ghee na chan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Precious Live (4/?)


yosh poster baru :3
douzou. . .



Title : Precious Live
Cast : Yabu Kouta, Kanon Fukuda, Ryutaro Morimoto, Sayumi Mishichige,
Genre : sadly, romance, family
Rating : General
Length :
Languange : Indonesia
Sumarry: ‘hidup’ satu kata yg cukup sederhana namun penuh makna. Jika kau hidup kau bisa melakukan hal-hal baru. Kau bisa menemukan orang yg tuhan pilih mendampingimu. Kau bisa meraih semua impianmu. Kau bisa merasa kesal, marah, dan juga sakit. Jika kau hidup. 





Dedaunan kering itu berterbangan tertiup angin. Matahari bersembunyi di balik gumpalan-gumpalan awan yg menghitam. Pria itu menggaruk kepalanya malas melihat cuaca yg kurang bersahabat. Ia benar-benar bosan berada di kamar ini. Biasanya ia akan berjalan-jalan sejenak di taman sekitar rumah sakit. Namun ia tak mau ambil resiko. Suhu udara akhir-akhir ini semakin dingin. Tubuhnya paling tidak bisa di ajak kompromi dengan cuaca seperti ini.

Kedua manik matanya menyapu sekeliling kamarnya. Tak ada yg menarik perhatiannya bahkan setumpuk manga yg di Bawa Yuto semalam sudah habis ia baca. Kemudian padangannya beralih pada lemari pakaiannya. Hanya sebuah lemari biasa dengan tinggi kira-kira 1 meter. Isinya perlengkapan pribadinya dan piyama rumah sakit. Ah piyama yg kemari kotor terkena noda darah sudah dicuci rupanya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu.
“ahh iya, gadis itu” Yabu memutuskan mencari keberadaan gadis itu.

Sepasang kaki panjangnya berhenti di depan kamar no 58. Namanya Fukuda Kanon. Ia mengalami pendarahan hebat karna kandungannya terlalu lemah. Dengar-dengar Ia shock ditinggal mati kekasihnya. Sebenarnya ini info pribadi pasien. Namun bukan Yabu namanya jika tak medapat info lengkap dari targetnya.

Yabu mengetuk pintu itu ragu. Seseorang mempersilahkannya masuk. Dengan ragu ia memasuki kamar. Rupanya Sayumi juga berada disana. Ada rasa lega didalam hatinya. Paling tidak adak ada orang yg mengetahui siapa dirinya. Gadis itu memiringkan kepalanya sambil menatap Yabu. Raut wajahnya bertanya-tanya siapa pria jakung ini.
“doumo Yabu desu” ucapnya Memperkenalkan diri. Namun raut wajah gadis ini masih belum berubah.
“ah dia Yabu dia yg nolongin kamu kemarin” mengerti Kanon belum bisa mengenali pria jakung ini, Sayumi mencoba menerangkan. Dan betul saja gadis ini mengangguk mengerti.
“ah maaf ngerepotin kemarin, Fukuda Kanon panggil aja Kanon.” Gadis itu membungkukan badannya.
“makasih yah dh nolongin aku kemarin.” Gawat, lagi-lagi Yabu berdebar. Kenapa ia berdebar pada gadis yg baru ditemuinya kemarin. Bukankah selama ini hanya ada satu gadis yg selalu membuatnya berdebar. Gadis itu ada diruang ini juga. Ya benar, Sayumi.

***

Baju yg ia kenakan sudah berantakan kemana-mana. Sekuat tenaga kakinya membawanya lari tempat yg tersembunyi. Nafasnya terengah-engah, dedaunan disekitarnya ikut berterbangan terkena ayaunan kakinya. Akhirnya ia sampai disebuah perumahan cukup elit. Daerah sekitar cukup sepi. Dengan sigap ia melompati pagar dengan tinggi 1meter itu. Lalu bersembunyi disemak-semak rumah itu. Ia yakin para orang yg mengejarnya takkan menemukannya disini. Gerombolan itu akhirnya sudah melewati rumah itu. Ia agak bernafas lega.

Namun tiba-tiba seseorang menepuk bahunya. Kaget tubuhnya membentur pagar. 

“argh itaii” erangnya kesakitan. Sang tersangka alias orang yg mengaggetkannya tertawa puas.
“gomen, gomen lagian tiba-tiba denger suara kedubrak di kira ada maling. Mumpung disini ayo Shin masuk dulu.” Ajaknya. Shintaro menurut, tanpa sadar ia berlari menuju rumah kekasihnya. Ia tersenyum geli mengingat kejadian tadi.

Rumah keluarga Maika cukup besar maklum ayahnya orang yg cukup berpengaruh di kepolisian Jepang. Shintaro duduk di sofa empuk berwarna cream. Maika lalu datang membawa segelas air putih. Dan Shintaro langsung menengguknya habis. Berlari-lari seperti tadi cukup membuatnya dehidrasi ternyata. 

“habis dari mana sih. Kenapa tadi gk langsung lari pulang kerumah.” Bukannya menjawab Shitaro malah sibuk membuka tasnya. Lalu mengeluarkan sebuah buku.
“ini, kamu lagi nyari kan. Tadi kebetulan nemu di toko buku sekalian deh beli. Tapi begitu keluar toko eh gengnya Tamakon dh nungguin jadi . . . argh” ucapannya terhenti Ia meringis kesakitan ketika jemari menyentuh pipi kanannya yg lebam. Tanpa babibu lagi Maika segera menuju dapur mengambil kompres dingin. Shintaro lalu menempelkannya ke pipinya.
“kenapa nggak ngelawan, kalo ngelawan kan nggak bakal lebam gini kan” omel Maika gemas.
“aku mau berhenti berantem” Maika menatap Shintaro tak percaya.
“aku mau jadi dokter, aku pengin ngewujudin mimpi niichan. Aku juga pengin jadi orang yg pantes Maika” wajah gadis itu seketika memerah.
“jya gambatte ne” Shintaro mengangguk pelan. Diam-diam wajah Shintaro bersemu merah. Tangannya gemas mengacak-acak rambut gadisnya. 

Merasa hari sudah semakin malam Shintaro Akhirnya pamit pulang. Maika ikut mengantarnya sampai pagar. Sebelum pulang Shintaro memberi kecupan mesra pada Maika. Sampai tak sadar seseorang sedang mengawasi mereka. 

***

Sayumi membereskan barang-barangnya bersiap pulang. Hari ini moodnya agak buruk. Yabu terlihat akrab dengan Kanon. Tunggu, apa hubungannya dengannya memang. Ah Sayumi tak mau ambil pusing, ia segera mengamit tasnya lalu pergi. Sebelum melewati pintu keluar Sayumi pasti melewati kamar Yabu. Merasa penasaraan ia mengintip kedalam. Yuto kembali berkunjung dengan beberapa teman. Sayumi merasa lega semoga Yabu tak merasa kesepian lagi. 

Ia tahu pria itu menyimpan luka yg benar-benar dalam. Apalagi kalau bukan keluarga yg menelantarnya. Mungkin Yuto satu-satunya keluarga yg masih mengakuinya. Padahal ia sudah berjuang hingga saat ini tapi kenapa mereka masih memandangnya dengan sebelah mata. Sayumi benar-benar ingat beberapatahun lalu di hari kematian Ibunya. Ya dia satu-satunya keluarga yg selalu mendukung Yabu melawan penyakitnya. Ia benar-benar hancur pada saat itu. Namun ia sampai sekarang berjuang melawan penyakitnya. Mungkin itu salah satu harapan ibunya. Dan itu alasan kenapa ia bisa bertahan hingga saat ini. 

Yabu, pria itu menyadari keberdaannya. Sayumi sedikit menundukan kepala sambil tersenyum. Pria Jakung itu membalas senyumnya lebar. Ya, Sayumi benar-benar lega melihat pria itu sehat kembali. 

Langkah kakinya lalu kembali berayun. Eloknya langit senja membuat senyum Sayumi merekah. Cahaya ke emasannya sepadan dengan dedauan kuning disekitarnya. Musim Gugur, orang bilang ini musim yg sepi. Awal dari Musim Dingin yg menyiksa. Tapi Sayumi menyukai musim ini. Musim yang penuh dengan ketenangan dan nyaman.

***

Langit berubah menjadi gelap. Tak ada satupun bintang tampak. Ketika gadis itu baru keluar dari Taksi. Hujan langsung menyambutnya. Beruntung anak laki-laki itu sigap menyambut gadis itu dengan payung. 

“arigatou Shin-chan” anak laki-laki itu mengangguk. Ada raut wajah lega melihat Kakaknya kembali seperti biasanya.
“Okaerinasai, gomen Kaa-san tak bisa menjemputmu” Sambut wanita paruh baya ini. Kanon menggeleng lembut.
“Jya kau pasti lapar kan? Kaa-san buatkan Stoberi Shortcake kesukaanmu” Gadis itu menurut digiring menuju meja makan. Setelah duduk dengan rapi, wanita paruh baya itu meletakan sepotong kue di depan anak-anaknya. Mereka duduk rapi di meja makan.
“itadakimasu” ucapnya bersamaan. Kemudian mulai melahap dengan semangat. Raut wajah mereka membuat sang ibu hanya tersenyum simpul. Bahagia melihat mereka senang.
“Kaa-san istirahat dulu ya, Shin tolong bereskan nanti ya kasian Kakakmu baru pulang” Shintaro mengangguk mengerti.
“maaf ya selama dirawat aku nggak nengokin” ucap laki-laki itu sambil meletakan garpunya di piring.
“uun, nggak papa kok. Aku tauk mesti Shin masih ngerasa nggak enak kan sama aku” laki-laki itu terdiam meng-iyakan.
“aku tau kok Shin ngambil keputusan yg tepat. Toh  ini kan di penginin Ryuu”
“dia nggak pengen ngeliat orang lain bernasib kayak Nachan” Shintaro melanjutkan. Mereka melanjutkan makan mereka dengn hikmat.
“gochisosama deshita ~” ucap mereka bersamaan. Dengan sigap Shintaro membereskan piring, lalu berniat mencucinya. Kanon masih duduk didepan meja makn sambil memainkan ponselnya.
“Aaa . . .” teriakan itu membuat Kanon tersetak kaget. Buru ia menghampiri Shintaro yg sibuk mencuci piring. Gadis itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Anak ini meskipun sudah tumbuh melampauinya. Namun Ia masih menjadi Shintaro yg manis dan bergantung pada Kakaknya. Bahkan Ia tak tahu cara mencuci piring. Bayangkan saja ia hampir menghabiskan seluruh isi sabun.
“sini biar aku bantu, nyuci yg bener tuh gini” Kanon mulai mempraktekan cara mencuci piring yg benar. Ya, Shintaro meskipun bentuknya agak sangar seperti ini. Ia tumbuh menjadi anak kesayangan keluarga Morimoto. Shintaro kecil rentan sekali dengan penyakit sehingga keluarganya memperlakukannya dengan istimewa. Bahkan setelah kedua orang tuanya meninggal, Kakaknya juga melakukan hal yg sama. Padahal Shintaro pikir ia tak selemah itu. 

Tbc

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar