ghee na chan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Precious Live (3/?)

Sebelumnya saya mau minta maaf jarang banget posting fanfic >< 
padahal banyak cerita yg masih nggantung, siapapun yg baca fanfic ini saya benar-benar berterimakasih. Jujur aku ngerasa aneh disini ada Kanon tapi nggak ada Ryuu (?). Rasanya aku terbiasa dengan mere yg selu ber2 di fanficku. sempet berenti lama bahkah berniat nggak lanjutin ini fanfic. tapi ngerasa sayang udh di post, mesti dilanjutin. semoga fanfic ini bakal sebaik ffku sebelumnya. pokoknya tungguinkelanjutannya aja ya



Title : Precious Live
Cast : Yabu Kouta, Kanon Fukuda, Ryutaro Morimoto, Sayumi Mishichige,
Genre : sadly, romance, family
Rating : General
Length :
Languange : Indonesia
Sumarry: ‘hidup’ satu kata yg cukup sederhana namun penuh makna. Jika kau hidup kau bisa melakukan hal-hal baru. Kau bisa menemukan orang yg tuhan pilih mendampingimu. Kau bisa meraih semua impianmu. Kau bisa merasa kesal, marah, dan juga sakit. Jika kau hidup.


Langit senja kemerahan menghias langit barat. Aroma anyir menyerebak sekitar. Yabu duduk menekuk lututnya. Matanya menerawan cakrawala. Sudah hampir seharian ia terdiam disini, sibuk dengan pikirannya. Tak perduli melewatkan cek rutinnya dan juga makan siangnya. Udara dingin yg mulai menusuk tak mengusiknya. Bahkan darah yg mengotori piyama cream rumah sakit sudah menghitam. Gadis yg ia tolong benar-benar mengusik pikirannya. Ntahlah begitu melihatnya paru-parunya sulit bernafas dan berat. Ia yakin asmanya tak kambuh. Ada perasaan bersalah dan khawatir. Rasa salah yg benar-benar dalam. Seolah-olah ia salah satu faktor yg membuat gadis yg baru ia temui itu ambruk. Sekeras apapun ia berpikir. Yabu tak bisa memecahkannya.

Bugh merasa kesal ia memukul lantai. Merasa lelah, Yabu bediri dan masih menatap langit.

“ehmm, mau sampai kapan bersembunyi disini, Yabu-kun? Kau bahkan melewatkan pemeriksaanmu hari ini” raut wajah Yabu berubah panik. Sayumi Michisige perawat manis satu ini bisa berubah menjadi ganas, jika pasiennya membandel. Yabu tersenyum kecut sambil memasang wajah memelas. Detik berikutnya Sayumi langung menggeret Yabu paksa menuju kamarnya.
Begitu sampai dikamarnya Yabu langsung mengganti pakaiannya. Yamaguchi sensei juga datang untuk melakukan pemeriksaan. Melihat keadaan Yabu, beliau sudah memperbolehkan Yabu untuk pulang besok. Tapi bukannya senang, ia terlihat lesu. Sepertinya Ia masih memikirkan hal tadi. Ditambah sampai sekarang tak ada satupun keluarganya yg menjenguknya. Mungkin mereka pikir Yabu Kota masih tak sadarkan diri. Mereka lelah menunggu penyakitnya yg tak kunjung sembuh.

“nee, kenapa kau lesu begitu?” Sayumi terlihat khawatir. Yabu menggeleng pelan. Sejak dirawat disini Sayumi memang akrab dengan Yabu.

“ada hal yg lebih membuatku pusing. Siapa gadis itu? jantung ini, aku rasa ada yg aneh”

“saa , ah iya jangan kebanyakan mikir macem-macem ya nikmatin aja waktumu sekarang” pesan Sayumi.

Toktoktok

“sepertinya ada yg datang mengunjungimu, jaa aku pergi dulu” Sayumi lalu pamit pergi. Sekaligus membukaan pintu untuk tamu.

“uwaa, Ko-kun genki dane” Senyumnya akhirnya merekah lebar membuat matanya membentuk garis lurus. Nakajima Yuto saudara sepupunya datang menjenguknya. Ia membawakan beberapa majalah manga.

“Hahaha, kau orang yg pertama menjenguku Yu-chan” ucapnya jujur. Ekspresi wajah Yuto berubah menjadi kaget.

“aaa, sou?? Kyota-niichan wa dou??” tanpa menjawab ia hanya mengankat bahu.

“Yuto, besok aku dh bisa pulang loh.” Ucap Yabu bangga.

“waa, Yokatta. Besok aku datang menjemputmu, nanti sekalian kuajakin Kyota-niichan.” Raut wajah Yabu beubah muram mendengar nama itu lagi. Kyota Yabu seorang kakak yg ia pikir sangat membencinya. Kakak ketiganya yg seharusnya mengurusinya, terlebih dia satu-satunya keluarga inti yg ia punya setelah orang tuanya meninggal dan kedua kakak lainya tinggal diluar negeri. Ia ingat betul ketika ia baru lulus SMA dan sedang sibuk belajar untuk masuk perguruan tinggi. Tiba-tiba ambruk karna penyakitnya di ruang makan setelah sarapan, ia lebih memilih pura-pura tak tahu dan memilih berangkat ke kantor meninggalkannya sendirian. Berjuang sendirian menantang maut, menunggu seseorang menolongnya. Secara tidak langsung mennyiratkan ingin adik bungsunya segera lenyap. Yabu tahu mungkin ini kesalahannya. Karna penyakitnya ini kakaknya menitipkan si Bungsu pada Kyota. Padahal impian Kyota sejak kecil ingin tinggal di Amerika mengurusi cabang dari perusahaan orang tuanya. Jika si bungsu sudah lenyap pasti impiannya segera terkabul.

“oh ya kudengar tadi kamu nggak makan siangmu ya? Sekarang ayo makan makan malemnya” merasa aura disekitar mulai berubah Yuto berusaha mengganti topik. Yabu hanya menggeleng lembut. Yuto menelan ludahnya, sadar akan kesalahannya.

“sepertinya kau butuh banyak istirahat, aku pergi dulu ya. Inget besok aku bakal  datang lagi.”

****

Gelap semuanya gelap, Kanon takut membuka matanya. Ia takut benar-benar takut. Takut sesuatu yg buruk akan terjadi lagi. Namun sentuhan hangat yg mengelus kepalanya lembut, membuatnya penasaran. Perlahan ia membuka matanya. Silau, Kanon menyipitkan matanya. Cahaya putih itu membuat matanya sakit.

“kau sudah bangun?” Suara itu begitu familiar terdengar. Ryutaro, ini suara Ryutaro. Dengan seksama ia memperhatikan pria didepannya. Rambutnya, hidungnya, matanya ya di benar-benar Ryutaro. Dan tatapan itu, tatapan khawatir milik Ryutaro. Kanon langsung berhambur memeluknya. Air matanya tumpah.

“ryuuchan?! Kenapa kamu pergi?! Kamu jahat! Hiks” Namun Ryutaro diam tak bereaksi.

“Nee, kau tahu kan ini impianku. Aku ingin berguna buat orang lain meskipun aku mati” akhirnya Ryutaro mebuka mulutnya.

“Kanyon dah janji kan bakal slalu mendukung apapun yg aku impikan” Ia mulai mengelus rambut gadisnya lembut. Namun tangis gadis itu masih belum reda.

“maaf membuatmu dalam banyak masalah, bahkan ketika aku sudah mati. Anak itu bilang tak ingin membebanimu. Kanyon aku punya permintaan.” Gadis itu mendongak menatap Ryutaro penasaran.

“Tersenyumlah, hidup bahagia ya. Jaga adikku, dan ada satu hal lagi,” Ryutaro menepuk dadanya.

“kau akan bertemu lagi dengannya” Ryutaro mengecup kening Kanon untuk terakhir kalinya. Tubuhnya lalu menjadi transparan dan hilang. Kanon hanya memeluk udara kosong. Brukkk tubuhnya jatuh ketanah.
Tubuhnya terasa nyeri. Samar-samar ia sadar di sebuah ruang serba putih dengan infuse yg menempel dilengannya.

“okasan” panggilnya pelan. Wanita paruh baya yg sedari tadi duduk menjaganya terlihat sumringah.

“Kanon, yokatta” meskipun seluruh tubuhnya nyeri. Kanon menarik kedua sudut bibirnya. Berusaha memenuhi permintaan Ryutaro. Dan lagi ia tak ingin membuat ibunya khawatir.

“Shin mana?” Gadis itu merasa bersalah memperlakukannya kurang baik.

“ahh dia dirumah, tenang saja dia baik-baik saja. Ah sudah jangan banyak bicara dokter belum dating mengecek keadaanmu” lagi-lagi Kanon menarik kedua sudut bibirnya. Ia baik-baik saja, namun ibunya masih terlihat khawatir. Semua yg ia lakukan kemarin-kemarin memang keterlaluan. Membuat keluarganya khawatir. Namun ia berjanji tak akan membuat keluarganya khawatir lagi. Ia akan hidup bahagia. berusaha mengabulkan permintaan terakhir kekasihnya.

***

Aroma sedap menyeruak memenuhi dapur. Maika sedang sibuk memasak omurice untuknya dan Shintaro. Hari ini ia menemaninya dirumah. Nyonya Fukuda sedang sibuk menunggui anaknya dirumah sakit. Sedangkan tuan Fukuda sedang dinas keluar kota. Ia bahkan belum tahu anaknya ambruk. Ntahlah apa reaksinya ketika tahu ternyata anaknya sedang mengandung 5 bulan.

Setelah selesai Maika membawanya menuju ruang tengah Shintaro menunggunya disana. Maika tersenyum tipis melihat kekasihnya tertidur di sofa. Pasti ia kelelahan, tadi pagi kan Ia sibuk berlatih basket untuk lomba nanti. Ia lalu meletakan kedua piring omurice dan 2 gelas air putih itu diatas meja. Dilihatnya lekat-lekat wajah tidur kekasihnya. Keduamatanya mengatup rapat. Tapi tunggu dulu, kenapa ekspresi wajahnya terlihat resah seperti itu. Maika juga merasa bodoh tak menyadari keringat membasahi tubuhnya.

“Shin!!” Maika mencoba membangunkannya.

“Shin!” pangilnya lagi sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya. Akhirnya kedua mata itu terbuka. Maika merasa lega. Shintaro sepertinya masih terkejut.

“mimpi buruk ya?” tanpa menjawab ekspresi wajahnya meng-iyakan. Buru-buru Maika menyuruhnya minum.

“udah nggak papa kan, itu kan cuma mimpi. Ayok makan keburu dingin lho” perintah Maika. Shintaro masih terdiam. Mimpi tadi terlalu mengerikan, bila menjadi kenyataan. Ia benar-benar tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya. Jika gadis ini juga menghilang dari hidupnya.

“ish, bandel ih. Ayok Shin dimakan” geram Shintaro belum juga memakan makan malamnya, Maika mencubit lengan Shintaro pelan.


“iya iya” Shintaro menurut, diam-diam senyumnya mengembang tipis. Rasa omurice ini, ia sangat menyukainya.

~tsuzuku~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar