Title : Precious Live
Cast : Yabu
Kouta, Kanon Fukuda, Morimoto Shintaro, Yamamoto Maika, Sayumi Mishichige
Genre : sadly,
romance, family
Rating : General
Length :
Languange :
Indonesia
Sumarry: ‘hidup’ satu kata yg cukup sederhana namun penuh
makna. Jika kau hidup kau bisa melakukan hal-hal baru. Kau bisa menemukan orang
yg tuhan pilih mendampingimu. Kau bisa meraih semua impianmu. Kau bisa merasa
kesal, marah, dan juga sakit. Jika kau hidup.
Shintaro mengamit sepatu coklatnya dari rak sepatu. Lalu segera
memakainya. Nyonya Fukuda terlihat sibuk didalam rumah. Pakaiannya rapi hari
minggu seperti ini biasanya ia pergi melatih ikebana. Namun hari ia memilih
libur. Ia harus mengatar anak gadis kesayangannya ke rumah sakit. Untuk mengecek
keadaan anaknya yg akhir-akhir ini mengkhawatirkan.
Nafsu makan Kanon memburuk sejak kematian Ryutaro. Padahal sudah
genap seminggu berlalu. Gadis itu lebih memilih seharian berada di dalam kamar.
Entah apa yg ia lakukan disana. Kulitnya semakin pucat tak terkena sinar
matahari. Meskipun samar namun pasti berat badannya turun. Bagaimana tidak
dalam sehari, ia hanya menyentuh makan siangnya dan itu pun tak habis. Ibunya khawatir
melihatnya, kalau bukan karna memergoki anaknya sedang memuntahkan makanannya
tadi pagi di kamar mandi. Mungkin anaknya masih mengurung diri dikamarnya. Perdebatan
tadi pagi membuat hati Kanon sedikit luluh. Atau mungkin ia sudah kehilangan
energinya untuk menolaknya.
“itekimasu” pamit Shintaro.
“iterashai” seru nyonya Fukuda.
Di hari minggu yg cerah ini Shintaro memutuskan pergi ke
makam keluarganya. Sekedar menyapa mereka dan mendoakan mereka bahagia disana.
Suasana pemakaman sepi seperti biasanya. Shintaro meletakan bunga mawar putih
kesukaan ibunya yg ia beli sebelum kesini.
Plokplok
Shintaro mengatupkan kedua telapak tangannya. Berdoa mereka bahagia disana.
Darahnya berdesir, mendadak ia ingin menangis. Namun ia menahannya. Ia sudah puas
menangis dimalam setelah pemakaman kakaknya. Toh tak perlu berlarut dalam
kesedihan.
“ne, kalian tak perlu khawatirkan aku. Jichan sama Obachan
baik banget” ucap Shitaro pada batu nisan di hadapannya.
“tapi nii-chan, kau tahu Kanon-nee. Dia belum bisa nerima
kenyataan nii-chan dh pergi. Aku nggak tahu mesti gimana.” Hening. Shintaro
memilih diam, membiarkan angin menerbangkan dedaunan. Membuat suara
ranting-ranting yg bergesekan satu sama lain. Kedua manik matanya menatap
langit yg tertutupi awan putih tebal. Tangan kanannya terangkat menghadap
langit. Seandainya ia bisa menghapus awan putih tebal itu. ia ingin melihat langit
biru yg cerah. Ingin semuanya kembali seperti semula. Ia tahu kakaknya tak akan
pernah kembali. Tapi paling tidak ia ingin Kanon kembali tersenyum dan hangat
seperti biasa.
“kalo aku pergi apa Maika seperti Kanon-nee ya, aku rasa
tidak. Toh hubungan kami belum terlalu dalam. Tapi aku nggak akan ngelepas dia”
curhatnya. Ya, meskipun hubungan mereka belum lama. Namun Shintaro yakin Maika
adalah gadis yg ditakdirkan untuknya.
***
“ne, kapan aku bisa pulang” Tanya pria jangkung ini. Tak
peduli lengan kirinya sedang disuntik.
“kan sensei dh bilang, nunggu beberapa hari lagi. Memastikan
jantungmu nggak bermasalah lagi.” Jawab perawat ini sabar. Setelah selesai
dengan tugasnya ia bergegas keluar. Membiarkan pasiennya melanjutkan
istirahatnya. Namun tingkah pria ini mengusiknya. Dia mengikutinya hendak
keluar kamar.
“Yabu-kun, kau harus istirahat”
“moo Sayu, aku seharian di kamar bosen tauk.” Rengeknya bak
anak kecil. Sayumi mengeleng lemas. Mau bagaimana lagi, meskipun ia
melarangnya. Yabu tak akan menuruti perkataanya. Sayumi tahu pria ini sedang
bahagia akhinya bisa berjalan-jalan sepuasnya walaupun hanya mengelilingi rumah
sakit. Setelah berbulan-bulan terkurung dikamar. Tingkahnya mirip anak ayam yg
baru keluar dari kandangnya. Tak mau pikir pusing gadis manis ini memilih
melanjutkan tugasnya.
Yabu melangkahkan kakinya menuju kamar khusus anak-anak.
Tempat yg paling bermakna baginya. Sejak kecil ia sudah berada disana. Tempat
yg memiliki banyak kenangan. Ia tertawa kecil mengingat masa kecilnya. Membuat
onar seisi rumah sakit. Atau kabur bersama kawannya.
“konichiwa” sapanya hangat.
“uwaa Yabu-chan hisashiburi” anak perempuan berumur 5 tahun
ini langsung berhambur memeluk Yabu. yabu mengelus rambut anak ini gemas.
“are, Kana-chan punya banyak temen baru ya” ia merasa asing
melihat anak-anak yg ada dikamar.
“ahh iya, ini nao-chan, aki-chan, yuta-chan, mai-chan, sama
ai-chan” bocah ini antusias mengenalkan teman-temannya.
“yoroshiku ne, Yabu desu”
“ne, Yabu-chan pandai main gitar kan? Mainkan untuk kami ya”
pinta Kana sambil bergelayut manja. Senyumnya
merekah lebar, kebiasaan bocah ini belum berubah. Yabu pun menurut, ia
mengambil gitarnya yg sejak lama ia simpan diruang ini. Gitar coklatnya masih
terbungkus rapi, dan menggantung di dekat jendela. Yabu segera mengambilnya
lalu duduk di kursi kecil di tengah kamar. Jemari kurusnya mulai memetik senar-senar
itu. bocah-bocah itu menikmati permainannya. Lagi-lagi senyum Yabu merekah
lebar, membuat matanya menjadi segaris. Ia bahagia sekali hari ini. Melihat
senyum menghias wajah anak-anak ini. Benar-benar hal yg membahagiakan baginya.
Berharap beban yg sedang mereka pikul berkurang dengan hiburan yg ia sajikan.
Yabu mengibas-ngibaskan jarinya pegal. Sudah lama ia tak
memetik gitar. Jadi rasanya jemari panjangnya terasa kaku. Merasa penat Yabu
memilih duduk di kursi di taman belakang rumah sakit. Menikmati suasa asri. Menghirup
udara segar, yg baik untuk paru-paru dan juga jantungnya. Ia lalu meletakan
tangannya di dadanya
Degdegdeg
Yabu dapat merasakan jantungnya berdetak. Siapapun pemilik
jantung ini sebelumnya. Yabu benar-benar berterimakasih padanya. Memberikan hidupnya
untuk pria lemah sepertinya. Member kesempatan ke-2 untuk melakukan hal-hal yg
ingin Yabu lakukan.
***
Gadis
ini membawa kakinya menyusuri Rumah sakit ini. Mencari tempat yg nyaman untuk
menjernihkan pikirannya. Kepalanya penuh, tak percaya apa yg tadi dokter katakana
pada ibunya. Tak mungkin rasanya. Ada kehidupan baru dalam perutnya. Memang akhir-akhir
ini ia sering mual. Dan juga Kanon baru sadar beberapa bulan terakhir tamu
bulanannya tak kunjung datang. Namun Kanon tak ambil pusing toh selama ini
silkus haidnya memang kurang teratur. Ditambah hal-hal yg akhir-akhir terjadi.
Uhh
rasanya Kanon ingin segera lenyap. Namun ia tak boleh melakukan hal bodoh macam
itu. seseorang bilang padannya, nyawa itu hal yg benar-benar penting. Apapun yg
terjadi kita tak boleh dengan mudah membuang kehidupan
yg diberikan pada kita.
Ngiingg
Rasanya
tiba-tiba bumi bergoyang. Kanon hampir terjatuh ketanah. Kepalanya pusing,
tumbuhan hijau dan bangku taman di depan matanya menjadi buram. Tiba-tiba rasa
sakit luar biasa menggerogoti perutnya. Ini buka rasa sakit yg biasa ia rasakan
akhir-akhir. Kanon mencoba meraih batang pohon di depannya. Namun akhirnya
tubuhnya jatuh ke tanah tubuhnya terlalu lemas.
“argh
. . .” Gadis ini memegangi perutnya kesakitan. segar sudah membasahi kakinya.
“nee,
daijoubu??” Samar-samar Kanon bisa melihat wajah pria berambut coklat ini. Tanpa
menunggu lama pria ini langsung membopong Kanon kedalam rumah sakit. Gadis ini
semakin pucat.
“a
. . ri . . ga . . .” akhirnya Kanon benar-benar kehilangan kesadarnnya.
つずく。。
0 komentar:
Posting Komentar