Sang Bunga Musim Semi
Haruna
Pov
Ku hempaskan tubuhku di kasur empuk-ku yg bermotif
daun clover kesukanku. Aku benar-benar lelah. Hari ini aku sibuk mengatar
Yamada si anak baru yg tak banyak bicara. Aku heran kenapa Yamada tak melawan
Yuto sama sekali, dia pria bukan??. Ah aku benar-benar tak mengerti apa yg di
pikirannya. Ya meskipun Yuto suka membuli, namun jika ia bosan ia akan
berhenti. Ini sudah hari ke-3 Yamada di SMA Hikari sekaligus di gencet Yuto.
Sampai sekarang Yuto masih belum bosan meminkannya. Padahal yg Aku tahu, Yuto
hanya membully orang di hari itu saja. Besoknya akan berganti target lainnya.
Mataku menyapu setiap sudut kamarku. Kini mataku tertuju pada pigura besar yg
menempel ditembok. Ada fotoku bersama Yuto & Haruka tertempel disana.
Kalian pasti bingung knapa namaku dan Haruka mirip? Ya Haruka dan aku adalah
saudara kembar dia lahir 10 menit setelah aku. Namanya berasal dari gabungan
kanji musim semi (Haru) dan kanji bunga (ka). Kehadirannya bagaikan bunga-bunga
yg tumbuh di musim semi. Selalu dirindukan dan menyejukan. Dan dia pacar Yuto.
Ketika mereka berkencan, Haruka selalu mengajakku dan membawa satu orang pria
lagi supaya aku nggak iri melihat mereka berdua. Ia memang adik yg begitu
pengertian, tapi dari puluhan pria yg dia kenalkan padaku tak ada yg menarik
hatiku.
Aku tak begitu mementingkan cinta, aku lebih
senang belajar di rumah dan membantu Tamai Sensei ataupun membantu Otousan di
rumah sakit miliknya. Tapi Otousan selalu melarangku kesana, berbeda dengan
adik kembarku ia lebih senang bermain degan teman-nya, kami memang berbeda hanya
wajah kami yg sama persis. Tapi sudah
pergi, dia meninggal 2 bulan yg lalu. Ia di tusuk orang jahat ketika pulang
les. Saat itu aku sedang sakit, aku tak bisa menemaninya, biasanya kami pulang
bersama. Perlahan air mataku mulai menetes, dia adik yg benar-benar baik, semua
orang menyukainya, tapi ia sudah pergi.
Aku ingat betul di hari pemakamannya. Air mataku
tumpah dengan derasnya. Disebelahku Yuto duduk tanpa ekpresi. Hari itu ia tak
mengeluarkan sepatah katapun. Bahkan air matanya pun tak tumpah. Aku yakin ia
terlalu shock, kekasihnya pergi meninggalkannya.
Dan hari itu juga aku terakhir melihatnya sebagai Yuto yang ceria dan hangat.
“ne, Haruka apa yang harus kulakukan? Aku mau Yuto kayak
dulu lagi” Gumamku sendiri.
Haruna pov end
Yuto pov
Aku
menyiram buku-buku jariku yang berdarah denga air yg keluar dari wastafel.
Nyeri, tapi aku tak perduli. Hatiku lebih nyeri dari ini. sudah 2 bulan aku
ditinggal mati kekasihku, Haruka. Dia gadis yg baik dan penyabar. Ia bahkan
hampir tak pernah marah. Tingkahnya yg lemah lembut dan juga ramah membuat
siapapun menyukainya.
Tapi
persetan mejadi orang baik. Sebaik apapun kita, penjahat tak akan pilah-pilih
korbannya kan. Sama hal yang terjadi pada Haruka. Ia pulang les larut dan
sendirian. Biasanya Haruna bersamanya tapi hari itu ia sedang sakit. Aku pun
sedang menjenguk nenekku di Kyoto. Penjahat itu menusukan pisau ke jantungnya.
Begitu ditanya alasannya.
'Aku hanya ingin memain-main
dengannya tapi ia menolak jadi lebih baik ia mati.'
Oh
tuhan, bahkan ia tak merasa bersalah. Ia masih bisa tertawa bahagia, tahu orang
yg ditusuknya benar-benar mati. Jadi tuhan tolong ijinkan aku menindas
orang-orang lemah seperti Yamada. Aku lelah menjadi orang baik. Gadis sebaik
Haruka saja berakhir tragis seperti itu. Aku harus menjadi kuat. Megajarkan
pada mereka yang lemh-lemah itu. Bahwa tak ada gunanya menjadi orang yang
lemah.
“Haruka
. . .” meskipun hanya menyebut namannya hatiku terasa sakit. Tapi entah kenapa
air mataku tak pernah menetes lagi.
Tsuzuku ~
0 komentar:
Posting Komentar