Author: ghee na chan / Nachii73
Cast: Hokuto Matsumura, Yamada Ryousuke, Shimazaki Haruka etc
Language: Indonesia
Genre: General, Friendship
Disclaimer: This fanfic pure made by me. The cast 100% real in this word but story just a fiction. Happy reading ^.^
Stasiun Omotesando
pagi itu sibuk seperti biasanya. Seorang lelaki bertubuh semampai baru turun
dari kereta. Bajunya terlihat berantakan karna berdesakan di dalam kereta tadi.
Kaki jenjangnya mulai membawanya menuju pintu keluar. Tak hanya dalam kereta
yang penuh dengan orang. Di jalan setapak pun ramai dengan pekerja yang rapi
dengan jas licinnya berbeda sekali dengan baju santai yang ia kenakan. Setelah
melewati 2 gang kecil, lelaki itu bergegas menuju sebuah tempat yang penuh
dengan tanaman hijau itu, Palace Café. Lelaki itu mengeluarkan kunci dengan
gantungan berbentuk miniatur menara tokyo itu. Lalu memasukannya ke lubang
kunci kemudian memutarnya. Setelah terdengar suara kunci yang terbuka lalaki
itu memutar kenop pintu itu lalu masuk.
Klangklang
Lonceng itu
berbunyi menyambut kedatangannya. Sepi tak ada siapapun disana, hanya bunga
matahari yang mulai layu siap diganti.
“Ohayou gozaimasu”
salamnya pada ruangan kosong itu.
Kemarin malam
setelah selesai berberes Hokuto meminta izin ke tenchounya untuk menggunakan
dapur pagi ini. Tencounya paham lalu memberikan kunci itu pada Hokuto, pagi ini
ia datang lebih cepat karena ia ingin segera bereksperimen dengan resep yang
sudah lama terngiang dalam kepalanya. Kamar apartemennya cukup sempit dan tak
dilengkapi dapur, Ia tak bisa berekseperimen di apartemennya. Bulan depan ia
berencana pindah ke apartemen yang dilengkapi dapur. Terlebih kini ia resmi
menjadi siswa sekolah masak di salah satu sekolah keahlian di Tokyo. Jadi ia
harus semakin sering bermain di dapur.
Setelah masuk ia
bergegas menuju ruang ganti. Menganti kaos oblongnya dengan baju koki. Setelah
siap ia bergegas menuju dapur. Benda yang pertama kali ia ambil yaitu sebotol teh
hitam di dalam kulkas. Sebotol teh itu adalah bahan utama eksperimennya. Harus
di akui para pelanggan palace lebih menyukai kopi buatan Jesse dibanding teh.
Ada saja tiap harinya teh tersisa. Bermaksud memanfaatkan bahan yang ada Hokuto
berencana merubah teh hitam pekat itu menjadi kudapan baru Palace. Tapi selain
alasan itu sebenarnya Hokuto punya alasan lain. Teh adalah minuman favorit
gadis idamannya, Shimazaki Haruka. Gadis yang sudah setahun ini jadi patner
kerjanya. Senyumnya yang manis selalu membuat Hokuto bersemangat dalam bekerja.
Bahkan Haruka yang sangat mendukungnya masuk sekolah koki, padahal awalnya
lelaki itu sudah menyerah dengan mimpinya karena keadaan keluarganya. Dahulu,
hanya dengan bekerja di Palace yang dikelilingi
makanan-makanan enak cukup baginya. Toh ia bisa sambil belajar dari
Tenchou ataupun Takaki, tapi gadis itu merubah pemikirannya. Sayangnya senyuman
yang biasa mengembang diwajah gadis itu melai memudar. Akhir-akhir ini gadis
itu terlihat lesu. Pagi ini saat Haruka datang ia ingin memberikan Puding Teh
buatanya, berharap gadis itu sedikit terhibur.
Tanpa membuang
waktu lama Hokuto memulai pekerjaannya. Lengannya mulai menyiapkan panci untuk
merebus teh hitam itu. Selagi menunggu mendidih Hokuto mengeluarkan bubuk jeli.
Dan menyiapkan wadah. Setelah mendidih Hokuto buru-buru mencampurkan serbuk
putih itu diatasnya. Diaduknya hingga merata lalu menuangkanya ke dalam wajah
yang sudah disediakan. Senyumnya mengembang melihat cairan coklat kehitaman itu
mulai mendidih. Ia tak sabar menunggunya beku, lalu membiarkan gadis itu menyicipi
pudingnya saat tiba nanti.
***
Suara lalu lalang
kendaran setia menemani Hokuto yang sibuk mengelap meja. Sembari menunggu
pudingnya siap tak ada salahnya mulai membersihkan Palace. Setelah mengumpulkan
vas berisi bunga matahari dan memindahkanya ke atas meja bar, lelaki itu mulai
mengelap meja.
Klangklang
“Harusnya hari ini
bunga tulip bukan mawar”. Umika datang dengan seikat mawar merah dalam
pelukannya. Dibelakangnya Yamada datang dengan wajah mengantuk.
“Nee, kitemasu ka?”
“Hoamm” Tanpa
jawaban tenchounya itu menguap lebar. Merasa kesal Gadis itu berbegas pergi ke
ruang ganti.
“Aa, Hoku-chan
Ohayou” sapanya hangat.
“Ohayou” balasnya
singkat.
“Ohayou Hokuto”
“Ohayou Tenchou”
“Gimana pudding
buatanmu? Dah jadi? “ Tanya tencounya sambil melepas topi hitamnya.
“Ah mada, sebentar
lagi paling”. Jawab Hokuto sambil melirik jam di lengannya.
“Ohya pagi ini aku
ikutan jaga di depan ya, biar masalah dapur Takaki aja”.
“wah rame dong hari
ini di depan”
“un, Shimazaki
mulai hari ini dan seterusnya ngga bisa kerja di Palace lagi. Dia mengundurkan
diri kemarin, ada urusan di rumah katanya”. Mendadak dunia Hokuto berhenti,
lengannya yang sedari tadi mengelap meja terhanti. Seluruh tubuhnya sedang
mencerna yang baru ia dengar. Hokuto
berharap semua hanya sebuah ilusi.
“Ehh?!”
***
Benda berbentuk
setengah lingkaran kenyal itu sersaji dihadapan lelaki itu. Sambil menghela
nafas lelaki itu mulai menghiasnya dengan memberi krim putih diatasnya. Dan
sebagai sentuhan terakhir buah strawberry berbentuk kipas itu, selesai. Puding
hitam pekat itu siap di cicipi. Lelaki itu lalu membawa pudding itu ruang
istirahatnya, meletakannya di meja lalu menarik kursinya dan duduk.
“fyuuhh” Lagi-lagi
ia membuang nafasnya berat. Dipandanginya pudding hitam itu lesu. Hatinya
hancur seandianya ia membuat pudding ini lebih cepat. Sebelum menyentuh
makanannya Hokuto mengecek Smartphonenya berharap Haruka membalas pesannya.
Namun sekali lagi ia harus bersabar, tak ada balasan darinya. Mungkin gadis itu
sedang sibuk, lelaki itu mencoba berpikir positif. Tiba-tiba sebuah ide
melintas di kepalanya.
Cekrekk
‘padahal
aku ingin kau mencicipinya, saat kau datang berkunjung ke palace kau harus
mencicipinya ya’
Jempol lelaki itu
lalu menyentuh tombol kirim, sekarang tinggal menunggu balasan.
“Yosh taberu ka?”
Saat lelaki itu hendak menyendok pudding itu tiba-tiba suara bising datang
mendekat.Yamada sedang berlari dengan wajah sumringah.
“Hokutoo . . .”
“kau harus dengar,
minggu depan Sachi pulang”
“ahh kita harus
menyambutnya nanti, aduh aku harus menyiapkan ide pesta penyambutannya”
“Iina Tenchou, aku
siap membantu”
“un, ohya gimana
pudingnya? Sini kucicipin” Yamada langsung mengambil alit sepiring pudding itu.
Setelah memotongnya ia segera melahapnya. Hokuto memperhatikan reaksi
Tenchounya. Kening lelaki didepannya mengkerut sedang berpikir.
“dou?”
“ma, ma” lelaki itu
menggeser piring itu mendekat ke Hokuto sambil memberi isyarat untuk mencobanya
sendiri.
Hokuto pun menurut,
setelah memasukan pudding itu ke dalam mulutnya lalu mengunyahnya pelan dahinya
ikut mengkerut. Ah ia tadi lupa menambahkan gula, pantas saja terasa hambar.
Drtttdrttt
Mata hokuto membelalak
lebar, balasan dari Haruka.
‘gomenasai
aku pergi mendadak tanpa memberi tahumu, ada yang harus kuselesaikan dirumah.
Ayahku sakit, aku harus membantu Ibu mengurus perkebunan kami. Saat keadaannya
sudah membaik aku akan kembali ke Tokyo. Masih banyak hal yang ingin ku lakukan
di Tokyo. Wa, oishii sou. Tabetain na. Saat aku berkunjung ke palace pasti aku
memakannya’
Sudut bibir Hokuto
tertarik melebar. “Oishikunai yo, tapi saat kau datang kupastikan ini jadi
pudding teh terlezat yang kau makan” Gumamnya pelan.
“Are, masaka Haruka
kara?” Tanpa menjawab lelaki itu hanya tersenyum. Tenchounya ikut tersenyum
melihatnya.
“jadi kapan kau
akan menyatakan perasaanmu? Aku bisa memberimu hari libur kapan saja loh” Goda
Yamada. Hokuto hanya menggeleng pelan bingung harus menjawab apa. Mungkin saat
pudding teh buatannya sempurna saat ia kembali bertemu dengan Haruka.
~Pudding Tea end~
0 komentar:
Posting Komentar