Author: ghee na chan / Nachii73
Cast: Tamai Shiori, Nakajima Yuto etc
Language: Indonesia
Genre: General, Friendship
Disclaimer: This fanfic pure made by me. The cast 100% real in this word but story just a fiction. Happy reading ^.^
(Sumary)
Meskipun sepasang kekasih, Shiori dan Yuto tak memiliki waktu bersama. Padahal mereka sekolah dan bekerja ditempat yang sama, Shiori benar-benar frustasi rasanya lebih baik mereka menjadi teman sekelas dan rekan kerja saja.
Tubuhnya langsing
dengan tinggi 160 cm. Rambutnya yang pendek sebahu di kepang menjadi 2. Dengan
poni rata sebatas alis yang baru di potong minggu lalu. Manik matanya berwarna
coklat. Hidungnya mungil ditambah lesung di bawah bibirnya membuatnya terlihat
manis. Selain murah senyum ia juga sangat
senang berbicara dan mencari topik pembicaraan yang menarik. Sehingga para
pelanggan nyaman berada didekatnya.
“Tama-chan kau
memotong ponimu ya, sangat manis” Komentar seorang pelanggan pria yang datang
untuk menbayar.
“A, kupikir akan
jadi aneh tapi syukurlah ada yang menyukainya”
“kembaliannya 350
yen ya, Arigatou gozaimasu” Ucapnya
sambil membungkuk hormat.
“Aa, kemarin
kebetulan saat menemani adikku aku menemukan ini, kurasa cocok untukmu”
“Uwa kawaii” Ucap Shiori sambil menerima
karet rambut dengan hiasan pita yang manis. Senyumnya merekah lebar memandangi
benda manis ditangannya.
“Emm sebenarnya disini
ada aturan utuk tidak menerima pemberian dari pelanggan“ Wajah gadis itu
berubah kecewa, sambil menyerahkan kembali karet rambut itu.
“Diam-diam saja tak
apa toh cuma karet rambut” Hasut pria berbadan gembul itu. Gadis itu berpikir
kembali.
“Ya begitu saja,
sekali lagi Arigatou Goza …”
Pats
Tiba-tiba karet
rambut itu diambil paksa. Yuto, entah sejak kapan lelaki itu memperhatikan
mereka. Wajahnya merah padam menahan amarah.
“Tamai-san, kau
tahu sendiri kan aturan untuk para
pekerja disini?” Meskipun tidak bernada keras tapi Shiori tahu lelaki itu marah
padanya.
“Okyaku-sama, kami mohon maaf tapi
memberikan hadiah ke para pekerja dilarang disini” Lelaki berusaha sesopan
mungkin sambil mengembalikan benda berwarna kuning itu. Lelaki itu mengambilnya
kembali dengan wajah masam lalu bergegas pergi.
“Arigatou gozaimasu” Shiori dan Yuto membungkuk
sopan.
Selepas sang
pelanggan pergi wajah gadis itu masih masam. Raut wajah lelaki disampingnya
juga masih sama. Hatinya terbakar api cemburu melihat kekasihnya merima
pemberian orang lain. Bahkan selama pacaran 3 bulan ini, ia belum memberika
sesuatu pada gadisnya. Aturan kerja hanyalah kedok untuk menutupi
kecemburuannya.
“Shiori” Kali ini
Yuto mencoba lebih lembut. Gadis itu hanya terdiam. Sepertinya ia marah.
“Nanti sore shif
kita selesai bareng kan? nanti mampir toko dekat stasiun ya. Nanti aku belikan
karet rambut yang lebih manis”. Tawarnya. Gadis itu menatap kekasihnya tak
percaya. Seulas senyum merekar di bibirnya.
“Yaksoku?” ucap gadis itu sambil
mengacungkan kelingkingnya.
“Un yakusoku”. Balas Yuto sambil
menautkan kelingkingnya.
***
Cahaya matahari
mulai meredup. Sang matahari sudah bersiap untuk kembali ke tempat
beristirahatnya. Namun Palace terlihat semakin sibuk. Menjelang malam seperti
ini biasa banyak pengunjung yang berdatangan. Bahkan Shiori harus bersabar
menabah jam kerjanya. Rekannya Haruka belum juga tiba. Jam berbentuk cokkies
itu sudah menunjukan pukul 5 sore. Gadis itu menarik nafasnya panjang sambil
mengelap meja. Rasanya rencananya
bersama Yuto kembali gagal. Lelaki itu pun terlihat tak perduli masih sibuk
dengan tamu dimeja 10. 2 Orang wanita cantik yang sepertinya anak kuliahan. Lihat
raut wajahnya yang bahagia, pasti ia lupa dengan janjinya. Melemparkan
senyumnya ke 2 wanita itu. Uhh rasanya Shiori ingin segera pulang.
“Tama-chan biar aku
lanjutkan, maaf datang terlambat kau bisa pulang sekarang”. Haruka datang sudah
lengkap dengan seragamnnya. Shiori bisa sedikit merasa lega.
Gadis itu bergegas
menuju ruang ganti. Dibukanya loker bertuliskan namanya. Lalu diambilnya
pakaiannya lalu segera menggantinya. Tak lupa ransel birunya yang menggantung
di pintu loker dia ambil. Saat mengambil ranselnya gadis itu menjatuhkan foto
yang menggantung dibelakangnya. Dipungutnya selembar foto itu. Foto hari
pertama ia bekerja disini bersama Yuto. Hari itu pula Ia dan Yuto mengikrarkan
diri sebagai sepasang kekasih. Tapi persetan dengan semuanya, meskipun mereka
selalu bersama di sekolah Maupun ditempat kerja hubungan merek a tak
berlangsung baik. Jemarinya meremas foto itu lalu melemparkannya ke tempat
sampah.
“osakini shitsureishimasu” Pamitnya
pulang.
“Otsukaresama ~” Timpal Ryosuke yang
kebetulan ada disana.
“nggak bareng Yuto?”
Selidik Yamada
“Ia sepertinya
masih bersenang-senang disana, shitsurei
shimasu” Pamitnya dengan nada kesal.
Lagian siapa lagi
yang tak kesal. Berkali-kali Yuto mengingkari janjinya. Saat dirinya dekat
dengan lelaki lain Yuto langsung marah. Tapi dirinya sendiri dengan bebasnya
dekat dengan para tamu wanita itu. Uhh rasanya hubungan mereka tak perlu
dipertahankan lagi. Kembali menjadi status teman sekelas dan teman kerja
seperti dahulu. Padahal gadis itu pikir bekerja ditempat yang sama dengan pacar
menyenangkan tapi ternyata tidak. Setelah membungkuk memberi salam perpisahan
pada Tenchou-nya gadis itu segera pergi. Begitu keluar dari pintu dapur matanya
langsung bertemu dengan lelaki jangkung itu. Ia masih tertawa bersama para tamu
disana.
‘cih’ gadis itu
membuang muka berusaha tak menatapnya, lalu segera berjalan ke pintu keluar.
“Otsukare sama ~” sapa Umika yang setia
didepan meja kasir. Gadis itu lalu mengangguk sambil tersenyul simpul lalu
membalas.
“Otsukare sama~” Namun sepertinya hal itu
menarik perhatian Yuto. Lelaki itu buru-buru menyudahi pembicaraaanya lalu
pergi ketempat Shiori. Sebelum lelaki itu tiba disana gadis itu sudah
menghilang dari pintu keluar. Sontak lelaki itu berlari mengejar gadisnya.
“Shiori!” Panggil
lelaki itu sambil menarik lengan mungil gadisnya.
“Kenapa tak
menungguku?” gadis itu tak menjawab. Ia
hanya menronta lengannya minta dilepas.
“Tunggu
sebentar ya , bukankah kita rencana
mampir beli hadiah buatmu”
“Nggak butuh!”
Gadis itu masih mencoba melepaskan genggaman lelaki ini.
“Ayo kita akhiri”
bersamaan dengan selesainya kalimat Shiori, gadis itu kehilangan keseimbagannya,
jatuh ke tanah. Membuat pot kecil bunga matahari itu jatuh. Yuto yang sedari
tadi mengcengkramnya erat tiba-tiba kehiangan tenaganya.
“Eeh?”
“Aku mau kita
putus” ucap gadis itu sambil mencoba bangun. Tanpa mau mendengar reaksi Yuto
gadis itu berlari pergi. Meninggalkan Yuto yang masih bingung.
“Putus?” Ulang
Yuto. Ia masih bertanya-tanya kejadian tadi benar-benar nyata atau tidak.
Sambil menunduk mengambil pot bunga kecil itu, lalu mengembalikannya ke
tempatnya. Tak butuh waktu lama lekaki itu kembli kedalam Palace. Tak enak
menjadi bahan tontonan tamu. Di depan meja kasir Umika yang menyaksikan
kejadian tadi dari awal hingga akhir tak bisa berkata apapun.
“Mereka kenapa?”
Tiba-tiba Ryosuke sudah berada dismpingnya. Wajahnya terlihat penasaran dengan
kejadian tadi.
“Biasa masalah
orang pacaran” Jawabnya, Ryosuke
mengangguk-angguk mengerti.
***
Matahari bersinar
terik, suara serangga berderu kencang. Dedaunan hijau bergemersik tertiup angin.
Buah berwarna merah itu bergoyang-goyang
pada tangkainya. Meskipun matahari bersinar terik 2 sejoli itu sama sekali tak
berkeringat. Udara dingin khas pegunungan membuat mereka merasa sejuk. Berada
jauh puluhan kilometer dari pusat kota, dengan deretan perbukitan dan
pepohonan. Perkebunan pribadi keluarga Yamada membentang luas dengan tanaman
buah dan sayur. Diatas bukit sebelah sana terdapat pondok kecil untuk beristirahat.
Tempat yang tepat untuk berlibur. Menghilangkan penat dari pekerjaan dengan
menikmati alam. Tapi tidak dengan Yuto dan Shiori.
Keduanya tiba-tiba
dipaksa Tencounya memanen buah Stoberi di kebunnya. Pagi tadi saat Shiori masih
bergelung dalam selimutnya. Umika datang membangunkannya menyuruhnya besiap.
Padahal gadis itu berencana bermalas-malasan di rumah hari ini. Dan begitu
kagetnya ia, saat memasuki mobil merah milik Ryosuke, Yuto sudah duduk manis
disana. Begitu sampai ke perkebunan, Ryosuke dan Umika pergi entah kemana
meninggalkanke-2nya dengan pekerjaan
ini.
Lengan gadis itu
mengamit sekarung pupuk hendak memindahkannya menuju kereta dorong. Hendak disimpan
di gudang. Dengan sekuat tenaganya ia membopong karung putih. Dengan jalan yang
tertatih gadis itu berusaha
menyeimbangkan tubuhnya.
Brukk
“Itte!” Bersamaan
dengan karung pupuk jatuh gadis itu mengerang kesakitan. Ia sedikit menyesal
sok kuat dan membuat dirinya sendiri terluka. Rasanya kaki kanannya terkilir
sekarang. Beruntung karung pupuk itu tak pecah.
“Daijoubu?!” Yuto datang, wajahnya
terlihat khawatir. Gadis itu terdiam tak mau menjawab. Ia tak mau mogok
bicaranya gagal. Satu patah katapun takkan ia keluarkan sebelum lelaki itu
meminta maaf. Dengan wajah masam, ia berusaha bangun.
“Itte” Erangnya kesakitan.
“Sudalah nggak usah
sok kuat” Protes Yuto. Tanpa permisi lelaki itu membopong gadis itu menuju
pondok. Tentu saja gadis meronta ingin turun. Tetapi lelaki itu tak perduli, Ia
tetap mengantarnya masuk lalu membiarkannya duduk di sofa. Karna merasa haus
lelaki itu pergi kedapur mengambil air mineral, tak lupa ia juga mengambil
untuk Shiori.
“Douzou” Setelah memberikan air itu pada
Shiori, lelaki itu duduk disampingnya lalu menengguk minumnya habis. Membopong
gadis itu menuju pondok cukup membuatnya kelelahan.
“Kau istirahat
disini saja, biar pekerjaan yang tersisa aku yang kerjakan, dan …”
“Gomen untuk masalah kemarin, aku tak
lupa aku hanya ingin menemanimu bekerja. Aku harap kau bisa menarik kata-katamu
kemarin”. Ucap Yuto panjang lebar. Tanpa permisi ia mengecup puncak kepala
gadis itu. Kemudian pergi, tak perduli pada batin gadis itu yang mulai
berkoflik. Lelaki itu pandai sekali mencairkan hatinya.
***
Semerbak aroma roti
panggang menyambut lelaki itu begitu memasuki pondok. Dilihatnya Shiori sedang
sibuk di dapur. Merasa penasaran Yuto bergegas mendatanginya. Tak lupa ia
menyembunyikan benda yang ia bawa di belakang punggungnya.
“Uwaa roti
panggang”
“Kau pasti lapar
kan, dengan bahan seadanya dikulkas aku memutuskan membuat ini”. Senyum lelaki
itu merekah lebar, gadis ini sudah mau berbicara padanya.
“Ah kore gohobi” Yuto mengelurkan benda
yang sedari tadi bersebunyi dibelakang punggungnya. Lalu meletakan mahkota
bunga itu di kepala gadisnya.
“Kanpeki” pujinya sendiri.
“Anggap saja
pengganti karet rambut yang kujanjikan kemarin” Senyum lelakiYuto kembali
mengembang melihat pipi gadis itu memerah. Manisnya, sangking gemasnya
tangannya tak berhenti membuat rambut pendeknya berantakan.
“Ah sudah-sudah
lebih baik bantu aku membawanya ke meja” perintahnya. Lelaki itu menurut. Dibelakangnya
Shiori berjalan dengan sedikit pincang.
Meja persegi itu
menghadap langsung ke luar. Kaca berar itu membuat mereka leluasa melihat
pepohonan hijau dihadapannya. Beberapa lembar roti panggang itu sudah tertata
apik dimeja ditemani 2 gelas jus semangka. Semangka yang dipanen langsung dari
kebun Keluarga Yamada. Roti panggang yang dibuat Shiori adalah resep kebanggaan
Palace. Roti yang dipanggang dengan suhu dan waktu yang diatur sesemikian rupa
sehingga menghasilkan roti yang renyah. Setelah dipanggang dibaluri dengan
madu, kemudian beri 1 sekop es krim vanilla yang diratakan. Tak lupa toping
buah-buahan segar makin mempercantik roti panggang.
“Itadakimasu” Keduanya terlihat menikmati
makan siang mereka. Seharian ini mereka berkerja lalu diakhiri dengan makan
selembar roti panggang ini memang yang terbaik.
“Oishii, Ini bahkan lebih enak dari
buatan tencou ataupun Takaki” Pujinya. Shiori tersenyum, sebenarnya ia tak
pandai memasak dan resep ini satu-satunya yang ia kuasai dari puluhan resep di
Palace.
“Gochisou sama” Tak butuh waktu lama
untuk Yuto menghabiskan jatahnya. Setelah selesai ia bergegas menuju dapur,
entah apa yang sedang dilakukannya. Gadis itu tak ambil pusing, ia sibuk
menghabiskan jatahnya. Tak lama kemudian lelaki itu kembali dengan sebaskom air
hangat dan handuk kering. Lalu memerintahakan gadis itu untuk mencelupkan
kakinya kedalam baskom. Setelah beberapa saat kaki kanannya diangkat dan
diletakan dipangkuan Yuto. Dengan lembut Yuto mengeringkan kaki gadisnya
kemudian memijatnya pelan. Wajah gadis itu memerah, dadanya terasa penuh. Sial,
lelaki ini benar-benar pandai mengambi hatinya.
“Kemarin aku marah
karna kau sibuk dengan para tamu dan lupa dengan janjimu” Akhirnya gadis itu
melai mengeluarkan suaranya.
“Aku juga marah
saat pria itu memberimu hadiah, sedangkan aku tidak bisa” Balas Yuto lengannya
masih sibuk memijat pergelangan kaki gadisnya.
“shinpai shinaide, wanita yang kucinta
cuma Shiorin” Gadis itu terdiam tak bisa berkata apapun. ia menyesal berpikir
hal buruk tentangnya kemarin. Bahkan ia mengatakan hal yang seharusnya tak ia
katakan. Tanpa sadar kedua manik matanya mulai berkaca-kaca. Shiori benci
menjadi cengeng seperti ini, tapi ia tak bisa menahannya. Yuto tersenyum
simpul, gadisnya masih belum berubah rupanya. Lengannya lalu membawa gadis itu
dalam dekapannya membiarkannya menangis disana. Tanpa disadari ada yang sedang
mengawasi mereka dari kejauhan.
“Tuh kan, mereka
baikan. Saranku benar kan” Ucap Umika bangga. Ryosuke hanya bisa tertawa.
end
Irashaimashe:
Selamat Datang
Arigatou
gozaimasu: Terimakasih
Kawaii:
Imut/manis
Yakusoku:
Janji
shitsurei
shimasu: Permisi
Osakini
Shitsureishimasu: Permisi saya pulang duluan
Otsukare:
Terimakasih atas kerja kerasnya ( digunakan saat selesai melakukan pekerjaan)
Daijoubu:
Kau tak a pa-apa
Douzou:
Silahkan
Gomen:
Maaf
Itte:
sakit
Ah
kore gohobi: Ini hadiah
Kanpeki:
Sempurna
Itadakimasu:
Selamat makan
Oishi:
Enak
Gochisou
sama: Terimakashi atas hidangannya (diunkapkan untuk menunjukan rasa
terimakasih/syukur)
Shinpai
shinaide: Jangan Khawatir
0 komentar:
Posting Komentar