Konbawa hisashiburi ne ^0^
fanfic ini macet terlalu lama, banyak hal yg terjadi yg bikin aku jarang buka blog maupun nulis fanfic.
ini part terakhir makasih yg setia menunggu kelanjutan fanfic ini, semoga puas dengan ending yg aku buat.
Author: Ghee Na Chan
Language: Indonesian
Cast:
·
Ryutaro Morimoto
·
Kanon Fukuda
·
Manami Oku and other
Genre: Romance, General
Ranting: T
DISCLAIMER: This fanfic pure made by me. The cast is real.
But the story is 100% fiction. I just fans of Ryuuchan, Machan, and Kanon who
have imagination and made this story ^^.
Sumarry: Ryutaro sepertinya sudah menyadari
siapa sebenarnya gadis yg Ia suka. Manami mulai meragukan Ryutaro menyukainya. Kanon dan Ryutaro bertengkar. siapa yg sakan Ryutaro pilih??
Langit sudah mulai gelap, jam bulat
yg menempel di dinding perpustakaan menunjukan pukul 6. Ryutaro dan Kanon masih
sibuk mengerjakan PR mereka. Keduanya terlihat serius berkutat dengan
angka-angka di buku. Sesekali Ryutaro membetulkan letak kacamatannya. Matanya
memang sedikit bermasalah jadi ia memakainya. Kanon mulai membereskan peralatan
tulisnya. Sepertinya ia sudah menyelesaikan semuannya.
“kanyon kau sudah selesai??” Kanon
mengangguk.
“chotto matte ne, tingal soal
terakhir ini” sekali lagi Kanon hanya mengangguk. Badannya sudah pegal duduk
berjam-jam. Matanya berat mengantuk. Diliriknya pria disampingnya masih sibuk
berkutat dengan buku. Tanpa pikir panjang di ambilnya posel dari sakunya dan klik. Kanon tersenyum puas Ryutaro tak
sadar ia mengambil gambarnya diam-diam.
“ahh owatta” Ryutaro menutup bukunya sambil tersenyum puas.
Kanon masih asyik melihat hasil jepretan kamera ponselnya.
“lagi liat apa sih?? Ayo pulang” ucap
Ryutaro sambil membereskan bukunya.
“ahh nandemonai, ikou” Kanon segera
menyembunyikan ponselnya. Kemudian berjalan menuju halte, Ryutaro berjanji
mengantarnya sampai halte.
“nee, makan sesuatu yuk.” Ajak
Ryutaro.
“ayokk, aku mau yg dingin-dingin.”
“aa . . . liat kedai es krim itu??
Disebrang jalan? Yuk kesana” ajak Ryutaro. Tanpa menunggu jawaban Kanon,
Ryutaro bergegas menuju kedai es krim di sebrang.
“EHH??! Chotto . . . Ryuchan kita
cari tempat lain saja” Kanon segera menarik lengan Ryutaro berusaha
menghentikannya. Ia tak ingin Ryutaro bertemu mantan kekasihnya disana. Ia tak
ingin suasana malam ini menjadi suram. Sejak tadi pagi sikap Ryutaro padannya
benar-benar membuatnya senang ia tak mau pertengkaran terjadi malam ini.
“bukannya tadi mau yg dingin-dingin
yaudah kita makan es krim di tempat ini.” Mereka lalu berhenti tepat di depan
kedai itu. Sejenak Ryutaro membetulkan letak kacamatanya kemudian membaca nama
kedai itu.
“aisukurimu lando. Hhmm nama yg bagus, hai tuan putriku silahkan
masuk” Ryutaro membukaan pintu untuk gadisnya. Kanon menurut ia hanya bisa
berdoa tak bertemu chinen disini. Berharap shiftnya sudah selesai. Mereka
memutuskn duduk di meja khusus untuk 2 orang dekat jendela. Kedua manik mata
Kanon sibuk menyapu ruangan berharap pria mungil itu tak ada disini. Namun tak
lama kemudian ekspresi wajahnya berubah, terlihat pucat. Ryutaro heran
melihatnya, karna penasaran ia ikut melirik siapa yg datang. DEG jantungnya
serasa berhenti berdetak melihat pria mungil itu datang membawa menu. Ia yakin
benar Kanon sedari tadi mencoba menghentikannya agar tak bertemu pria ini.
“konbawa, Kanyon-chan. Tumben
berdua biasanya sendiri. Ah iya mau pesan apa??” Tanya Chinen sambil
menyerahkan buku menu.
“mmm . . . aku rainbow ice cream
topping coklat sama stoberi ya” Ryutaro berusaha bersikap seperti biasa.
“kalo, aku . . . “
“waffle es krim stroberi kan??”
Tebak Chinen, Kanon menggangguk menandakan tebakan Chinen benar. Wajahnya
memerah, Ryutaro merasa dadanya sesak. Ia cemburu, ya benar-benar cemburu. Ya
ia dapat menyimpulkan Kanon sering berkunjung kemari tanpa sepengetahuannya.
Bukan apa-apa hanya ia sedikit cemburu gadisnya sering menemui mantan pacarnya
disini.
“hai kashikomarimashita, choto
matte kudasai ne” Pria mungil itu pun pamit menuju dapur. Tak ada pembicaraan
diantara mereka berdua sampai pesanan mereka datang. Beruntung bukan Chinen yg
membawa pesanan mereka.
“ahh ternyata kau sering mampir
sini ya” Ryutaro mulai bersuara. Kanon terdiam memandangi es krimnya. yah
“ahhh, Cuma bisa diem. Jangan-jangan
kamu masih suka dia??” ucap Ryutaro sambil memasukan sesendok es krim ke dalam
mulutnya.
“kamu nggak percaya? Kalo aku suka
kamu?? Aku kesini Cuma mau makan es krim nggak boleh??! Senpai begitu baik
padaku, mentang-mentang dia mantan kekasihku aku tak boleh aku berbincang
dengannya?!” jawab Kanon sedikit emosi.
“sudah kuduga, dasar pembohong.
Sepertinya Manami lebih baik dari pada kamu” dengan entengnya Ryutaro
mengatakan kata-kata itu. Kanon meremas tangannya kuat, dadanya sakit rasanya
ada ribuan jarum menusuk jantungnya. Sudah lama sekali ia tak mendengar
kata-kata yg membuta hatinya sakit dari Ryutaro. Ia pikir Ryutaro sudah
berubah, tapi ternyata tidak. Dan ntah kenapa kata-katanya kali ini paling
menyakitkan di banding yg lain.
“usotsuki” meskipun pelan Kanon
bisa mendengarnya. Wajahnya memerah ia tak tahan lagi dan PLAKK. Tangannya dengan kasar mendarat di pipi kanan Ryutaro,
hingga hidung Ryutaro mulai berdarah. Ryutaro menatap Kanon tak tak terima.
Tapi gadis itu buru-buru pergi dari ruangan itu.
“arghh” Ryutaro mengerang kesakitan
buru-buru ia sumpal darah segar yg terus keluar dari hidungnya. Ia lupa Kanon
adalah tipe gadis yg tak segan memukul bila ada yg berbuat kasar padannya. Ia
akui kata-katanya tadi memang menusuk. Ia tahu gadis itu sedang terisak di
jalan tapi ia tak perduli. Gadis itu sudah menghianatinya diam-diam. Mendadak
ia ingin berpikir 2 kali jika harus memilihnya.
***
Malam telah tiba matahari
sepenuhnya menyembunyikan diri di ufuk barat. Eiji membuka ruang kesehatan
dengan kunci ditangannya. Dibelakangnya
Manami sibuk menjinjing 2 tas kain berisi peralatan kesehatan. Ia menememani
Senseinya beberbelanja obat-obatan. Setelah pintu terbuka mereka bergegas
masuk. Dan mulai membereskan belanjaan mereka.
“sensei tempat kain kasanya
dimana??” Manami bersemangan membantu Senseinya. Ia baru menyadari mempunyai
Sensei sebaik Eiji. Ia sudah menceritakan kegundahan hatinya pada pria tampan
ini. Dan menurutnya pria ini sangat asyik diajak curhat dan bisa membuatnya
kembali bersemangat.
“dilemari paling atas, hati-hati
ya” Eiji tersenyum melihat Manami yg kembali bersemangat.
“hai, wakarimashita” Manami kembali
sibuk menyortir belanjaan mereka. Kemudian menempatkannya di tempat yg tepat.
“kau banyak membantuku hari ini,
arigatou. Ini diminum dulu” Eiji menyerahkan segelas susu hangat kepada Manami.
“ehh?? Susu??”
“kau mau bir???” Tanya Eiji sambil
menyodorkan bir miliknya.
“ Sensei anterin aku pulang ya,
onegaishimasu” mohon Manami. Hari ini ia tak ingin pergi ke stasiun. Ntah
kenapa, moodnya jelek bila harus bertemu Ryutaro. Tadi Ryutaro mengirim mail
mengajaknya pulang bersama tapi ia tak mau betemu pria itu dulu untuk beberapa waktu.
“ahh, ternyata ada maunya ya kamu”
Manami hanya tersenyum.
“ikou”
Manami menikmati perjalannya.
Matanya sibuk melihat-lihat tempat-tempat yg mereka lewati. Jarang-jarang
Manami melewati jalur ini karna ia terbiasa menuju sekolah menggunakan kereta. Eiji
terkikih melihatnya.
“kau seperti anak kecil yg pertama
kali kesini”
“aku kan memang anak kecil, lagian
aku belum terlalu lama di jepang” Manami membela diri.
“hoo, kapan-kapan kalo ku ajakin
keliling mau??” pipi Manami bersemu merah. Dalam pikirannya seperti ajakan
kencan. Ia pikir mulai tersihir oleh pesona pria yg 10 th lebih tua darinya
itu.
“hhhmm boleh-boleh” jawab Manami
malu-malu.
Akhirnya mobil berwarna putih itu
berhenti tepat di depan rumah kediaman keluarga Oku. Manami pun bergegas keluar
dari mobil.
“Arigatou gaozaimau, sering-sering
anterin pulang ya” candanya nakal.
“hahaha, jya mata ashita” mobil
Eiji pun mulai menjauh Manami tak bosan melambai-lambaikan tangannya.
“siapa dia??” suara Ryutaro
mengaggetkannya. Sedari tadi Ryutaro menunggunya di teras.
“Sensei, kau ingin main ya. Tapi
badanku lagi nggak enak mau langsung istirahat, jya” Manami lansung memasuki
rumahnya meninggalkan Ryutaro yg masih mamatung di depan rumahnya.
“gomen Ryuuchan, aku Cuma pengin
tau. Kau masih perduli padaku atau tidak” bisiknya pada dirinya sendiri.
***
“arghh” Ryutaro membanting pspnya
kasar. Beruntung benda itu mendarat di kasurnya yg empuk. Moodnya jelek malam
ini. Terlalu banyak yg menjengkelkan terjadi. Manami mendadak mengabaikanya. Pipinya
masih nyeri karna di tampar Kanon.
Ia tahu 2 gadis itu marah padanya.
Mendadak ia teringat kata-kata dari Chinen tadi.
‘kalau kau terus
begini mereka berdua akan membuangmu’ ya setelah Kanon meninggalkanya
tadi. Chinen buru-buru mengampirinya. Memberikan klarifikasi dan juga nasehat.
Dia bilang ia sudah tahu hubungan cinta segi3 mereka. Kanon yg menceritakannya.
Dan ia ingin tahu apa reaksi Ryutaro setelah tahu pacarnya sering mengunjungi
tempat sang mantan kekasih bekerja. Dan apa yg terjadi reaksi dari Ryutaro yg
menghadiahi Kanon dengan kata-kata yg buruk, benar-benar mengecewakan.
Manami yg mulai mengabaikannya. Ia
juga tahu itu kesalahnnya. Bersikap sok keren dengan mengantarkannya sampai
sekolah. Ingin melihat bagaimana bentuk pria yg merebut ciuman kekasihnya. Tapi
tak ada hal yg ia lakukan pada lelaki itu. Ryutaro menyadari dirinnya adalah
pria yg buruk. Ia bingung kenapa 2 gadis itu merebutkan dirinya. Ia terlalu
sombong sudah dicintai 2 gadis itu.
Ryutaro memutuskan melangkahkan
kakinya menuju rumah Manami yg tepat berada di sebrang rumahnya. tapi bukannya
mengetuk pintu kediaman keluarga Oku. Ryutaro bergegas menaiki tangga di
samping rumah yg langsung terhubung menuju kamar Manami. Diketuknya pelan pintu
kayu didepannya. Lampu di dalam masih menyala ia yakin Manami belum tidur. Ceklek
pintu pun terbuka Manami memakai piyama bermotif bintang berwarna warna warni
dengan background putih. I sudah bersiap tidur rupannya.
“ano, mau bicara sebentar” reaksi
Manami datar bahkan terkesan malas menemui Ryutaro.
“onegai” Ryutaro mengatupkan tanggannya
memohon Manami berbaik hati membiarkannya bicara banyak malam ini.
“baiklah, ayo masuk” Ryutaro
akhirnya lega ia lalu bergegas masuk dan segera duduk di lantai beralas karpet
abu-abu berbulu lembut. Manami duduk disampingnya.
“nee, sudah baikan??” Ryutaro
memulai pembicaraan. Manami hanya mengangguk. Diliriknya gadis manis itu sibuk
mengelus bulu-bulu karpetnya.
“aku tahu aku membuatmu bad mood
hari ini” kali ini Ryutaro berbicara sambil melihat tirai yg tertiu angin.
“aku egois banget ya, hari ini aku
bikin Machan sama Kanon marah. Bahkan Kanon sampai menamparku. Gomen ne” Manami
menatap Ryutaro ia mulai tertarik apa yg Ryutaro bicarakan. Ia pikir Ryutaro
dan Kanon selalu akur.
“ahh aku benci wanita kasar seperti
dia” pandangannya masih sama melihat tirai berwarna pink muda itu tertiup
angin.
“ne, Machan beneran suka aku kah??”
Tanya Ryutaro, kini mata bulatnya menatap gadis ini lekat-lekat.
***
Jam belum genap jam 7 pagi namun
Ryutaro bersiap turun di halte. Akhirnya bus yg ia tumpangi berhenti di halte
tujuannya Ryutaro pun bergegas turun. Kemudian melanjutkan perjalanannya.
Kurang lebih ia harus berjalan 500 m dari halte menuju tempat tujuannya.
Jalananan belum terlalu ramai, burung-burung masih asyik bererbangan hinggap di
sana sini. Merasa berkeringat Ryutaro menyingsingkan lengan kemejannya. Cuaca
sudah mulai memanas beberapa hari lalu. Musim sudah berganti sepertinya.
Tanpa sadar Ryutaro sudah berdiri
di depan rumah keluarga Fukuda. Tingtong
Ryutaro memencet bel rumah berpagar batubata merah itu. Tak lama kemudian Kanon
membukakan pintu.
“ohayo” Kanon terlihat kaget siapa
yg datang.
“Ohayo”
“ayo berangkat bareng” ajak Ryutaro
tapi bukannya menjawab Kanon bergegas meninggalkan Ryutaro.
“aa, chotto Kanon ayo bicara musim
panas tlah tiba, aku dh ngomongin semuanya sama Manami semalem” Ryutaro berlari
kecil mengejar Kanon.
“kau pasti memilihnya kan,
yasudahlah tak apa” kini langkah kaki mereka sudah sejajar. Hanya saja Kanon
masih tak mau menatap Ryutaro.
“kau masih marah padaku ya? Hontouni
gomenasai” Ryutaro mulai lemas takut Kanon tak mau memaafkannya. Langkah kakinya
semakin melambat tak bertenaga.
“kau boleh memukulku lagi asal kau
memaafkanku” kini dengan sempurna Ryutaro terdiam di tempat membiarkan Kanon
semakin menjauh.
“KARNA AKU SELALU MENYUKAIMU
KANON!! AKU MEMILIHMU” Ryutaro mengeluarkan semua suaranya. Beberapa orang disekitar mereka menatap Rytaro
dengan pandangan aneh. Kanon menghentikan langkahnya lalu berbalik berjalan
menuju Ryutaro. Ryutaro tersenyum senang gadis itu menghampirinya. Namun ekspresinya
berubah ketika gadis itu berancang-ancang menamparnya. Walaupun begitu ia sudah
siap jika harus ditampar lagi hari ini. Begitu Kanon semakin mendekat Ryutaro
mentup matanya rapat-rapat. Ia tak mau melihat telapak tangan itu mendarat lagi
di pipinya. Cess ia merasakan telapak tangan Kanon manyentuh pipinya. Ia tahu
betul tangan Kanon memang selalu dingin terutama di pagi hari. Tak ada sensasi
panas dan menyengat seperti tadi malam. Ryutaro memberanikan dirinya untuk
membuka matanya.
“ehh” betapa kagetnya ia melihat
Kanon yg tersenum manis padanya. Ryutaro lalu menggengam tangan Kanon yg sedari
tadi masih menempel dipipinya.
“gomenah, harusnya aku ngomong dari
dulu. Waktu kau mengaku harusnya aku bisa menolak Manami. Tapi aku terlalu
egois. Hontouni gomenasai”
“ii yo, sekarang Ryu kan Cuma milikku.
ikou” Ryutaro akhirnya lega perasaannya takan dibagi 2 lagi. Ia tak mau membuat
salah satu pihak menangis lagi. Ia hanya bisa berdoa semoga Manami menemukan
pria yg lebih baik darinya.
***
Manami sibuk memakai concelar
menutupi matanya yg menghitam karna menangis. Ryutaro bahkan menemaninya sampai
tertidur. Ya mungkin lebih baik mereka berteman saja. Toh menjalani cinta segi3
tak enak. Ia tak mau merasakannya lagi. Di musim yg baru ini ia berharap
menemukan sesuatu yg baru. Seorang pria yg bisa membuatnya hidupnya lebih
berwarna lagi.
“okasan, itekimas” pamitnya.
“uwaaa!!” seru Manami kaget melihat
mobil Eiji sensei di depan rumahnnya. Tapi yg mebuatnya kaget ada Jesse juga di
depan mobil itu.
“a, aku belum bilang dia adikku ya”
ucap Eiji Sensei sambil menepuk-nepuk pundak Jesse.
“ehhh?!!” Manami semakin kaget. Hampir
setahun di shopia gakuen ia tidak tahu mereka bersaudar.
“aku datang menjemputmu machan,
ikou” Jesse menggandeng Manami masuk.
“kita duduk di belakang ya” Manami
pun menurut toh ia sudah berniat membuka hatinya untuk Jesse.
“a, iie Manami duduk di sampingku”
Eiji membukakan pintu depan. Manami menghela nafas apakah ini cinta segi 3
lagi. Dan kini ia yg diperbutkan bukan yg memperebutkan. Tapi ia tak mau
mengulang kesalaha yg lalu. MemberI ide untuk menjalin cinta segi 3. Ia pasti
akan memilih salah satu di antara mereka.
~owari~
sekali arigatou gozaimashita yg mau baca fanfic ini ^/\^
5 komentar:
kyaaaaaaaaaaaaaa kereeen bangeeetttttt :D <3
Arigatou gozaimashita ^^
uwaa .. END juga :D xD
ini ff keren ^^b
Hai Terimakasih sudah membaca ^,^
komentarnya juga terimakasih ^/\^
hai .. sama2 :D hehe
Posting Komentar