yosh poster baru :3
douzou. . .
douzou. . .
Title : Precious
Live
Cast : Yabu
Kouta, Kanon Fukuda, Ryutaro Morimoto, Sayumi Mishichige,
Genre : sadly,
romance, family
Rating : General
Length :
Languange : Indonesia
Sumarry: ‘hidup’ satu kata yg cukup sederhana namun penuh
makna. Jika kau hidup kau bisa melakukan hal-hal baru. Kau bisa menemukan orang
yg tuhan pilih mendampingimu. Kau bisa meraih semua impianmu. Kau bisa merasa
kesal, marah, dan juga sakit. Jika kau hidup.
Dedaunan
kering itu berterbangan tertiup angin. Matahari bersembunyi di balik
gumpalan-gumpalan awan yg menghitam. Pria itu menggaruk kepalanya malas melihat
cuaca yg kurang bersahabat. Ia benar-benar bosan berada di kamar ini. Biasanya
ia akan berjalan-jalan sejenak di taman sekitar rumah sakit. Namun ia tak mau
ambil resiko. Suhu udara akhir-akhir ini semakin dingin. Tubuhnya paling tidak
bisa di ajak kompromi dengan cuaca seperti ini.
Kedua
manik matanya menyapu sekeliling kamarnya. Tak ada yg menarik perhatiannya bahkan
setumpuk manga yg di Bawa Yuto semalam sudah habis ia baca. Kemudian
padangannya beralih pada lemari pakaiannya. Hanya sebuah lemari biasa dengan
tinggi kira-kira 1 meter. Isinya perlengkapan pribadinya dan piyama rumah
sakit. Ah piyama yg kemari kotor terkena noda darah sudah dicuci rupanya.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu.
“ahh iya, gadis
itu” Yabu memutuskan mencari keberadaan gadis itu.
Sepasang
kaki panjangnya berhenti di depan kamar no 58. Namanya Fukuda Kanon. Ia
mengalami pendarahan hebat karna kandungannya terlalu lemah. Dengar-dengar Ia
shock ditinggal mati kekasihnya. Sebenarnya ini info pribadi pasien. Namun
bukan Yabu namanya jika tak medapat info lengkap dari targetnya.
Yabu
mengetuk pintu itu ragu. Seseorang mempersilahkannya masuk. Dengan ragu ia
memasuki kamar. Rupanya Sayumi juga berada disana. Ada rasa lega didalam
hatinya. Paling tidak adak ada orang yg mengetahui siapa dirinya. Gadis itu
memiringkan kepalanya sambil menatap Yabu. Raut wajahnya bertanya-tanya siapa
pria jakung ini.
“doumo Yabu
desu” ucapnya Memperkenalkan diri. Namun raut wajah gadis ini masih belum
berubah.
“ah dia Yabu dia
yg nolongin kamu kemarin” mengerti Kanon belum bisa mengenali pria jakung ini,
Sayumi mencoba menerangkan. Dan betul saja gadis ini mengangguk mengerti.
“ah maaf
ngerepotin kemarin, Fukuda Kanon panggil aja Kanon.” Gadis itu membungkukan
badannya.
“makasih yah dh
nolongin aku kemarin.” Gawat, lagi-lagi Yabu berdebar. Kenapa ia berdebar pada
gadis yg baru ditemuinya kemarin. Bukankah selama ini hanya ada satu gadis yg
selalu membuatnya berdebar. Gadis itu ada diruang ini juga. Ya benar, Sayumi.
***
Baju
yg ia kenakan sudah berantakan kemana-mana. Sekuat tenaga kakinya membawanya
lari tempat yg tersembunyi. Nafasnya terengah-engah, dedaunan disekitarnya ikut
berterbangan terkena ayaunan kakinya. Akhirnya ia sampai disebuah perumahan
cukup elit. Daerah sekitar cukup sepi. Dengan sigap ia melompati pagar dengan
tinggi 1meter itu. Lalu bersembunyi disemak-semak rumah itu. Ia yakin para
orang yg mengejarnya takkan menemukannya disini. Gerombolan itu akhirnya sudah
melewati rumah itu. Ia agak bernafas lega.
Namun
tiba-tiba seseorang menepuk bahunya. Kaget tubuhnya membentur pagar.
“argh itaii”
erangnya kesakitan. Sang tersangka alias orang yg mengaggetkannya tertawa puas.
“gomen, gomen
lagian tiba-tiba denger suara kedubrak di kira ada maling. Mumpung disini ayo
Shin masuk dulu.” Ajaknya. Shintaro menurut, tanpa sadar ia berlari menuju
rumah kekasihnya. Ia tersenyum geli mengingat kejadian tadi.
Rumah
keluarga Maika cukup besar maklum ayahnya orang yg cukup berpengaruh di
kepolisian Jepang. Shintaro duduk di sofa empuk berwarna cream. Maika lalu
datang membawa segelas air putih. Dan Shintaro langsung menengguknya habis. Berlari-lari
seperti tadi cukup membuatnya dehidrasi ternyata.
“habis dari mana
sih. Kenapa tadi gk langsung lari pulang kerumah.” Bukannya menjawab Shitaro
malah sibuk membuka tasnya. Lalu mengeluarkan sebuah buku.
“ini, kamu lagi
nyari kan. Tadi kebetulan nemu di toko buku sekalian deh beli. Tapi begitu
keluar toko eh gengnya Tamakon dh nungguin jadi . . . argh” ucapannya terhenti
Ia meringis kesakitan ketika jemari menyentuh pipi kanannya yg lebam. Tanpa
babibu lagi Maika segera menuju dapur mengambil kompres dingin. Shintaro lalu
menempelkannya ke pipinya.
“kenapa nggak
ngelawan, kalo ngelawan kan nggak bakal lebam gini kan” omel Maika gemas.
“aku mau
berhenti berantem” Maika menatap Shintaro tak percaya.
“aku mau jadi
dokter, aku pengin ngewujudin mimpi niichan. Aku juga pengin jadi orang yg
pantes Maika” wajah gadis itu seketika memerah.
“jya gambatte
ne” Shintaro mengangguk pelan. Diam-diam wajah Shintaro bersemu merah.
Tangannya gemas mengacak-acak rambut gadisnya.
Merasa
hari sudah semakin malam Shintaro Akhirnya pamit pulang. Maika ikut
mengantarnya sampai pagar. Sebelum pulang Shintaro memberi kecupan mesra pada
Maika. Sampai tak sadar seseorang sedang mengawasi mereka.
***
Sayumi
membereskan barang-barangnya bersiap pulang. Hari ini moodnya agak buruk. Yabu
terlihat akrab dengan Kanon. Tunggu, apa hubungannya dengannya memang. Ah
Sayumi tak mau ambil pusing, ia segera mengamit tasnya lalu pergi. Sebelum
melewati pintu keluar Sayumi pasti melewati kamar Yabu. Merasa penasaraan ia
mengintip kedalam. Yuto kembali berkunjung dengan beberapa teman. Sayumi merasa
lega semoga Yabu tak merasa kesepian lagi.
Ia
tahu pria itu menyimpan luka yg benar-benar dalam. Apalagi kalau bukan keluarga
yg menelantarnya. Mungkin Yuto satu-satunya keluarga yg masih mengakuinya.
Padahal ia sudah berjuang hingga saat ini tapi kenapa mereka masih memandangnya
dengan sebelah mata. Sayumi benar-benar ingat beberapatahun lalu di hari
kematian Ibunya. Ya dia satu-satunya keluarga yg selalu mendukung Yabu melawan
penyakitnya. Ia benar-benar hancur pada saat itu. Namun ia sampai sekarang berjuang
melawan penyakitnya. Mungkin itu salah satu harapan ibunya. Dan itu alasan
kenapa ia bisa bertahan hingga saat ini.
Yabu,
pria itu menyadari keberdaannya. Sayumi sedikit menundukan kepala sambil
tersenyum. Pria Jakung itu membalas senyumnya lebar. Ya, Sayumi benar-benar
lega melihat pria itu sehat kembali.
Langkah
kakinya lalu kembali berayun. Eloknya langit senja membuat senyum Sayumi
merekah. Cahaya ke emasannya sepadan dengan dedauan kuning disekitarnya. Musim
Gugur, orang bilang ini musim yg sepi. Awal dari Musim Dingin yg menyiksa. Tapi
Sayumi menyukai musim ini. Musim yang penuh dengan ketenangan dan nyaman.
***
Langit
berubah menjadi gelap. Tak ada satupun bintang tampak. Ketika gadis itu baru
keluar dari Taksi. Hujan langsung menyambutnya. Beruntung anak laki-laki itu
sigap menyambut gadis itu dengan payung.
“arigatou
Shin-chan” anak laki-laki itu mengangguk. Ada raut wajah lega melihat Kakaknya
kembali seperti biasanya.
“Okaerinasai,
gomen Kaa-san tak bisa menjemputmu” Sambut wanita paruh baya ini. Kanon
menggeleng lembut.
“Jya kau pasti
lapar kan? Kaa-san buatkan Stoberi Shortcake kesukaanmu” Gadis itu menurut
digiring menuju meja makan. Setelah duduk dengan rapi, wanita paruh baya itu
meletakan sepotong kue di depan anak-anaknya. Mereka duduk rapi di meja makan.
“itadakimasu”
ucapnya bersamaan. Kemudian mulai melahap dengan semangat. Raut wajah mereka
membuat sang ibu hanya tersenyum simpul. Bahagia melihat mereka senang.
“Kaa-san
istirahat dulu ya, Shin tolong bereskan nanti ya kasian Kakakmu baru pulang”
Shintaro mengangguk mengerti.
“maaf ya selama
dirawat aku nggak nengokin” ucap laki-laki itu sambil meletakan garpunya di
piring.
“uun, nggak papa
kok. Aku tauk mesti Shin masih ngerasa nggak enak kan sama aku” laki-laki itu
terdiam meng-iyakan.
“aku tau kok
Shin ngambil keputusan yg tepat. Toh ini
kan di penginin Ryuu”
“dia nggak
pengen ngeliat orang lain bernasib kayak Nachan” Shintaro melanjutkan. Mereka
melanjutkan makan mereka dengn hikmat.
“gochisosama
deshita ~” ucap mereka bersamaan. Dengan sigap Shintaro membereskan piring,
lalu berniat mencucinya. Kanon masih duduk didepan meja makn sambil memainkan
ponselnya.
“Aaa . . .”
teriakan itu membuat Kanon tersetak kaget. Buru ia menghampiri Shintaro yg
sibuk mencuci piring. Gadis itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Anak
ini meskipun sudah tumbuh melampauinya. Namun Ia masih menjadi Shintaro yg
manis dan bergantung pada Kakaknya. Bahkan Ia tak tahu cara mencuci piring.
Bayangkan saja ia hampir menghabiskan seluruh isi sabun.
“sini biar aku
bantu, nyuci yg bener tuh gini” Kanon mulai mempraktekan cara mencuci piring yg
benar. Ya, Shintaro meskipun bentuknya agak sangar seperti ini. Ia tumbuh
menjadi anak kesayangan keluarga Morimoto. Shintaro kecil rentan sekali dengan
penyakit sehingga keluarganya memperlakukannya dengan istimewa. Bahkan setelah
kedua orang tuanya meninggal, Kakaknya juga melakukan hal yg sama. Padahal
Shintaro pikir ia tak selemah itu.
Tbc
0 komentar:
Posting Komentar