ghee na chan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Please Stop Bully Him ! (4/11)


Itami





Author  pov
Pagi ini gumpalan-gumpalan awan memenuhi langit. Hari ini sedikit mendung. Padahal jam sudah menunjukan pukul 8.30. Haruna, gadis itu berlari sekuat tenanga menuju sekolahnya. Padahal tak biasanya ia terlambat seperti ini. Ya, pasti penyebabnya karna kemarin ia pulang malam dan kelelahan bagaimana tidak. Tenaganya terkuras habis membereskan apartemen Ryosuke. Haruna sedikit menyesal membantu lelaki itu. Uhh tapi Haruna tak mau memikirkan hal itu. Yang terpenting baginya sekarang yaitu sampai dikelasnya. Musim semi segera tiba, itu artinya ia tak boleh membuang banyak waktunya untuk hal-hal yg tak diperlukan. Seperti bolos sekolah ataupun terlambat 1 pelajaran sekalipun. Haruna tak mau nilainya turun. Untuk menjadi seorang dokter bukankah dibutuhkan nilai yg bagus. Meskipun ini baru tahun ke-2nya di SMA. Tapi Haruna ingin berusaha sebisa mungkin demi mimpinya.
Nafasnya sudah tak karuan ketika ia memasuki gerbang sekolah. Bergegas ia menuju lokerya. Lalu menukar sepatu sekolanhnya dengan uwagi. Kemudian ia bergegas meuju kelasnya. Karna ia datang hampir terlambat jadi kelas sudah penuh. Hanya bangkunya yg masih kosong. Ya, bahkan Yuto yg biasa bolos ia hari ini berangkat. Dan ia sedang di pojok sana. seperti biasa melayangkan kata-kata kotor sambil sesekali meninju perut Teruto, targetnya hari ini.
Bukannya duduk dibangkunya Haruna memilih menghampiri Yuto. Ia benar-benar tak tahan melihat tigkah sobatnya itu.
“Yuto, hentikan!” serunya. Tapi tak ada jawaban, Yuto mengabaikannya. Teman-teman sekelasnya hanya bisa menelan ludah. Berharap tak ada hal yg lebih buruk terjadi.
“YUTO!!” kali ini dengan suara cukup keras, sambil menarik lenganYuto.
“URUSAI YO!!”
Brukkk
Tubuh gadis itu jatuh  kelantai. Suasana kelas makin terasa mencekam. Ekspresi wajah Yuto tak berubah, datar tak bisa terbaca. Sedangkan wajah gadis itu memerah hampir menangis. Mio bergegas membantu gadis itu bangun. Dan disaat bersamaan bel tanda pelajaran akan dimulai berbunyi. Bukannya kembali duduk dibngku Yuto malah bergegas keluar dari kelas. Tak lama  kemudian, Yabu-sensei juga tiba dikelas. Sambil menahan air matanya Haruna duduk dibangkunya. Hatinya remuk, perasaannya pagi ini tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Sekuat tenaga Haruna berusaha menenangkan hatinya. Kelas hari ini dimulai dengan pelajaran Biologi. Haruna tak mau konsentrasinya buyar hanya karna hal tadi.

***

Langit masih saja diselimuti gumpalan-gumpalan awan menghitam. Angin pun berhembus cukup kencang. Haruna merpatkan syalnya. Udara dingin membuatnya menggigil. Di cuaca seperti ini Haruna biasanya ingin cepat-cepat pulang kerumah, lalu berendam air hangat. Tapi hari ini berbeda. Langkah kakinya membawanya ke pemakaman umum. Perasaannya hari ini yg hancur tak karuan membuatnya ingin bertemu adiknya. Menumpahkan rasa sedih, frustasi, dan kecewa ke sebuah batu nisan bertulisan ‘Kawaguchi Haruka’. Meskipun berusaha tak memikirkan kejadian tadi pagi. Ternyata itu hal yg sulit. Konsentrasinya hari ini terpecah. Selama pelajaran pun, Haruna sulit mengikuti. Haruna pikir perasaannya akan lega setelah datang kesini.
 Haruna membakar dupa lalu mengatupkan kedua tangannya. Sambil menutup kedua matanya, Ia berdoa adiknya tenang di alam sana. Tanpa sadar pipinya mulai basah. Ia menangis, ekspresi dari perasaannya yg sedang hancur itu akhirnya keluar. Ia bingung apa yg harus ia lakukan membuat sahabatnya kembali seperti dulu. Ia juga kecewa sahabatnya itu benar-benar berubah. Ditambah rasa rindunya pada adiknya.
Tetesan air hujan perlahan jatuh menabrak tanah. Meninggalkan aroma khas. Lalu tetesan itu jatuh semakin deras. Sama seperti air mata Haruna yg turun semakin deras. Membiarkan air matanya hilang membaur bersama air hujan. berharap kesedihannya juga larut dan hilang bersama air hujan. Tak perduli badannya mulai basah. Tiba-tiba seseorang datang memayunginya dari air hujan.
“kamu bisa sakit kalo ujan-ujanan kayak gini” ucap Pria itu, padahal kini Ia yg hujan-hujanan karna payungnya digunakan untuk memayungi Haruna.
“Ya . . . Yamada-kun? Hikss” bukannya berhenti Haruna menangis semakin menjadi-jadi. Sampai-sampai dadanya penuh sulit bernafas. Yamada terlihat panik, namun akhirnya ia sukses mebawa Haruna berteduh.
Tepat di sebuah halte tak jauh dari pemakaman Haruna dan Yamada sedang berteduh. Haruna sudah berhenti menangis. sedangkan Yamada sedang sibuk mengibas-ngibaskan jaketnya yg basah terkena air. Haruna masih sibuk melamun sambil menatap air hujan yg tak kunjung reda.
“abis ke makam siapa tadi?” Yamada mencoba memulai pembicaraan.
“adikku” jawabnya lirih. Kedua matanya yg sembab masih sibuk menatap tetesan air hujan.
“oh, kamu nggak pengen tauk aku kesini ke makam siapa tadi?” tak ada reaksi dari gadis itu. Diam membatu.
“bukan saudara, ataupun teman. Dia bukan orang yg berharga buatku” seperti tak perduli Yamada melanjutkan ucapanya. Kini ia duduk disamping Haruna. Gadis itu mulai tertarik dengan pembicaraan Yamada. Jika bukan orang yg berharga untuknya untuk apa datang berkunjung.
“namanya Okamoto Keito” kini Haruna mulai menatap Yamada antusias.
“Aku telah . . . membunuhnya” Haruna menatap Yamada percaya. Berusaha mencari tanda perkataannya tadi bohong. Tapi Haruna tak menemukannya dimata coklatnya. Suasana menjadi hening kembali hanya ada suara tetesan air hujan. Dalam kesunyian itu, diam-diam seseorang memperhatikan mereka dari balik pohon tak jauh dari situ. Matanya menatap tajam penuh amarah.
Tsuzuku ~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar