Author: ghee na chan / Nachii73
Cast: Keito Okamoto, Daiki Arioka, Umika Kawashima etc
Language: Indonesia
Genre: General, Friendship
Disclaimer: This fanfic pure made by me. The cast 100% real in this word but story just a fiction. Happy reading ^.^
Siang
itu begitu terik, cahaya matahari menyinari kota Tokyo. Tapi tak sepanas
hari-hari sebelumnya, hari ini cuaca terasa sedikit sejuk. Maklum bulan Agustus
sudah dipenghujung harinya, musim segera berganti. Hari itu seorang lelaki
dewasa sedang duduk di sebuah bangku taman tepat dibawah ribunnya pohon.
Dedaunan hijau dan rimbunnya pohon ditaman belakang Palace membuat mereka
terhindar dari teriknya matahari. Lelaki bersurai hitam dan bertubuh kekar itu
menyeruput Lemon Teanya habis. Bulir-bulir keringat merembes dari pori-pori
kulitnya. Maklumlah ia baru selesai mengatur stock bahan baku Palace. Pekerjaan
hariannya sebenarnya di kebun pribadi keluarga Yamada, namun 3 hari sekali ia
datang ke Palace untuk mengecek dan mengatur stok barang. Ohya, Nama lelaki itu
Keito Okamoto. Ia sudah bekerja bertahun-tahun dengan keluarga Yamada bahkan
sejak ia masih dibangku SMA. Mungkin hubungannya dengan Yamada seperti sebuah
keluarga. Ia banyak mendapat bantuan dari Yamada terlebih saat dirinya dalam
kesulitan finansial. Dan hari ini menyuruhnya menunggunya disini, ada hal yang
ingin di diskusikan mengenai pesta penyambutan kekasihnya, Sachi.
Dari
balik pintu kaca Palace mata sipit Keito menangkap bayangan orang yang ia
tunggu bersama seseorang, Daiki. Wajah Daiki terlihat mengkerut, tangannya
ditarik paksa Yamada yang masih lengkap dengan celemek hitamnya. Tak butuh
waktu lama keduanya sudah bergabung duduk di bangku taman itu berhimpitan.
Daiki masih memasang wajah kesal.
“padahal harusnya
sekarang aku sedang menemani Sayaka” Gerutu Daiki.
“Kan sudah
kubilang, sebagai gantinya minggu depan ku traktir kalian kencan di Palace. Ku
jamin Yabu dan Inoo bawain lagu favorit Sayaka”
“Hontou?” Lelaki itu mengangguk
mengiyakan, senyum Daiki mengembang lebar. Keito mulai paham apa yang
sebenarnya terjadi. Setelah putus dari Akari, Daiki berpacaran dengan Sayaka
teman kuliahnya dulu. Mereka akrab sejak Sayaka pindah tugas ke Tokyo, dan
kebetulan kantor mereka saling bersebelahan.
“Kalian tunggu dulu
disini, aku harus membantu di dalam sekarang”. Sekarang hari minggu dan tepat
jam makan siang, Palace benar-benar penuh.
“Lalu kalian mau makan
apa? Biar kubuatkan nanti”.
“Omurice!” Jawab
Keito dan Daiki kompak. Yamada tersenyum tipis mendengarnya, sedangkan keduanya
saling menatap heran.
“oke, kalian yang
akur ya. Aku kerja dulu”. Pesannya sebelum menghilang dibalik pintu.
Setelah
Yamada menghilang dari balik pintu Daiki dan Keito mulai berbincang setelah
sekian lama tak bertemu. Semasa SMA mereka cukup akrab meski sekolah Keito
berbeda dengan Daiki dan Yamada namun mereka akrab. Yamada sering membawa Daiki
ke kebunnya, untuk main, membantunya panen, atau sekedar bbq di vila pribadi
keluarganya. Mereka pun mulai
membicarakan konsep pesta kejutan untuk Sachi nanti.
“gomatase ~” Umika datang dengan nampan
berisi 2 piring Omurice. Dibelakangnya Shiori datang membawa teko berisi
lemontea dengan potongan buah lemon segar dan gelas kosong. Jemari Umika dengan
hati-hati memindahkan piring omurice itu keatas meja.
“uwaa, oishi sou” Komentar Daiki sambil
menggosok-gosok bibirnya.
“Haik, tolong ya
Tamachan”. Ucap Umika sambil menyerahkan nampan kosong itu. Gadis berkepang dua
itu lalu membawanya kembali kedalam Palace.
“geser dong, aku
mau duduk”. Kini tubuh mungil itu diapit keduanya.
“Hai, douzou” Umika mempersilahkan, Daiki
menyipit curiga. Gadis ini bertingkah tak seperti biasanya, tapi ia tak
perduli. Cacing-cacing diperutnya sudah berteriak kelaparan.
“Itadakimasu” Ucap keduanya bersamaan.
Sesendok nasi yang
diselimuti telur dan saus itu masuk kedalam mulut mereka. Kedua manik Umika menatap
keduanya penuh harap. Sekian detik berlalu, taka da komentar yang keluar dari
mulut keduanya.
“Dou?” Merasa tak sabar akhirnya gads itu
mengeluarkan suaranya.
“Futsu” komentar Daiki pendek.
“Palace no aji rashikunai yo ne”
“Yappari dame dane” Umika tertunduk lesu
mendengar komentar keduanya.
“jangan-jangan kau
yang buat ya?” Gadis itu mengangguk lemas.
“Hey, aku datang
buat makan Omurice buatan Yamada!” Protes Daiki.
“Jadi maksudmu
masakanku nggak enak?!”
“kan kubilang
biasa”
“sudah-sudah” Keito
mencoba menenangkan.
“Omurice buatan Yamada memang yang terbaik, tapi bukannya tiap
orang punya ciri khas masakannya sendiri, ” Hibur Keito. Umika tersenyum penuh
kemenangan, disebelahnya Daiki menghabiskan
makanannya sambil memasang wajah masam.
“dulu buat bikin
Omurice seenak sekarang Yamada sering banget praktek di dapur. Jadi Umi-chan
juga harus sering praktek biar makin
jago”. Tambahnya, senyum Umika makin lebar.
Ingatan
Keito menerang jauh dimasa lalu. Tiap barus selesai bekerja dikebun, Yamada
memanggilnya ke dapur rumahnya. Kemudian disuguhi sepriring Omurice hangat. Pernah
suatu hari Keito mulai bosan dan bertanya, kenapa harus Omurice bukan yang
lain. ‘Omurice adalan makanan pertama
yang bisa kumasak, jadi aku berlatih dengan berbagai resep baru, supaya ketika
aku punya cafe nanti menu ini jadi menu favorit’. Dan mimpinya sekarang
sudah tercapai.
“ahh ngomongin
masalah Omurice special Palace, menu ini menu favorit Sachi juga kan? Gimana
pas nanti Sachi balik kita hidangkan Omurice?” Saran Keito. Tanpa sadar
ekspresi gadis di sebelahnya berubah muram, seakan ada awan hitam disekeliling gadis itu.
“Uhukk” Daiki
memberi kode, tapi lelaki itu tak merespon, masih sibuk dengan makanannya.
“Uhukk, uhukk”
Lelaki itu terbatuk semakin keras sambil menepuk-nepuk dadanya berharap Keito
sadar hal yang dikatakannya tadi membuat perempuan itu muram.
“Aa, gomen Umi-chan, harusnya aku tak
membicarakan Sachi”
“memang kenapa kalo
ngomongin Sachi?” Gadis itu pura-pura tegar.
“kau menyukainya
bukan?” kedua bola mata gadis itu hampir melompat keluar.
‘Tenchou’
Bisik Daiki
tepat ditelinga gadis itu. Wajah gadis itu berubah merah.
“Kenapa kau tahu?”
tanyanya cepat.
“semuanya terlihat
jelas tauk, hanya orang bodoh yang tak menyadarinya” .
Pipi
gadis itu semakin merah, seperti kepiting rebus. Darahnya naik sampai ke
ubun-ubun, tiba-tiba rasa kesal menyeruak keluar dari dalam hatinya. Lelaki
pendek dan tak bisa diandalkan itu, benar-benar menyebalkan. Bahkan
kawan-kawannya dengan gamblang mengetahui gadis itu menyimpan rasa untuknya.
Rasa yang tersimpan sejak lama, sebelum gadis dingin yang selalu serius itu
datang ke Palace setahun lalu. Yamada yang selalu senang dengan pekerjaannya di
dapur mendadak mengganti celemek hitam kebanggaannya dengan rompi waiter, demi
menyambut gadis itu. Umika yang tak tahan pada pemandangan itu memilih kabur ke
dapur membantu Takaki berberes di dapur atau sekuedar mengganggunya. Namun
setengah tahun terakhir Umika cukup lega tak melihat batang hidung gadis itu
lagi. Ia dengar gadis itu sedang di Jerman melakukan pertukaran pelajar.
“Arghh!” Emosi
gadis itu selalu naik bila mengingat semua itu, Ia merasa bodoh tak menyatakan
perasaannya sejak dulu. Sudah lama pula ia mencoba mengubur perasaannya
dalam-dalam, tapi percuma. Gadis itu
bangkit sambil menatap udara dihadapannya, membayangkan sosok yang selalu pikirannya ada tepat disana. Keito dan Daiki saling tukar pandang bingung.
“DASAR KAU LELAKI
BODOH!!” Teriaknya kencang mengeluarkan emosinya. Diambilnya segelas Lemon tea
segar itu lalu menengguknya, Daiki melotot tak terima gadis itu mengambil
jatahnya.
“Siapa yang bodoh?”
Umika menyemburkan tehnya mendengar suara itu, Yamada datang dengan wajah penuh
tanya. Gadis itu buru-buru meletakan gelas itu ke meja sambil menutupi mulutnya
yang basah. Tanpa menjawab gadis itu menghilang dibalik pintu.
“Hahaha” Daiki dan
Keito tertawa bersamaan, membuat Yamada memasang wajah penasaran dan bingung
apa yang tadi sedang terjadi.
~Omurice
end~
Hontou:
benarkah?
Gomatase:
maaf menunggu
oishi
sou : keliatannya enak nih
Hai,
douzou: ya, silahkan
Itadakimasu:
selamat makan
dou
: gimana?
Futsu:
biasa aja
Palace no aji rashikunai yo ne: rasanya nggak
(khas) Palace banget ya
Yappari
dame dane: tenyata nggak bisa ya
gomen
: maaf
Tenchou:
pemilik toko/café , boss
0 komentar:
Posting Komentar