin
membiarkanmereka berdua bertemu. Yuto, kupikir dia hanya main kasar pada
orang-orang sepertiku. Aku bisa memaafkannya jika seperti itu. Tapi malam itu,
aku melihatnya dengan mataku sendiri. Haruna hampir kehilangan kesuciannya.
Berutung Tamai-sensei dan aku cepat datang. Aku tak ingin hal mengerikan macam
itu terjadi padanya. Aku ingin melindunginya. Tiba-tiba ia melepaskan tanganku.
Merasa penasaran, aku berbalik menatapnya.
“aku
takut . . . hiks” wajah cantiknya sudah basah oleh air mata. Aku merasa
bersalah membawanya kabur.
“nggak
usah takut, aku disini” ucapku tulus. Aku lalu mendekat padanya.
“konaide,
Yuto pasti cemburu ngeliat kita. Ia
masih nganggep aku Haruka.”
“aku
takut Yuto ngelakuin hal aneh ke kamu.” Aku tersenyum mendengar ucapannya. Ia
mengkhawatirkanku ternyata.
“Haruna,
aku nggak takut. aku nggak perduli dia bakal mukulin aku berapa kali pun nggak
akan kubales. Tapi kalo dia dah macem-macem ke kamu nggak bakal diem.”
“Haruna
no koto suki dakara” kulihat wajahnya memerah mendengar penyataan cintaku. Aku
mendekat padanya lalu mencium bibirnya singkat.
***
Langit
ke-emasan menemani langkah kami ketempat yang sunyi ini. Hanya deru angin yg
menerbangkan dedaunan kering. Aroma khas dupa mengelitik hidung kami. Langkah
kami terhenti di depan batu nisan bertuliskan Okamoto Keito. Haruna, menatapku
penuh tanya. Aku membawanya kesini karna kurasa ia harus mengetahui siapa
diriku sebenarnya. Tentang masa laluku yang kelam dan juga dosa-dosaku.
“Haruna
kau tahu, aku yang dulu tak jauh berbeda dari Yuto yang sekarang”
“bahkan
lebih parah, secara tak langsung aku telah membunuhnya.”
Wushh . . .
Hembusan
angin kencang menerbangkan dedaunan di sekitar kami. Haruna menatapku tak
percaya. Tak ada satu katapun keluar dari mulutnya. Sepertinya ia masih sibuk
mencerna kata-kataku tadi.
“karna
hal itu orangtuaku membuangku kesini, membiarkan aku sendiri meratapi dosa-dosa
masa laluku”
“jadi
aku menerima perlakuan Yuto selama ini kepadaku, karna ku tahu ini hukuman
untukku. Tapi jika ia mulai menyentuhmu aku takkan tinggal diam.” Ucapku serius.
“kau
menindasnya? Tak bisa dimaafkan” ucapnya dingin. Aku tersenyum kecut sambil
menunduk.
“tapi
itu kan Yamada yang dulu, Yamada yang sekarang adalah pria baik yang akan
selalu disampingku dan melindungiku kan” gadis ini tersenyum manis padaku. Ahh
cantiknya. Ia lalu mengambil dupa lalu membakarnya. Tangannya mengatup rapat
mendoakan arwah Keito. Aku mengikutinya, berdoa Keito memaafkan kesalahanku dan
semoga ia tenang dialam sana. Semoga dikehidupan selanjutnya kami bisa berteman
akrab. Karna ia adalah pria yang lembut dan hangat. Hal itu pulalah yang
membuatku iri padanya.
“nee,
Yamada-kun mau menemaniku beli kue? Kebetulan hari ini Shiori ulang tahun aku
mau kasih kejutan ke dia” aku mengangguk pelan. Aku langsung menyambar
tangannya. Terasa hangat, kami lalu berjalan beriringan sambil bergandengan
tangan. Romatis sekali, seandainya aku bisa menghentikan waktu.
***
Malam
sudah larut aku bergegas pulang ke apartemenku. Malam ini Haruna menginap di
rumah Tamai-sensei, Shiori bersikeras menahan haruna agar tak pulang. Namun
hari ini sangat menyenangkan hampir seharian aku bersama Haruna. Aku
senyam-senyum sendiri membayangkannya. Mungkin jika aku tak pernah menindas
Keito aku takkan bertemu Haruna.
Aku
berhenti sejenak sebelum menyebrang zebra cross meskipun jalanan sudah sepi.
Hampir tak ada mobil yang lewat. Bahkan aku satu-satunya orang yang hendak
menyebrang. aku tetap sabar menanti
lampu pejalan kaki berwarna hijau.
Ting
Lampu
berubah menjadi hijau. Merasa aman aku bergegas menyebrang. Namun tiba-tiba
dari arah selatan sebuah mobil melaju kencang menabrakku. Tubuhku terlempar
beberapa meter lalu mendarat dengan kasar
menabrak aspal. Aku merasa beberapa tulangku patah. Cairan anyir
berwarna merah merembes berlomba keluar dari tubuhku. Badanku terasa nyeri
sekaligus lemas. Orang-orang mulai berkerumun melihatku. Mereka memasang
tampang iba. Tapi salah satu dari mereka memasang tampang penuh kemenangan,
Yuto. Ia benar-benar gila aku bahkan tak pernah berfikir menghabisi nyawa orang
lain.
Uhukkuhukk
Darah
segar keluar dari mulutku. Nafasku terasa semakin sesak. Kesadaranku semakin
pudar. Tak terasa air mata mulai merembes darimataku. oh tuhan aku tak ingin
hidupku berakhir disini, Haruna. Aku ingin melindunginya. Melindunginya dari
sahabatnya yang sudah kehilangan akal sehatnya ini.
Tsuzuku
~
0 komentar:
Posting Komentar