ghee na chan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Please, stop bully him! (11/11)



 epilog




Author POV

Langit masih gelap, namun Yuto sudah terbangun. Ia beranjak dari ranjangnya lalu bergegas memakai jaketnya. Kedua kakinya lalu melangkah keluar dari kamarnya. Menyusuri lorong rumah sakit yang masih sepi. Hari ini hari terakhirnya dirumah sakit. Pukul 9 pagi nanti ibunya akan datang menjemput. Luka pergelangan tangannya sudah dijahit dan dokter juga sudah memastikan tak ada yang aneh pada kepala Yuto. Rasa sakit yang kadang muncul terjadi hanya karena stress yang dialami. Karna ini hari terakhirnya Yuto ingin berkeliling sebentar. Tempat ini adalah tempat dimana ia tumbuh. Yuto kecil memiliki tubuh yang cukup lemah. Bila musim dingin datang dengan mudah ia terkena flu yang berkepanjangan. Membuatnya harus tinggal sementara bangunan putih ini.

Dinginnya angin langsung menyambutnya, begitu ia keluar dari rumah sakit. Di depannya sudah terbentang luas taman hijau. Ditengah-tengah taman terdapat kolam air mancur. Banyak sekali bangku di taman ini biasanya para pasien yang merasa bosan akan datang kesini. Tempat yang indah tapi,  tempat ini bukan tujuan Yuto. Langkah kakinya terus membawanya menuju kumpulan semak tak jauh dari taman. Semak lebat dan dipenuhi pepohonan rimbun. Yuto terus berjalan membelah semak. Tak lama kem  udian semak yang mengganggu perjalanannya menghilang. Tergantikan oleh deretan pohon chedar yang berjejer rapi. Senyumnya merekah lebar, ia sampai di tempat tujuannya.  Langkahnya lalu berhenti tepat diatas batuan berbentuk kubus besar yang ada disana. Ia berdiri menghadap langit timur, menanti semburat kemerahan muncul dari balik kota.

“Haruka!!” Suaranya menggema membelah udara. Pria itu lalu tertunduk lemas. Dadanya nyeri menyebut namanya. Hari ini ia memutuskan untuk melanjutkan hidupnya tanpa bayang-bayang Haruka lagi. ia sudah berjanji ketika matahari terbit, pada saat itu juga ia akan melepaskan Haruka dari benaknya. Ia tak ingin berlarut- larut seperti ini. Meskipun membutuhkan waktu lama untuk melepaskan semua kenangan manisnya dengan Haruka.

“Yuto-kun” tiba-tiba seseorang memanggilnya, itu Haruna.
“kamu kangen tempat ini juga ya” gadis itu lalu bergabung duduk dibatuan kotak itu.
“dulu kita sering main kesini ya. Batu ini, kita sering berantem ngerebutin batu ini.”
“dan biasanya Haruka jadi penengahnya.” Sambung Yuto. Keduanya tersenyum lebar mengigat masa kecil mereka.  
“Haruka, dia benar-benar gadis yang baik. Aku sangat menyukainya, semuanya tentangku sudah kuceritakan padanya. Kecuali satu hal.” Haruna menatap Yuto penasaran.
“luka ini, Haruka nggak tauk ini karna jatuh dari pohon. Mana mungkin aku cerita hal yang nggak keren kayak gini ke Haruka.” Ucapnya sambil tertawa.
“dan aku bersyukur nggak nyeritain hal itu ke Haruka, kalo aku certain bisa-bisa aku masih nganggep kamu Haruka sampai sekarang” Yuto menatap Haruna lembut. Gadis itu mengangguk mengerti. Kini senyumnya mengembang lebar. Ternyata sebuah kenangan kecil bisa merubah kawannya. Sebuah kenangan atau memori masa lalu dapat merubah hidup manusia. Ya dengan masa lalu kita bisa belajar untuk menjadi lebih baik dimasa depan. Dengan semua kejadian yang sudah ia alami, Haruna yakin Yuto yang sekarang jadi lebih dewasa.
“aa . . lihat” tunjuk Yuto pada semburat cahaya kemerahan di langit timur. Senyum Haruna Makin mengembang lebar. Lelaki itu lalu bangkit sambil menatap matahari penuh harap.
“yoshh, hari baru!! Yuto yang baru!” Gadis itu terkikih mendengar penyataan aneh kawannya. Ia bersyukur semuanya sudah kembali seperti semula.

***

Kelopak bunga sakura mekar di pohonnya. Tak jarang mereka berjatuhan tertiup angin. Jalanan menuju Hikari Gakuen dipenuhi para murid yang berbondong ke sekolah. Hari ini hari pertama di semester baru. Haruna berjalan santai menuju sekolah. Disampingnya Shiori bergelayut manja pada gadis yang sudah ia anggap kakaknya sendiri. Ini adalah hari pertamanya bersekolah di Hikari Gakuen. Setelah bersusah payah belajar untuk ujian masuk. Shiori diterima dengan jalur beasiswa.

“awas!!” suara berisik itu membuat para murid melihat kesumber suara. Yuto rupanya, dipunggunnya Ryosuke bergelayut sambil memegang tongkatnya. Kakinya masih patah memang jadi ia masih bisa belum berjalan tanpa tongkat. Masa pemulihannya memasng cukup lama, sampai-sampai ia harus rela tinggal di kelas 2 karna kondisinya. Dan karna hal ini pulalah Yuto makin merasa bersalah. Ia bertekad membantu Ryosuke. Tapi apa yang ia lakukan menggendong Ryosuke sambil berlari, bukankah itu berbahaya.
“Yuto-kun! Abunai yo” Ucap Haruna Khawatir. Yuto pun menurut, ia pun menurunkan Ryosuke. Kini Ryosuke  berjalan dengan tongkatnya.
“dia bilang ingin cepat-cepat bertemu denganmu, jadi kugendong deh” Ucap Yuto jujur, Ryosuke menyenggol punggul Yuto pelan. Sedangkan Haruna terdiam malu.

Berjalan dengan tongkat memang membutuhkan waktu yang lama. Namun Yuto, Haruna, dan Shiori dengan sabar berjalan disampingnya. Toh, bel masuk sekolah masih cukup lama. Rasanya tak rugi pula menikmati pagi musim yang dipenuhi kelopak sakura. Yuto melirik gadis disamping Haruna, ia merasa penasaran. Rambutnya yang pendek terlihat manis untuknya, serangamnya rapi khas anak baru. Dan wajahnya tak asing mengingatkannya pada seseorang. Mantan Dokter kesehatan sekolahnya, Tamai-sensei.

“aa , , , ini toh anaknya Tamai-sensei yang sering kamu ceritain?” Haruna mengangguk mengiyakan. Merasa penasaran Yuto berpindah berjalan disisi Shiori. Matanya menatap gadis itu lekat. Gadis itu makin menggelayut kuat.
“aa, Kawaii” ucap Yuto jujur sambil mengacak-acak rambut cepak gadis itu.
“psstt, tak baik mengganggu pasangan yang sedang kasmaran” bisik Yuto tepat ditelinga gadis itu. Lalu dengan cepat ia menyambar tangan Shiori lalu membawanya menjauh.

Haruna dan Ryouske kaget melihatnya, kemudian mereka tertawa kecil. Mereka paham Yuto ingin memberikan waktu berdua untuk mereka, sebelum berpisah ke kelas masing masing. Diam-diam jemari kiri Ryosuke menelusup ke jemari kanan Haruna. Pipi keduanya diam-diam memerah senada dengan kelopak bunga sakura. Tak ada perbincangan diantara mereka. Sekarang ini berbagi kehangatan genggaman tangan sudah cukup untuk mereka. Setelah semua yang mereka lalui, rasanya sekarang ini ada adalah kado terindah dari kesabaran mereka. 

owari  

Terimakasih untuk semua yang mau membaca cerita ini sampai akhir, masih ada 4 bagian spesial dari fanfic ini. Jadi ditunggu ya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar