ghee na chan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Affogato [Palace Story Series]


Cast: Umika Kawashima, Ryosuke Yamada, Yuya Takaki, Mizuki Itagaki
Kepala Umika pening menghadapi tingkah kekanakan pegawai baru yang suka menggodanya. Namun berkatnya mungkin gadis itu bisa maju mencari cinta yang baru. 


~happy reading~

Siang itu begitu terik Palace kebanjiran tamu seperti biasa. Siang itu umika mendapat bagian di kasir seperti biasa. Senyumnya merekah lebar menyambut pelanggan yang datang. Palace benar-benar sibuk hari itu, Yuto terlihat mondar-madir membawa pesanan, Shiori sedang mengelap meja di sudut sana, Ryosuke dan Yuya sibuk di dapur seperti biasa sedangkan Hokuto sibuk membantu Jesse sebagai asisten.
"Umi-chan" panggil seorang lelaki muda sambil tersenyum sumringah, nampan berisi sepotong chesse cake dan mont blanc bergoyang karenanya. 
"Hey, perhatikan bawaanmu" protes Umika.
"Kalau ada Umi-chan aku nggak bisa fokus, hehe" Ucapnya gombal sambil berlalu pergi. Gadis itu memengang keningnya frustasi karena tingkah pegawai baru itu.
Ia melupakan lelaki itu, pegawai paruh waktu baru namanya Mizuki. Karena kebanyakan tamu dan kekurangan pegawai baru Palace menerima pekerja paruh waktu baru. Lelaki tampan dengan tubuh semampai dan senyum menawan itu resmi menjadi pesaing Yuto di Palace. Tapi meskipun begitu Umika sama sekali tak beminat pada lelaki itu, karena Mizuki masih kelas 1 SMA. Tak mungkin Umika menjalin kasih dengan seorang bocah, tahun ini usianya genap 24 tahun karena itu ia menganggap gombalan Mizuki sebagai angin lalu. Baru genap seminggu pertemuan pertamanya dengan bocah itu. Saat itu Mizuki adalah pelanggan palace, ia datang bersama gadis cantik lalu memesang 2 gelas Americano. Kopi hitam pekat itu ternyata membuat keduanya bertengkar hebat. Alasannya simple karena Mizuki tidak bisa menengguknya habis usut punya usut gadis yang bersamanya itu memiliki ambisi kuat terhadap kopi. Berita Americano milik Palace memiliki rasa yang cukup kuat membuat gadis itu mengajak Mizuki kesini. Setelah pertengkaran hebat itu gadis itu meninggalkan Mizuki sendiri. Umika yang tak tega lalu menghampiri lelaki itu sambil memberinya secangkir coklat panas. Dan secara ajaib, keesokan harinya lelaki itu datang mengungkapkan perasaan sukanya pada Umika sekaligus melamar bekerja di Palace. Sejak hari itu hari-hari Umika berlalu tak tenang.
"Umi-chan nanti kelar shift nanti pulang bareng ya" selesai mengantarkan pesanannya Mizuki langsung berhambur menghampiri Umika. Tanpa menjawab gadis itu sibuk mengutak atik bil pesanan.
"nee~" merasa tak sabar lelaki itu mengguncang lengan gadis itu pelan.
"ehemm, oy anak baru Omurice pesanan meja 8 siap diantar" Ucap Yuya dari balik dapur, kepalanya menyembul keluar sambil menatap Mizuki sengit.
"Ahh baik" respon Mizuki sambil berlalu meninggalkan Umika.
"fyuuhh~" Akhirnya gadis itu bisa bernafas lega.
"Arigatou" Ucap Umika tanpa suara pada Yuya, lelaki itu hanya membalas dengan acungan jempol.
Ryosuke yang sedang sibuk menata kue diam-diam memperhatikan ketiganya. Kepalanya menggeleng pelan melihat tingkah sahabatnya itu. Mungkin sekarang waktunya untuk mengungkapkan semuanya, meski hal itu akan menyakiti Umika.
***
Rembulan malam ini bersinar cerah, kerlap kerlip bintang malam ini semakin mempercantik langit. Jam dinding sudah menunjukan tepat pukul 11 malam. Pegawai Palace sudah selesai berberes menyisakan Ryosuke dan Yuya yang sibuk mempersiapkan bahan untuk besok dan Umika yang sedang sibuk menghitung keuangan Palace bulan ini dengan laptop putihnya. Cahaya temaram menyinari gadis itu, kacamata dengan frame bulat sempurna itu ikut melindungi mata indah gadis itu dari radiasi laptonya. Ryosuke yang sudah menyerahkah pekerjaannya pada Takaki datang sambil membawa nampan berisi Affogato, dessert kesukaan sahabatnya.
"Matamu bisa rusak tahu" komentar Yamada melihat lampu Palace remang.
"secangkir Affogato untuk Umichan yang sudah bekerja keras hari ini" ucap Yamada sembari memindahkannya ke atas meja, gadis itu tersenyum kecil. Setelah meletakan Affogato untuk kawannya, Ryosuke buru-buru menyalakan lampu agar lebih terang.
"ih silau tauk" protes Umika.
"Kau vampire apa?" ledek Ryosuke.
"Vampir nggak takut cahaya lampu kali"
"oh iya yah hehe" Ryosuke tertawa hambar.
"ah ya bagaimana keuangan bulan ini?" tanyanya kemudian.
"stabil malah kita dapet kenaikan profit, rasanya kita mesti nyari pegawai tetap dibanding paruh waktu toh bentar lagi libur musim panas kelar kan Yuto, Shiori dan Mizuki nggak bakal bisa shift siang kasian Hokuto" komentar Umika panjang lebar.
"aku bisa membantunya di depan nanti, oh ya gimana anak baru? Kayaknya beneran suka sama kamu ya hihi" komentar Ryosuke mulai menggoda.
"ihh apaan sih aku nggak mungkin sama bocah" ucap Umika kesal.
"hoo, kalau sama yang di dapur?" goda Ryosuke. Gadis itu membalas Ryosuke dengan tatapan sengit. Lelaki itu hanya membalas dengan senyuman kecil. Tak terasa wajah Umika mulai memerah, buru-buru ia memalingkan wajahnya sembari menungkan espresso kedalam es krim vanilla kemudian melahapnya pelan. Berharap es krim yang diselimuti espresso hitamnya bisa mendinginkan pipinya yang memanas.
"ku rasa kau harus membuka hatimu untuk yang lain, kau masih menyukainya bukan? Lelaki yang kau suka sejak SMA". Gadis itu hampir tersedak mendengarnya.
"sudah bertahun-tahun berlalu tapi kau masih sendiri, Umi-chan kau ini cantik aku yakin banyak yang menyukaimu Mizuki misalnya. Aku juga paham kau tak bodoh untuk menyadari perasaan Yuya. Kurasa sia-sia menunggu lelaki yang kau sukai itu, aku yakin dia memilih diam karena dia paham betul kau cukup dewasa untuk merelakan perasaanmu yang tak sampai. Jangan menunggu hal yang tak pasti". Ucap Ryosuke panjang lebar.
Tiba-tiba ponsel Ryosuke berdering, wajahnya cerah melihat nama yang terpampang di layar ponselnya. "Moshi-moshi Sachi" Jawabnya sumringah.
"Ah gomen, Sachi sepertinya binggung membelikan oleh-oleh untuk kita, aku pamit dulu ya kuncinya kasih Takaki nanti" Ucap Ryosuke sembari pergi ke luar Palace.
Selepas bayangan Ryosuke hilang di balik pintu, gadis itu termenung dalam diam. Jalanan di depan Palace mulai sepi tanpa deru kendaraan yang berarti, detak jam dinding pun terdengar nyaring dalam kesunyian. Es krim vanilla dihadapanya mencair menyatu dengan kentalnya espresso. Jemari gadis itu menyendoknya lalu memasukannya kedalam mulutnya perpaduan asap pahit espresso dan manisnya es krim vanilla meleleh di dalam mulutnya. Tak terasa cairan bening juga meleleh dari pelupuk matanya. Dadanya terasa sesak, perasaan yang selama ini ia simpan rapat-rapat berhambur keluar memenuhinya. Jemarinya mulai sibuk mengusap cairan bening dari wajahnya namun air mata itu turun semakin deras.
"Loh Tenchou mana?" komentar Yuya melihat Umika sendirian. Ekspresinya berubah melihat gadis itu banjir air mata.
"Doushita no?" Tanya lelaki itu khawatir.
"Rasanya aku ditolak sebelum mengungkapkannya". Yuya mengangguk mengerti rasanya ingin memeluk gadis dihadapannya berusaha menenangkannya, tapi lelaki itu sadar diri. Ia hanya mengamit kursi lalu duduk disebelahnya.
"Menangislah akan ku temani" Ucapnya sambil merangkul punggung gadis itu dengan lengannya.
"Hiks.." Gadis itu mencopot kacamatanya yang mulai berembun lalu berhambur mendekap dada lelaki itu lalu menangis disana. Lelaki tersentak kaget ada ledakan perasaan bahagia di dalam dadanya, berharap semua ini adalah pertanda baik untuknya.
"ii yo, keluarkan semuanya aku tak perduli ingusmu mulai membasahi bajuku" ucapan lelaki itu membuat Umika tersentak melepas pelukannya sambil menatap lelaki itu sengit namun tak lama kemudian gadis itu berhambur memeluk Yuya erat. Lelaki itu tersenyum senang sambil mengelus rambut gadis itu lembut.
~Affogato end~
glosarium:
-Moshi-moshi: halo (untuk menjawab telepon)
-gomen: Maaf
-Tenchou: kepala toko/bos
-doushita no: ada apa?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar