ghee na chan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Precious Live [1/?]

こんばわ。。。
お元気ですか。
hehe saya balik lagi bawa fanfic bikinan saya.
mmbb kalo nggak suka sama pairingnya maap ya.
anggap aja tokoh cewenya itu kamu :)
 ahh iya posternya baru karna yg kemaren ada yg salah XD
dan kayaknya yg ini lebih bagus
douzo . . .

  

Title : Precious Live
Cast : Yabu Kouta, Kanon Fukuda, Ryutaro Morimoto, Sayumi Mishichige,
Genre : sadly, romance, family
Rating : General
Length :
Languange : Indonesia
Sumarry: ‘hidup’ satu kata yg cukup sederhana namun penuh makna. Jika kau hidup kau bisa melakukan hal-hal baru. Kau bisa menemukan orang yg tuhan pilih mendampingimu. Kau bisa meraih semua impianmu. Kau bisa merasa kesal, marah, dan juga sakit. Jika kau hidup.





Matahari baru saja menampakan diri dari ufuk timur. Gemersik dedaunan bewarna kuning kecoklatan samar terdengar. Satu persatu dedaunan itu meninggalkan ranting. Lalu melayang tertiup angin dan berkumpul bersama kawannnya yg sudah mendarat terlebih dahulu.

Tak jauh dari tumpukan daun, gadis itu duduk di bangku kayu itu. Ia masih mengenakan setelan piyama panjangnya. Setelan jaket biru cerah melindungi dirinya dari cuaca dingin. Ia memakai hoodie menutupi rambutny yg di cat kecoklatan. Jemari tangannya yg hampir tertutupi lengan jaket meremas jaket itu. Matanya yg sembab kemerahan dan berair. Bibirnya pucat menyerupai warna kulitnya sekarang.

“Fukuda!! Fukuda!!” suara itu memanggil namanya.

Buru-buru ia bangkit mencoba bersembunyi. Namun tubuhnya sempoyongan. Dengan sigap tangannya memegang batang pohon agar tak jatuh. Ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah menyadari noda darah mengotori bajunya. Sejak kapan hidungnya berdarah. Kenapa ia tak menyadarinya.

“Fukuda!!!” suara itu semakin keras terdengar. Sekuat tenaga ia berusaha berlari, namun tubuhnya tak mau menurutinya. Ia hanya bisa berjalan tertatih, dan pandangannya semakin buram lalu menjadi gelap.


***

Ruangan putih itu begitu sunyi. Hanya ada suara-suara alat kesehatan. Tubuh lemah itu berbaring diranjang hidungnya di sumpal selang oksigen. Sunyi benar-benar sunyi. Hembusan angin musim gugur memainkan gorden. Lalu menyentuh kulit pucatnya. Keduanya matanya masih tertutup rapat meskipun angin mencoba membangunkannya.

Ceklek

Pintu putih itu akhirnya terbuka. Seorang perawat cantik dengan name tag bertuliskan ‘Michishige Sayumi’ menempel di seragamnya.
“are, kenapa jendelanya kebuka. Yabu-kun kau pasti kedinginan.” Ucap gadis itu pada pria yg masih terbaring tak bergerak.

Sayumi lalu melanjutkan tugasnya. Dengan teliti ia mengecek keadaan pria ini. Selesai melaksanakan tugasnya bukannya. Segera bergegas menuju kamar pasien lain. Sayumi memilih duduk di kursi sambil memandangi pria yg masih terlelap ini.

“ne, Yabu-kun. Kau sudah mendapatkannya kan. Kau tak akan mati hidupmu masih berlanjut. Cepet bangun ya.” Sayumi menarik nafasnya panjang lalu membuangnya pelan. Dadanya terasa sesak, sedari tadi ia hanya berbicara pada tubuh yg masih belum bergerak.
“udah dulu ya, aku harus lanjut kerja” sebelum beranjak, Sayumi kembali membetulkan letak selimut. Berharap kehangatan selimut dapat membangunkannya. Namun begitu tekejutnya ia melihat Yabu mulai bereaksi. Kelopak matanya mengerjap hendak membuka. Seyum Sayumi merekah lebar.
“Yabu-kun”
            
            Akhirnya sepasang kelopak mata itu membuka dengan sempurna. Yabu Kouta, akhirnya ia bangun dari tidurnya. Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Cairan bening mulai mengalir turun membasahi wajahnya. Tangis bahagianya pecah. Hidupnya belum berakhir, hidupnya masih berlanjut. Ia pikir hidupnya akan berakhir di usianya yg sudah menginjak 24 tahun ini seperti prediksi dokter. Ia benar-benar bersyukur tuhan masih memberi kesempatan untuk menggapai mimpi-mimpinya yg belum tercapai.

***

             Sang mentari sudah kembali ke peraduannya. Langit menjadi gelap gumpalan-gumapalan angin hitam berarak menutupi kerlap kerlip bintang. Angin berhembus kencang. Hujan sepertinya akan segera turun. Beberapa orang enggan keluar dari rumah. Memilih menikmati makan malam di akhir pekan bersama keluarga di rumah.

            Di kediaman rumah Fukuda keluarga kecil itu sedang menikmati makan malam mereka. Sepasang suami istri bersama anak perempuan mereka dan seorang anak laki-laki yg kini menjadi anggota keluarga mereka. Usianya baru menginjak 17 tahun. Tahun ke 2 di sekolah menengah atas. Rambutnya hitam kulitnya agak kecoklatan. Namanya Shintaro.

“aji wa dou??” Tanya nyonya Fukuda mencoba memecah keheningan.
“Aa, oishii. Udah lama nggak makan enak kayak gini” jawabnya dengan nada ceria. Berusaha menutupi semua kesedihan yg dirasakannya.
“waa ureshii, Jya kau harus makan banyak.” Nyonya Fukuda lalu mengambilkan banyak tempura untuk Shintaro.
“arigatou gozaimasu” Shintaro menerimanya dengan senang hati seulas senyum akhirnya menghias wajahnya. Ia bahagia menemukan keluarga baru yg sangat menyayanginya.
“haha, benar tak usah sungkan. Benar kan Kanon.” Ucap Tuan Fukuda sambil melirik putri kesayangannya.
“ahh, eh iya benar” Kanon ikut membenarkan. DEG ketika matanya bertemu dengan adik barunya. Wajah itu mendadak muncul, harus ia akui dia mirip kakaknya. Mendadak hatinya berkecamuk tak terkendali. Matanya mulai berkaca-kaca. Ia langsung menundukan kepalanya, berusaha menguatkan hatinya. Shintaro yg melihatnya merasa tak enak. Dengan cepat ia langsung melahap makan malamnya habis.
“gochisosama” ucap Shintaro sambil mengatupkan kedua tangannya.
“aku balik ke kamar dulu ya banyak PR” pamitnya. Ia tak ingin memperburuk suasana dengan bertahan lebih lama di ruang makan.


              Gadis itu berjalan menyusuri jalanan sambil sesekali melihat ponselnya. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai. Sesekali angin memaikan rambutnya. Membuat dirinya menggigil, ia merasa menyesal tak mengenakan pakaian hangat. Kini langkah kakinya berhenti di depan rumah berpagar batubata merah bertuliskan keluarga ‘Fukuda’. Kemudian memencet bel kediaman tersebut. Tak lama kemudian wanita paruh baya membukakan pagar.

“konbawa, Yamamoto Maika tomoshimasu. Etto Shintaro-kun ada?” ucapnya sopan.
“ahh douzou”
Nyonya Fukuda langsung mempersilahkan masuk. Ia naik ke lantai 2 menuju kamar Shintaro. Lalu diketuknya pintu bertuliskan nama orang yg ia cari.
“Shintaro-kun kau didalam? Aku masuk ya” tanpa menunggu persetujuan sang penghuni kamar ia langsung memasuki ruangan. Shintaro ada disana sedang sibuk memperhatikan sesuatu di meja belajarnya. Maika melepas ranselnya lalu duduk diranjang.
“hey aku bawa komik kesukaanmu lho, nggak mau liat??” Shintaro tak merespon. 

               Merasa penasaran Maika mendekat. Mendadak darahnya berdesir. Sedari tadi ia sedang menahan tangisnya agar tak pecah. Ia menggenggam erat foto keluarga bahagia. Ayah dan ibunya tersenyum bahagia menggandeng adik kecilnya. Sedangkan ia memeluk ibunya erat. Sedangkan sang kakak duduk manis dipangkuan sang ayah. Mereka semua tersenyum bahagia. Namun sekarang mereka semua meninggalkannya sendirian.

“Shintaro-kun, daijoubu” hiburnya.
Punggung shintaro mulai bergetar hebat. Maika merasa iba, matanya mulai berkaca-kaca. Pacarnya itu mungkin terlihat kuat, namun ia tetap memiliki sisi lain dari dirinya. Terlebih baru saja kehilangan kakak kesayangannya. Yg pergi menyusul ayah ibu dan juga adiknya di surga. Gadis reflek memeluk punggung Shintaro hangat. Tangisnya akhirnya benar-benar pecah.
“daijoubu, keluarin aja semuanya, biar lega” ucap Maika sambil mengelus rambut Shintaro lembut. Sebisa mungkin ia tak ikut menangis. Ia harus kuat.
“ada aku disini” ia lalu meletakan dagunya di bahu kekasihnya. Ia tahu kehilangan orang-orang yg di cintai menyedihkan. Rasanya ingin ikut menghilang dari dunia ini. Maika tak ingin Shintaro berpikir seperti itu masih banyak orang yg menyayanginya.
“ada hal baik yg akan terjadi kan?” Maika mengangguk.

Tiktiktik

Tetesan air hujan membasahi jendela kamar. Maika tersenyum.
“hora, hujan turun karna kau menangis. Setelah hujan reda, aku yakin bintang-bintang di langit bakal keliatan. Begitu juga denganmu, Shin”
“baka ~” Shintaro tersenyum mendengar analisis bodoh nan puitis yg keluar dari mulut Maika. Namun ia berharap semuanya benar.



~tsuzuku~
 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar