ghee na chan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Secangkir Kopi Hitam


Title: Secangkir Kopi Hitam [Palace Story Series] 
Author: ghee na chan / Nachii73
Cast: Yamada Ryosuke, Arioka Daiki etc
Language: Indonesia
Genre: General, Friendship
Disclaimer: This fanfic pure made by me. The cast 100% real in this word but story just a fiction. Happy reading ^.^
(Sumary)
Ini malam ketiga Daiki datang ke Palace Cafe, memesan secangkir kopi hitam lalu membiarkannya dingin tak tersentuh. Yamada bingung apa yang sedang terjadi pada sobatnya itu. 


Secangkir kopi hitam panas tergeletak dihadapan lelaki mungil itu. Asap putih mengepul menyentuh wajah manisnya. Jam sudah menunjukan hampir pukul 11 malam. Arioka Daiki , lelaki itu terdiam dalam kesunyian. Kaca jendela yang basah berembun tak membuatnya urung menatap jalanan yang mulai sepi oleh pejalan kaki. Hanya menyisakan lampu jalan dan lampu-lampu dari baliho iklan. Jalanan, trotoar dan dedaunan basah setelah hujan yang mengguyur dengan derasnya. Menambah atmosfer kesunyian yang memenuhi ruangan itu.
Krett
Pintu dapur terbuka Hokuto dan Jesse keluar bersamaan. Mereka sudah selesai mengganti pakaian kerja mereka dengan jeans, kaos dan jaket tipis. Menerobos cahaya temaram di dalam café menuju pintu keluar. Sebelum Hokuto memutar gagang pintu mereka berdua menggangguk sambil tersenyum memberi salam. Daiki membalasnya dengan senyum yang dipaksakan.
"Fyuhh ~" Dibuangnya nafasnya pelan. Berharap hatinya yang sesak akan menjadi sedikit lega.
Suara pintu dapur kembali terdengar, kali ini Ryosuke yang masih lengkap dengan celemeknya datang bersama nampan ditangannya. Sepiring Omurice hangat baru selesai ia masak dan segelas bir.
"Ini Dia Omurice special dari Palace café, silahkan" Ucapnya bak pramusaji. Lagi-lagi Daiki membalas dengan senyum masam. Ryosuke berdecak pelan, kesal melihat sahabatnya masih terpuruk seperti itu.
Ini adalah malam ke-3 Daiki datang. Ryosuke hafal sekali kelakuan sahabatnya. Jika ia sedang sedang sedih, Daiki pasti mampir ke cafenya. Datang disaat pengunjung pulang, menyisakan para pekerja yang sedang berberes. Lalu berdiam ditempatnya duduk sekarang, memesan secangikr kopi hitam panas lalu membiarkannya dingin tak tersentuh. Yang ia lakukan hanya terdiam menatap jalanan sepi. Terhanyut dalam sepinya malam. Dan ia baru akan kembali saat fajar mulai terbit. Entah apa yang sedang dipikirkannya.
Ryosuke menarik kursi disebelah Daiki lalu duduk disana. Ditengguknya bir yang ia bawa.
"Umee, minum bir setelah bekerja seharian memang yang terbaik". Komentarnya. Diliriknya kawan disebelahnya. Ia masih sama terdiam tanpa kata. Biasanya setelah beberapa menit Ryosuke duduk disampingnya, Daiki mulai menceritakan masalahnya. Tapi sudah 2 hari berlalu ia masih belum angkat bicara. Lalu berakhir dengan Ryosuke yang mengantuk dan akhirnya tertidur. Dan hal yang paling membuatnya kesal, yaitu sobatnya itu meninggalkannya sendirian tanpa membangunkannya. Biasanya Umika yang selalu datang paling awal yang membangunkannya. Kemudian mengomelinya dengan rentetan kalimat tak menyenangkan karena tak mengunci pintu.
Brakk
Dibantingnya gelas birnya kasar menabrak meja. Beruntung gelas itu tak pecah. Lelaki itu kehilangan kesabarannya. Daiki terlihat terkejut, tapi tak lama kemudian kembali fokus menatap jalan.
"Hey! Katakan sesuatu. Kau bertengkar lagi dengan Akari?!". Kepala Daiki menggeleng pelan.
"Lalu?"
"Kami putus" Dahi Ryosuke mengkerut heran. Jika mereka tak bertengkar kenapa mereka putus.
"Dia dipaksa menikah". Jawabnya singkat.
"Ehh!"
"Lalu apa yang kau lakukan? kau tetap memperjuangkannya?". Selidik Ryosuke.
"Tentu saja, Akari segalanya bagiku".
Akari dan Daiki sudah bersama semenjak SMA hubungan diantara mereka terbilang mulus. Pertengkaran diantara mereka bisa diselesaikan dengan mudah. Tiap harinya mereka juga mesra padahal, Akari yang masih kuliah mengejar cita-citanya menjadi seorang desainer dan Daiki yang sibuk magang di perusahaan otomotif. Ryosuke selalu iri melihat keduanya. Meskipun sama-sama sibuk mereka selalu terlihat mesra.
Ia jadi teringat pada gadisnya yang jauh disana. Terpisah oleh dinginnya samudra dan luasnya benua. Sudah 3 bulan ini Ryosuke tak memandang wajah atau mendengar suaranya. Entah apa yang sedang dilakukannya sekarang.
"Tapi ,,," Suara Daiki menyadarkan Ryosuke dari lamunannya. Kedua bola matanya terlihat antusias, penasaran kelanjutan cerita sobatnya.
"Aku baru tahu Akari selama ini mengkhianatiku". Lelaki itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya.
"Kau tahu kan mimpinya kuliah di Perancis. Dia memilih pria itu karna pria itu bisa mewujudkan mimpinya". Punggungnya mulai bergetar menahan tangis.
"Padahal,,, A, Akari segalanya bagiku". Suaranya terdengar serak. Rasanya kini menyebut namanya saja Daiki tak mampu. Ia benar-benar tak percaya setelah semua yang mereka lalui bersama. 5 tahun bersama bukan waktu yang singkat. Hubungan mereka bagaikan merajut seutas benang menjadi selembar pakaian hangat yang sebentar lagi siap dipakai. Dalam waktu singkat benda yang mereka rajut dengan susah payah koyak tak berbentuk. Tak dapat diperbaiki lagi.
Daiki memejamkan matanya mencoba mengkuatkan hatinya. Namun percuma cairan bening itu akhirnya pecah merembes membasahi pipinya. Terlalu sakit sampai tangisnya tak terbendung lagi. Ryosuke merangkul punggung sahabatnya itu. Membiarkanya mengeluarkan tangisnya. Mungkin bila dirinya sedang berada diposisi Daiki ia juga akan seperti itu. Tak perduli image seorang lelaki yang kuat dan tak boleh menangis. Tapi dengan menangis kesedihan dalam hatinya juga akan berkurang seiring air mata yang keluar dari pelupuk matanya.
"Ma, ma aku yakin kau akan menemukan pengganti Akari yang lebih baik". Hiburnya.
"Ahh kenapa aku cengeng begini, masih banyak yang lebih baik darinya". Ucap Daiki menguatkan dirinya sendiri. Lengannya sibuk menghapus air mata yang membasahi pipi chubbynya.
"Yup, kau bebas memilih siapapun"
"Kalau begitu aku pilih Sachi" Ryosuke melotot lalu mencubit lengan kawannya pelan. Tak terima nama kekasihnya disebut.
"Tidak boleh dia miliku!". Ucap Ryosuke sewot sambil memotong omurice dihadapannya lalu melahapnya ganas.
"Heyy! bukankah kau memasaknya untukku". Protes Daiki, kawannya itu hanya tersenyum dengan mulut yang kotor sengan saus.
"Aa wasurechatta". Daiki tersenyum geli sahabatnya memang selalu seperti itu. Hanya dengan hitungan detik sosok Ryosuke menghilang dibalik pintu dapur. Kembali meninggalkan Daiki dalam kesunyian.
Dipandanginya sencangkir cairan hitam kental yang masih mengepulkan asap. Sebenarnya ia tak pernah akrab dengan minuman itu. Meskipun sudah berusia 25th ia tak pernah menyukai kopi hitam yang baginya terlalu pahit. Ia tak pernah menyukai rasa pahit kopi. Selain itu warnanya yang hitam pekat mengingatkannya pada kegelapan dan kesunyian malam.
Tapi saat hatinya sedang gundah ia senang berdiam diri meresapi sunyinya malam, sambil menghirup aroma kopi yang menyegarkan. Sambil kembali meresapi apa yang terjadi hari ini. Lalu berusaha menguatkan dirinya bahwa esok akan lebih baik lagi. Tak lupa membagi kisahnya pada sahabatnya Ryosuke. Lelaki itu selalu mendengarkan ceritanya dengan sabar. Dan saat Daiki sudah merasa lebih baik, ia akan menengguk kopinya habis. Seakan ia sedang menelan kesedihan, kegundahan dan pahitnya rasa sakitnya.
Saat perjalanan pulang cahaya keemasan matahari terbit menberi tahu bahwa hari baru sudah tiba. Akan ada kebahagiaan yang datang menggantikan rasa sakitnya. Matahari pagi memberi tahunya masa depan telah menantinya. Memang takkan mudah melupakan rasa sakitnya ini. Tapi Daiki akan berusaha. Hidup ini penuh kejutan, entah itu manis atau pun pahit. Sudah hidup selama 25 tahun, Daiki tahu betul itu.
Disentuhnya gagang cangkir hangat itu. Lalu di dekatkannya ke hidungnya, membiarkan aroma khasnya memenuhi indra penciumannya. Kemudian berdiam sejenak, memastikan hatinya sudah siap. Seakan sedang memindahkan kepahitan hatinya kedalam cairan berwarna hitam ini. Setelah selesai, ia menarik nafasnya panjang. Dan dalam satu tarikan nafas Daiki meminum kopi hangat itu.
"A, pahitnyaa" Komentarnya wajahnya mengkerut pahit. Tapi kini hatinnya sudah lega.
"Gomattase ite shimashita" Ryosuke datang dengan sepiring Omurice kesukaannya.
Dan yang paling membuat Daiki lega, ada Ryosuke yang selalu mendengarkan ceritanya. Tak perduli apa yang dilakukannya 2 hari kemarin.
"Arigatou,,," Ucapnya sambil tersenyum tulus.
"Ara, ara sepertinya bocah yang tadi menangis tersendu-sendu sudah bisa tersenyum lagi ya" ejek Ryosuke. Daiki hanya tertawa mendengarnya.
~Secangkir Kopi Hitam Selesai~ 




Glosarium
Aa, wasurechatta: Ah lupa
Gomattase ite shimashita: Maaf telah menunggu (dipakai saat membuat orang menunggu 
Arigatou: Terimakasih
Umee: Sedapp/Enakk 

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar