akhirnya kelar juga fanfic pesenan yg tahunan tak terurus maap ya lama
selamat menikmati semoga nggak megecewakan
Title : Okaerinasai . . .
Cast : Yamada Ryosuke X Arima Sachii (oc)
Genre : romance
Rating : General
Length :
Languange :
Indonesia
Langit begitu cerah. Cahaya ke
emasan menghiasi langit. Gadis itu sejenak melihat keluar jendela. Pandangannya
menerawang jauh keangkasa. Terhipnotis oleh indahnya warna warni langit. Ia
tebuai dengan suasana sore itu. Tubuhnya juga sudah penat. Seharian menerima
materi-materi di sekolah dan di lanjutkan di tempat les. Tapi mau bagaimana
lagi, tahun ini adalah tahun ke-3nya di sekolah menengah atas. Ini bukan
saatnya bersantai. Terlebih melanjutkan pendidikanya di Toudai adalah mimpinya.
Mungkin itu sesuatu yg berat, tapi ia siap. Siap bertempur untuk menggapai
mimpinya.
“sachan!!” panggil Natsu sambil
mengoyang-goyangkan bahunya.
“ehh?! Dah kelar yah” Sachi
akhirnya sadar dari lamunan panjangnya. Suasana kelas benar-benar sepi
sekarang. Hanya ada dirinya dan Natsu saja.
“dasar kau ini, aku duluan ya.
Okasan bisa ngomel kalo aku nggak cepet balik. Jya mata ashita” belum sempat
menjawab Natsu sudah hilang. Sachi mengambil nafas pelan. Teman-temannya sibuk
tak ada yg bisa menemaninya makan malam ini.
“ahh sudah gelap” Sachi sadar
waktunya sangat berharga ia bergegas membereskan bukunya lalu keluar dari
kelas.
***
“irashaimase” sambutnya hangat.
Senyumnya merekah, manis senyumnya benar-benar manis. Kulitnya putih
kekuningan. Rambutnya di cat kecoklatan. Pria ini tak begitu tinggi, tingginya
hanya berkisar 165 cm. wajahnya bisa di kategorikan rupawan, belum lagi
charisma yg dimilikinya. Pengunjung cafe kecil ini betah berada disini.
Sachi itu memilih duduk di meja pojok ruangan. tempat yg
cukup nyaman karna jauh dari pelanggn yg datang beramai-ramai. Ia menyukai
tempat sepi.
“douzo” ucapnya sambil
menyerahkan menu.
“omurice sama milk tea ya”
putusnya tanpa memeriksa lembaran-lembaran menu terlebih dahulu. Ia lalu
membuka tas sekolahnya mengambil beberapa buah bukunya. Bermaksud membaca
materi yg baru ia dapatkan.
“haik, kashikomarimashita” tak
ingin mengganggu pria ini segera ke dapur.
Ia lalu meracik pesanan pelanggan. dengan tangannya sendiri.
Tak butuh waktu lama ia selesai membuat segelas milk tea dan sepiring omurice
untuk pelanggan. Sebelum menantarnya, ia mengambil piring kecil lalu
memenuhinya dengan kue-kue yg terbalut krim manis menggoda.
“ahh, gadis itu masih dingin dan
serius seperti biasa ya.” Ucap rekan kerjanya. Yamada tersenyum tipis. Gadis itu
memang serius dengan buku-bukunya. Auranya mengatakan ia tak ingin diganggu.
Padahal café tempat untuk bersantai sejenak, menikmati segelas kopi atau teh
ditemani makanan kecil pengganjal perut. Tanpa menjawab Yamada bergegas
mengantarkan pesanan.
“douzo . . .”Yamada meletakannya
dengan lembut.
“etto, maaf aku nggak pesen ini
ya” ucap gadis ini sambil menunjuk piring kecil berisi kue.
“kebetulan hari ini, café kami
membagikan kue gratis untuk para pengunjung” jawab pria ini bohong.
“ahh sou, arigatou ne” gadis ini
tersenyum senang ia langsung menyeruput minumannya. Yamada langsung kembali ke
tempat. Melaksanakan tugasnya yg lain.
***
“arghhh . . .” seru Sachi
frustasi. Ia menggaruk-garuk kepalanya yg sama sekali tak gatal. Sudah berulang
kali ia mengobrak abrik tas sekolahnya. Namun ia tak menemukan buku yg berisi
ringkasan pelajaran miliknya. Padahal buku itu sangat berharga baginya. Ia tak
perlu membuka kembali buku-bukunya yg tebal. Hanya dengan sebuah buku ia
belajar dengan praktis. Biasanya setelah pelajaran usai ia segera meringkasnya
di buku itu. Merasa putus asa ia memutuskan berbaring di ranjangnya yg sudah
dipenuhi barang-barangnya. Kamarnya benar-benar seperti kamar pecah. Sachi
benar-benar tak tahu harus mencari dimana lagi.
Tingtong
Seseorang memencet bel rumahnya. Sachi bergegas turun karna
ia satu-satunya orang di rumah.
“ahh Haik”
“Konbawa Yamada desu, aku mau
ngembaliin buku milik Arima-san yg ketinggalan” Sachi kaget. Jangan-jangan itu
bukunya. Ia bergegas membukakan pintu. Dan benar saja buku itu. Buku yg
dipegang pria itu, buku ringkasan miliknya. Sampulnya coklat ada namanya dan
juga data-data lain termasuk alamat rumahnya
untuk berjaga-jaga bila hilang. Tanpa babibu lagi Sachi langsung merebut
buku itu dari tangan pria bernama Yamada itu. Senyumnya merekah lebar. Ia langsung
menyalami Yamada berterimakasih. Lalu menciumi bukunya sendiri. Kemudian
menggoyangkan tubuhnya kesana kemari sambil melakukan lompatan kecil. Ia
terlalu senang sampai lupa ada orang yg baru ia temui di hadapannya. Sampai
akhirnya tawa Yamada menyadarkannya.
“haha kau ternyata lucu juga ya,
padahal biasanya kau selalu terlihat serius” wajah Sachi memerah.
“eh??! Kenapa kau tahu?” Sachi
terlihat bingung. Bukannya ini pertama kali ia bertemu dengannya.
“doumo, Yamada Ryosuke
tomoshimasu. Aku kerja di palace café tiap malam kau makan di situ kan” Sachi
mengangguk-angguk. Pantas ia merasa tak asing dengan wajahnya.
“ahh atashi wa Arima Sachi desu,
panggil saja Sachi Yoroshiku. Ahh mau masuk minum teh sebentar. Yamada-kun
sudah jauh-jauh datang kesini” tanpa menunggu jawab Yamada sachi langsung
menggeret Yamada masuk. Yamada menurut senyumnya merekah lebar. Gadis ini tak
seperti yg selama ini ia bayangkan.
***
Langit sore memerah seperti biasa.
Dedaunan dengan warna senada berguguran tertiup angin. Sachi merapatkan
jaketnya. Udara akhir-akhir ini semakin dingin. Ia menjinjing tas kain berisi
buku-buku yg baru ia pinjam dari perpustakaan. Sebelum pulang ke rumah ia
mampir ke tempat biasa untuk sekedar mengisi perutnya yg kosong. Mau bagaimana
lagi ibunya belum pulang dari kantor. Tak ada makan malam dirumah. Terlebih
Sachi tak begitu akrab dengan dapur.
“irashaimase” Yamada menyambut
pelanggan hangat seperti biasa. Sachi memilih duduk di meja nomor 8 seperti
biasa. Yamada tersenyum melihatnya. Lalu Yamada menyusul di belakang.
“hime-sama douzou” ucap Yamada
sambil menyerahkan menu. Sachi berusaha menyembunyikan rasa gugupnya. Pria ini
belum genap sebulan dikenalnya. Namun tingkahnya selalu membuat dadanya
bergetar. Padahal sudah berulang kali ia meminta Yamada untuk tak memanggilnya
dengan panggilan aneh seperti itu.
“kayak biasa” kata Sachi sok
dingin. Seperti biasa ia tak memeriksa menu terlebih dahulu. Lalu sibuk
mengobrak abrik tas jinjingnya. Yamada pergi ke dapur tanpa protes seperti
biasa. Namun ekspresi wajahnya membuatnya ingin tertawa. Sachi yakin Yamada
kesal terhadap sikapnya tadi. Ia tersenyum geli melihatnya. Entah kenapa
semenjak mengenal Yamada Dunianya mulai berubah. Ia rasa ada yg berbeda
semenjak mengenal pria tampat itu. Ia semakin ceria, semua pelajaran yg
membosankan berubah menjadi menyenangkan. Meskipun akhir-akhir ini waktu
belajarnya tersita. Karena mendadak wajah manis Yamada muncul dibenaknya. Sachi
sadar kebiasan ini bisa membuat mimpinya menjauh karna ia tak fokuss belajar.
Tapi mau bagaimana lagi café ini tempat makan favoritnya. Selain rasanya enak,
ramah dengan isi dompetnya ditambah pelayan super hangat dan tampan seperti
Yamada.
“Sachi sadar waktumu nggak
banyak” Sachi menepuk-nepuk pipinya pelan. Berusaha menyadarkannya dari lamunan
panjangnya. Ia lalu membuka buku ringkasannya, hendak membaca beberapa materi
pelajaran social. Sachi memang paling buruk dalam pelajaran sosial. Dengan
membaca kembali materi membantunya mengingat materi.
“serius amat belajar” goda
Yamada. Sachi yg baru selesai membaca 1 paragraf kaget hampir jatuh dari
kursinya. Yamada terkikih sambil meletakan pesanan di meja.
“week, biarin” ucap Sachi sambil
menjulurkan lidahnya.
“nee, kau pasti butuh hiburan. Ini
buat kamu.” Sachi memenggang boneka beruang itu senang.
“arigatou . . .” Senyumnya merekah lebar, memeluk boneka
berbulu lembut itu.
“nee, Sachan mau kan jadi
pacarku? ” tanya Yamada pelan. Sachi terlihat kaget, semburat merah menghiasi
wajahnya. Yamada menatapnya intens, Sachi yakin wajahnya benar-benar merah
sekarang. Tanpa berpikir panjang Sachi mengulum senyum sambil mengangguk
lembut.
***
Sachi memelototi kertas yg di
pegangnya. Menggigit bibirnya tak
percaya. Nilainya turun, Gawat. Ia yakin ibunya pasti akan mengomelinya. Arghh
padahal ia ingin menikmati segelas teh hangat dengan kue-kue manis sore ini. Ia
lalu duduk dibangkunya dengan tenang. Otaknya berpikir keras. Mencoba mencari
sumber pencerahan. Kenapa semua ini terjadi. Sachi rasa karna akhir-akhir ini
dirinya kurang kosentrasi dalam belajar. Mendadak wajah Yamada terlintas di
benaknya. Semburat kemerahan menghias
pipinya. Lalu dengan cepat ia menggelengkan kepalanya lalu menepuk pipinya
pelan. Sekarang bukan waktunya untuk melamun. Ahh tunggu, ini dia penyebabnya. Ia
meremas kertas yg ia pegang. Uh rasanya ingin meluapkan semua yg ada di
hatinya. Kenapa semua ini terjadi padanya. Baru sehari lalu ia dan Yamada resmi
berpacaran. Sachi sadar ini bukan waktunya untuk jatuh cinta. Tapi bagaimana
lagi ia sudah terjangkit virus itu. ia terlanjur menyukai pria itu. dan rasa
kasmaran itu yg kadang membuat ia melupakan pelajarannya.
Langit senja memerah seperti
biasa. Sachi berjalan lunglai menyusuri jalanan. Hari ini ia benar-benar kacau
bahkan materi yg ia terima di tempat les tadi tak ada yg mesuk ke otaknya satu
pun. Langkahnya mengantarnya ke tempat biasa. Yamada terlihat sumringah melihat
Sachi datang. Buru-buru ia menyambutnya dengan hangat.
“irashaimase, hime-sama”
sambutnya dengan senyum yg mengembang manis di wajahnya. Sachi merasa dadanya
semakin sesak.
“jangan panggil aku kayak gitu”
“aa . . . hari ini sepertinya
hime-sama harus menikmati kue-kue manis buatan saya sendiri”
“sudah kubilang jangan panggil
aku kayak gitu!!” bentak Sachi. Mendadak suasana hening.
“nilaiku turun, aku mau kita
sampai disini” kalimat itu adalah kalimat terakihir yg Sachi ucapakan sebelum
pergi. Gadis itu sadar apa yg dilakukannya meskipun ia masing sangat menyukai
Yamada. Namun ia pikir ia tak bisa melanjutkan hubungan ini. Ia belum bisa
menyeimbangkan antara cinta dan sekolah. Jadi Sachi pikir lebih baik sampai
disini. Walapun hatinya benar-benar remuk sekarang.
***
Hari-hari berlalu dengan cepat.
Sachi memandangi langit yg mulai gelap. Biasanya ia menghabiskan waktu sore di
café. Kini ia duduk menghadap beja belajarnya yg penuh dengan buku-buku tebal.
Sudah 3 hari berlalu Yamada tak memprotes putus sepihak. Ya mungkin ia sudah
menemukan gadis lain. Atau jangan-jangan selama ini memang ia tak serius
dengannya. Ahh sudahlah Sachi tak mau memikirkannya lagi. Ia tak mau waktunya
tersita lagi.
“Sachan! Kau pesan kue ya?” Tanya
ibunya dari luar kamar. Ia sudah pulang kerja rupanya. Merasa penasaran Sachi
keluar dari kamar.
“ahh nggak kok”
“tapi ini ada di depan rumah
waktu Kachan mau masuk” DEG itu kan dari café tempat Yamada bekerja.
“ahh, paling dari temenku ambil
aja Sachi kenyang” meskipun rindu rasa manis kue-kue lucu itu. tapi Sachi
menahan diri. Ia tak mau pikirannya melayang memikirkan pria itu. ia hanya
ingin focus belajar. Ibunya mengerti lalu bergegas menuju dapur.
“ahh ini ada surat untukmu” Sachi
terihat bingung dan juga penasaran apa isi surat ini. Ia kembali kekamarnya. Lalu
duduk diranjangnya. Ia mulai membuka surat yg di lapisi amplop berwarna cream itu. sejenak Sachi merasa takjub
melihat tulisan tangan mantan kekasihnya. Cantik dan rapi.
Untuk
Sachi
Gimana
kabarmu? Pasti sibuk belajar kayak biasa ya. Nee, tahu nggak apa yg bikin aku
jatuh cinta sama kamu? Emm aku rasa sikapmu yg selalu serius dengan bukumu itu.
hahaha kau benar-benar berjuang untuk mimpimu ya. Jangan terlalu serius dengan
buku-buku tebalmu. Kadang kau juga harus sejenak menikmati waktu luangmu.
Sambil nikmatin kue yg kubuat. Makan yg banyak kau butuh banyak energy untuk
terbang menuju mimpimu. Aku yakin kok Sachi bisa. Sachi wa boku no ojousama
dakara. Aku percaya Tuan Putriku akan kembali ke istananya. Jya, mata aimashou.
Kedua bola mata gadis ini
berbinar. Darahnya berdesir lembut. Ia pikir pria itu sudah membencinya. Tanpa
pikir panjang ia segera pergi ke dapur. Menyambar kue bebalut cream putih
lembut dengan stroberi segar diatasnya. Ibunya hanya bisa menggeleng-gelengkan
kepalanya tak mengerti. Kelakuan anak perempuan satu-satunya ini. Sachi memasukan
sepotong kecil kue itu kedalam mulutnya. Lembut dan manis, kedua sudut bibirnya
tertarik. Rasa ini selalu membuat gadis ini lupa hal-hal yg melelahkan yg
selama ini ia alami. Rasa yg membuat semangatnya kembali. Rasa selalu yg
membuat lengkungan senyum menghias bibirnya.
“sachan??! Kenapa kau tiba-tiba
menangis seperti itu??”
“ehh” jemarinya meraba pipinya yg
sudah basah. Lalu ia hapus cairan bening yg membasahi pipinya itu. namun nihil,
pipinya makin basah. Sang Ibu terlihat bingung. Ia hanya bisa mencoba
menenangkan anak kesayangannya ini.
***
Semilir angin segar menerbangkan rambut
hitam gadis itu. senyumnya merekah lebar melihat jalanan yg berwarna pink. Aroma
khas bunga sakura merebak di udara. Kedua kakinya melangkah lembut menyusuri
jalanan kecil. Langkahnya lalu terhenti didepan bangunan bergaya eropa.
‘palace’ tulisan itu terpampang indah didepan tempat itu. lagi-lagi ia
tersenyum. Jemari tangannya lalu membuka pintu kaca itu.
“irasha . . .” wajah pria itu
terlihat kaget melihat siapa yg datang.
“ah okaerinasai oujousama” seulas
senyuman lembut ikut menyambut tuan putrinya pulang. Mendadak raut wajah gadis
itu berubah. Tak ada senyuman yg sedari tadi menghias wajahnya. Ia bergegas
duduk di meja kesayanganya.
“hai dozou” seperti biasa pria
ini memberikan buku menu. Namun gadis ini tak menyentuhnya. Pria ini tersenyum
simpul.
“ah omurice dan milk tea kan?”
“ah iie” wajah pria ini terlihat
sedih.
“buatkan kue yg enak untuk tuan
putrimu ya” senyum itu akhirnya kembali. Senyum pria ini pun, merekah lebar.
Meluapkan kebahagiaan yg sedang meluap dalam dirinya. Akhirnya tuan putrinya
kembali. Dan ia tak ingin melepasnya lagi.
~owari~
0 komentar:
Posting Komentar