Sebelumnya saya mau minta maaf jarang banget posting fanfic ><
padahal banyak cerita yg masih nggantung, siapapun yg baca fanfic ini saya benar-benar berterimakasih. Jujur aku ngerasa aneh disini ada Kanon tapi nggak ada Ryuu (?). Rasanya aku terbiasa dengan mere yg selu ber2 di fanficku. sempet berenti lama bahkah berniat nggak lanjutin ini fanfic. tapi ngerasa sayang udh di post, mesti dilanjutin. semoga fanfic ini bakal sebaik ffku sebelumnya. pokoknya tungguinkelanjutannya aja ya
Title : Precious
Live
Cast : Yabu
Kouta, Kanon Fukuda, Ryutaro Morimoto, Sayumi Mishichige,
Genre : sadly,
romance, family
Rating : General
Length :
Languange :
Indonesia
Sumarry: ‘hidup’ satu kata yg cukup sederhana namun penuh
makna. Jika kau hidup kau bisa melakukan hal-hal baru. Kau bisa menemukan orang
yg tuhan pilih mendampingimu. Kau bisa meraih semua impianmu. Kau bisa merasa
kesal, marah, dan juga sakit. Jika kau hidup.
Langit senja kemerahan menghias langit barat. Aroma anyir
menyerebak sekitar. Yabu duduk menekuk lututnya. Matanya menerawan cakrawala.
Sudah hampir seharian ia terdiam disini, sibuk dengan pikirannya. Tak perduli
melewatkan cek rutinnya dan juga makan siangnya. Udara dingin yg mulai menusuk
tak mengusiknya. Bahkan darah yg mengotori piyama cream rumah sakit sudah
menghitam. Gadis yg ia tolong benar-benar mengusik pikirannya. Ntahlah begitu
melihatnya paru-parunya sulit bernafas dan berat. Ia yakin asmanya tak kambuh.
Ada perasaan bersalah dan khawatir. Rasa salah yg benar-benar dalam.
Seolah-olah ia salah satu faktor yg membuat gadis yg baru ia temui itu ambruk. Sekeras
apapun ia berpikir. Yabu tak bisa memecahkannya.
Bugh merasa kesal ia memukul lantai. Merasa lelah, Yabu
bediri dan masih menatap langit.
“ehmm, mau sampai kapan bersembunyi disini, Yabu-kun? Kau
bahkan melewatkan pemeriksaanmu hari ini” raut wajah Yabu berubah panik. Sayumi
Michisige perawat manis satu ini bisa berubah menjadi ganas, jika pasiennya
membandel. Yabu tersenyum kecut sambil memasang wajah memelas. Detik berikutnya
Sayumi langung menggeret Yabu paksa menuju kamarnya.
Begitu sampai dikamarnya Yabu langsung mengganti pakaiannya.
Yamaguchi sensei juga datang untuk melakukan pemeriksaan. Melihat keadaan Yabu,
beliau sudah memperbolehkan Yabu untuk pulang besok. Tapi bukannya senang, ia
terlihat lesu. Sepertinya Ia masih memikirkan hal tadi. Ditambah sampai
sekarang tak ada satupun keluarganya yg menjenguknya. Mungkin mereka pikir Yabu
Kota masih tak sadarkan diri. Mereka lelah menunggu penyakitnya yg tak kunjung
sembuh.
“nee, kenapa kau lesu begitu?” Sayumi terlihat khawatir.
Yabu menggeleng pelan. Sejak dirawat disini Sayumi memang akrab dengan Yabu.
“ada hal yg lebih membuatku pusing. Siapa gadis itu? jantung
ini, aku rasa ada yg aneh”
“saa , ah iya jangan kebanyakan mikir macem-macem ya
nikmatin aja waktumu sekarang” pesan Sayumi.
Toktoktok
“sepertinya ada yg datang mengunjungimu, jaa aku pergi dulu”
Sayumi lalu pamit pergi. Sekaligus membukaan pintu untuk tamu.
“uwaa, Ko-kun genki dane” Senyumnya akhirnya merekah lebar
membuat matanya membentuk garis lurus. Nakajima Yuto saudara sepupunya datang
menjenguknya. Ia membawakan beberapa majalah manga.
“Hahaha, kau orang yg pertama menjenguku Yu-chan” ucapnya
jujur. Ekspresi wajah Yuto berubah menjadi kaget.
“aaa, sou?? Kyota-niichan wa dou??” tanpa menjawab ia hanya
mengankat bahu.
“Yuto, besok aku dh bisa pulang loh.” Ucap Yabu bangga.
“waa, Yokatta. Besok aku datang menjemputmu, nanti sekalian
kuajakin Kyota-niichan.” Raut wajah Yabu beubah muram mendengar nama itu lagi.
Kyota Yabu seorang kakak yg ia pikir sangat membencinya. Kakak ketiganya yg
seharusnya mengurusinya, terlebih dia satu-satunya keluarga inti yg ia punya
setelah orang tuanya meninggal dan kedua kakak lainya tinggal diluar negeri. Ia
ingat betul ketika ia baru lulus SMA dan sedang sibuk belajar untuk masuk
perguruan tinggi. Tiba-tiba ambruk karna penyakitnya di ruang makan setelah
sarapan, ia lebih memilih pura-pura tak tahu dan memilih berangkat ke kantor
meninggalkannya sendirian. Berjuang sendirian menantang maut, menunggu
seseorang menolongnya. Secara tidak langsung mennyiratkan ingin adik bungsunya
segera lenyap. Yabu tahu mungkin ini kesalahannya. Karna penyakitnya ini
kakaknya menitipkan si Bungsu pada Kyota. Padahal impian Kyota sejak kecil
ingin tinggal di Amerika mengurusi cabang dari perusahaan orang tuanya. Jika si
bungsu sudah lenyap pasti impiannya segera terkabul.
“oh ya kudengar tadi kamu nggak makan siangmu ya? Sekarang
ayo makan makan malemnya” merasa aura disekitar mulai berubah Yuto berusaha
mengganti topik. Yabu hanya menggeleng lembut. Yuto menelan ludahnya, sadar akan
kesalahannya.
“sepertinya kau butuh banyak istirahat, aku pergi dulu ya.
Inget besok aku bakal datang lagi.”
****
Gelap semuanya gelap,
Kanon takut membuka matanya. Ia takut benar-benar takut. Takut sesuatu yg buruk
akan terjadi lagi. Namun sentuhan hangat yg mengelus kepalanya lembut,
membuatnya penasaran. Perlahan ia membuka matanya. Silau, Kanon menyipitkan
matanya. Cahaya putih itu membuat matanya sakit.
“kau sudah bangun?” Suara itu begitu familiar terdengar.
Ryutaro, ini suara Ryutaro. Dengan seksama ia memperhatikan pria didepannya.
Rambutnya, hidungnya, matanya ya di benar-benar Ryutaro. Dan tatapan itu, tatapan
khawatir milik Ryutaro. Kanon langsung berhambur memeluknya. Air matanya
tumpah.
“ryuuchan?! Kenapa kamu pergi?! Kamu jahat! Hiks” Namun
Ryutaro diam tak bereaksi.
“Nee, kau tahu kan ini impianku. Aku ingin berguna buat
orang lain meskipun aku mati” akhirnya Ryutaro mebuka mulutnya.
“Kanyon dah janji kan bakal slalu mendukung apapun yg aku
impikan” Ia mulai mengelus rambut gadisnya lembut. Namun tangis gadis itu masih
belum reda.
“maaf membuatmu dalam banyak masalah, bahkan ketika aku
sudah mati. Anak itu bilang tak ingin membebanimu. Kanyon aku punya
permintaan.” Gadis itu mendongak menatap Ryutaro penasaran.
“Tersenyumlah, hidup bahagia ya. Jaga adikku, dan ada satu
hal lagi,” Ryutaro menepuk dadanya.
“kau akan bertemu lagi dengannya” Ryutaro mengecup kening
Kanon untuk terakhir kalinya. Tubuhnya lalu menjadi transparan dan hilang.
Kanon hanya memeluk udara kosong. Brukkk tubuhnya jatuh ketanah.
Tubuhnya terasa nyeri. Samar-samar ia sadar di sebuah ruang
serba putih dengan infuse yg menempel dilengannya.
“okasan” panggilnya pelan. Wanita paruh baya yg sedari tadi
duduk menjaganya terlihat sumringah.
“Kanon, yokatta” meskipun seluruh tubuhnya nyeri. Kanon
menarik kedua sudut bibirnya. Berusaha memenuhi permintaan Ryutaro. Dan lagi ia
tak ingin membuat ibunya khawatir.
“Shin mana?” Gadis itu merasa bersalah memperlakukannya
kurang baik.
“ahh dia dirumah, tenang saja dia baik-baik saja. Ah sudah
jangan banyak bicara dokter belum dating mengecek keadaanmu” lagi-lagi Kanon
menarik kedua sudut bibirnya. Ia baik-baik saja, namun ibunya masih terlihat
khawatir. Semua yg ia lakukan kemarin-kemarin memang keterlaluan. Membuat
keluarganya khawatir. Namun ia berjanji tak akan membuat keluarganya khawatir
lagi. Ia akan hidup bahagia. berusaha mengabulkan permintaan terakhir
kekasihnya.
***
Aroma sedap menyeruak
memenuhi dapur. Maika sedang sibuk memasak omurice untuknya dan Shintaro. Hari
ini ia menemaninya dirumah. Nyonya Fukuda sedang sibuk menunggui anaknya
dirumah sakit. Sedangkan tuan Fukuda sedang dinas keluar kota. Ia bahkan belum
tahu anaknya ambruk. Ntahlah apa reaksinya ketika tahu ternyata anaknya sedang
mengandung 5 bulan.
Setelah selesai Maika
membawanya menuju ruang tengah Shintaro menunggunya disana. Maika tersenyum
tipis melihat kekasihnya tertidur di sofa. Pasti ia kelelahan, tadi pagi kan Ia
sibuk berlatih basket untuk lomba nanti. Ia lalu meletakan kedua piring omurice
dan 2 gelas air putih itu diatas meja. Dilihatnya lekat-lekat wajah tidur
kekasihnya. Keduamatanya mengatup rapat. Tapi tunggu dulu, kenapa ekspresi
wajahnya terlihat resah seperti itu. Maika juga merasa bodoh tak menyadari
keringat membasahi tubuhnya.
“Shin!!” Maika mencoba membangunkannya.
“Shin!” pangilnya lagi sambil mengguncang-guncangkan
tubuhnya. Akhirnya kedua mata itu terbuka. Maika merasa lega. Shintaro
sepertinya masih terkejut.
“mimpi buruk ya?” tanpa menjawab ekspresi wajahnya
meng-iyakan. Buru-buru Maika menyuruhnya minum.
“udah nggak papa kan, itu kan cuma mimpi. Ayok makan keburu
dingin lho” perintah Maika. Shintaro masih terdiam. Mimpi tadi terlalu
mengerikan, bila menjadi kenyataan. Ia benar-benar tak bisa membayangkan
bagaimana hidupnya. Jika gadis ini juga menghilang dari hidupnya.
“ish, bandel ih. Ayok Shin dimakan” geram Shintaro belum
juga memakan makan malamnya, Maika mencubit lengan Shintaro pelan.
“iya iya” Shintaro menurut, diam-diam senyumnya mengembang
tipis. Rasa omurice ini, ia sangat menyukainya.
~tsuzuku~
0 komentar:
Posting Komentar