ghee na chan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Please Stop Bully Him ! (3/11)

Tomodachi Nareru kana?

 Sendirian? sepertinya Aku memang ditakdirkan hidup dalam kesendirian. Teman, Orangtua semuanya membenciku. Rasanya mati membusuk disini pun tak apa.


Yamada Pov

Cahaya matahari menerobos masuk melalui sela-sela gorden kamarku. Hari sudah siang tapi aku enggan bangun dari tempat tidurku. Badanku terlalu nyeri untuk diajak bergerak. Sudah 2 hari ini aku terkurung disini. Di sebuah apartemen luas dan sepi ini sendirian. Aku tak bisa bergerak leluasa. Bahkan obat dari Takagi sensei, dokter pribadiku belum kuminum.

Hey, kau tau bagaimana rasanya tak bisa melakukan apapun tanpa orang di sekitarmu. Keluarga? Teman? Semuanya meninggalkanku. Ya ini salahku. Semua orang membenciku. Keluargaku bahkan mengasingkanku di kota kecil ini. Kini aku sendirian di sebuah apartemen yg luas dan hampa.

Sudah hampir aku seminggu disini. Tapi aku belum memiliki teman. Bagaimana mau mendapat teman. Hari pertamaku masuk. Nakajima Yuto, cowok jakung itu menindasku tanpa ampun. Oh tuhan, kenapa kau menyiksaku seperti ini. Aku tahu aku punya banyak dosa yg harus ku tebus. Tapi jika caranya seperti ini aku sepertinya tak kuat. Rasanya tak masalah, jika aku mati membusuk disini sendirian. Tak akan ada yg sedih kehilanganku. Bahkan mungkin teman-teman lamaku senang. Yamada Ryosuke, cowok menjengkelkan dan sok penguasa itu membusuk kesepian. 

Tingtong 

Arghh, siapa yg datang. Takagi sensei tak mungkin datang, jika aku tak memanggilnya.
Tingtong “Yamada-san, Kawaguchi disini aku ingin menjengukmu”
Kawaguchi? Ah iya dia gadis yg menolongku kemarin.
“Haik, choto matte kudasai”

Dengan susah payah dan sambil menahan nyeri aku membukaan pintu. Gadis dengan rambut sebahu itu datang masih lengkap dengan seragam sekolah. Biar ku tebak pasti ia belum pulang kerumahnya. Aku lalu mempersilahkannya masuk. Melihatku yg kesusahan berjalan ia lalu memapahku. Lalu kami duduk di sofa empuk diruang tengah. 

“hey gimana lukamu? Kok kayaknya masih sama kayak kemarin, jangan2 nggak minun obatmu ya” aku hanya meringis  pahit tebakannya benar.
“kau tinggal sendiri ya” ucapnya sambil melihat sekeliling. Ya meskipun apartemen ini luas tapi tak banyak barang disini. Hanya perabotan seperlunya. Bahkan dus-dus barang pindahanku belum selesai kutata. Mungkin ia menebaknya dari situ.
“mm . . .iya aku tinggal sendiri”
“aa, kalo gitu biar aku yg bantuin kamu. Pertama ayo ganti perbanmu dulu.” Aku menggeleng pelan.
“tak usah, mending kamu pulang aja. Aku nggak pantes dibantu.” Mendengar perkataanku, ia melotot ke arahku.
“hey asal kau tahu ya, aku tak akan pernah meninggalkan orang kesusahan sepertimu sendirian. Jadi kalo mau sembuh nurut deh sama aku” aku mendecak kesal, aku memang kesepian tapi aku ingin sendirian.
“please, pulanglah aku bisa sendiri” ucapku bohong. Bagaimana mau mengganti perban bisa berjalan membukakan pintu seperti tadi saja, Sudah keajaiban.  Aku hanya ingin sendiri. Tapi ia tak mendengarku, ia malah sibuk mengeluarkan peralatan p3k dari dalam tasnya.
“sini lenganmu”
“udah ku bilang, tolong tinggalin aku sendiri!” ucapku marah. Gadis itu terdiam mematung, kaget melihatku marah pastinya.
Kruyukkruyuk
Ck perutku berbunyi nyaring sudah 2 hari ini aku tak makan memang. Aku tak tahu harus memasang wajah seperti apa.
“hmmbtt . . . hahaha” gadis itu tertawa terbahak-bahak.
“haha . . . oke-oke, kayaknya mending aku memasakan sesuatu untukmu. Aku boleh pakai dapurmu ya.” Aku mengangguk malu. Oh tuhan, semoga keputusanku memperbolehkannya lebih lama disini adalah pilihan yg benar. Atau mungkin aku bisa berteman dengannya?. Ah sudahlah lebih baik ku sejenak memejamkan mataku sambil menunggunya selesai.

***

Aroma harum masakan menusuk hidungku. Semangkuk nasi dan sepiring lauk sudah berada di  hadapanku. Aku mulai melahapnya pelan. Sejenak ku lirik dirinya yg sedang sibuk membereskan dapur. Kupikir aku bisa berteman baik dengannya.
“Yamada-kun, aku sudah selesai. Aku pamit dulu ya”
“nggak boleh” ia menatapku penuh tanda Tanya.
“kau bilang tak bisa membiarkan orang kesusahan sendirian, kau tak liat apartemenku berantakan seperti ini. Ayo bereskan.” Ucapku memerintah. Sedikit tak tega sebenarnya, tapi ia ingin berbuat baik bukan. Hehe, rasanya senang melihat wajah kesalnya. 
“hey! Uhh, oke aku bakal konsisten sama kata-kataku tadi” aku tersenyum melihat dirinya yg pasrah.  Ia pun bergegas membereskan partemenku. Sedangkan aku sibuk memakan masakannya. Hahaha, sudah lama aku tak mengerjai orang. 

***

Kawaguchi Haruna, nama yg cantik. Lagi-lagi aku diam-diam memandanginya. Tengannya terlihat cekatan mengganti perban yg melilit lenganku. Bola mata indahnya memancarkan keseriusannya mengobati lukaku. Samar-samar kulihat binar kepuasan didalam mataya. Kurasa ia menyukai pekerjaan ini.
“Kawaguchi-san, kamu pengen jadi dokter ya?” selidikku bertanya.
“panggil Haruna aja, mm iya aku pengen jadi dokter mangkanya aku suka bantuin orang yg lagi sakit kayak kamu ini” aku mengangguk mengerti.
“udah nih, kamu istirahat ya. Obatnya udah aku taruh sini, sama minum dan beberapa potong roti biar kamu nggak usah repot-repot kedapur. Aku balik dulu dah malem nih.” Aku mengangguk. Gadis ini baik sekali padaku. Aku menjadi merasa berslah mengerjainya tadi.
“makasih ya” ucapku tulus. Ia mengangguk pelan. Tak lama kemudian tubuhnya menghilang di balik  pintu. Hari ia banyak membantuku. Kurasa aku harus membalas kebikannya suatu hari nanti. Dan kupikir aku harus berteman baik dengannya. 


Tsuzuku ~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar