Hatsukoi (cinta pertama)
Kau kembali tersenyum bagaikan mentari. Kau terus menatapku penuh kasih. Membuatku tak sadar mengecupmu singkat. Hal sejak dulu ku impikan kau lakukan, hei cinta pertamaku.
Haruna POV
Cahaya temaram dari lampu tidur Shiori menemani ku terjaga. Shiori gadis manis ini masih tertidur disampingku. Panggilan masuk ke poselku membuatku terbangun. Dari nomer yang tak kukenal. Sudah beberapa kali panggilan itu masuk. Merasa masih mengantuk aku kembali bersiap tidur. Beberapa detik berselang ponselku kembali berdering.
“moshi moshi”
“Maaf mengganggu dini hari begini kami dari Rumah Sakit.
Apakah anda mengenal tuan Yamada Ryosuke?” mendadak perasaanku menjadi tidak
enak.
“iya kenapa?”
“kami berusaha menghubungi orang tua tuan Yamada tapi tidak
bisa, tuan Yamada baru saja mengalami kecelakan dan sedang kritis” tanpa sadar
air mataku mulai menetes. Kekhawatiranku akhirnya terjadi. Pikiranku melayang
entah kemana. Aku benar-benar tak percaya apa yang aku dengar.
“moshi moshi” terdengar suara dari ujung sana menyadarkanku.
“ahh gomen, coba cari kontak Takagi-sensei di ponselnya ia
adalah dokter pribadinya, mungkin ia bisa membantu.”
“ah baik, terimakasih banyak” lalu suara dari ujung sana
terputus.
Aku terdiam cukup lama untuk menenangkan diri. Aku tak ingin membuat Shiori terbangun. Aku ingin segera kesana menemuinya. Tapi pasti Tamai-sensei tak akan mengizinkannku hari masih gelap. Nekat, aku diam-diam keluar dari rumah Tamai-sensei menuju konbini tak jauh dari sini. Didepannya ada tempat untuk naik taksi biasanya ada 1-2 taksi menunggu penumpang.
Tanpa suara aku mengambil tasku lalu keluar dari kamar. Berusaha tak membangunkan gadis yang masih terlelap diranjang itu. Lalu berusaha menuruni tangga tanpa ada suara. Jangan sampai Sensei bangun, jika itu terjadi gagal semua rencanaku. Akhirnya aku sampai di pintu masuk dengan sangat hati-hati aku berusaha membuka kunci dan berhasil. Aku benar-benar lega paling tidak aku sudah berada diluar.
Ku ambil nafas panjang dan menguatkan diriku semuanya pasti
akan baik-baik saja. Namun beberapa langkah keluar dari gerbang rumah,
seseorang memanggilku.
“Haruka” ya siapa lagi bukan Yuto. Aku pun menoleh kali ini ia terlihat cukup rapi dengan celana jeans dan hoodie coklatnya.
“Yuto-kun, kumohon jangan sakiti Yamada lagi” ucapku
memohon. Aku tak tega melihatnya menderita.
“itu salahnya sendiri karna mencoba mendekatimu”
“Haruka, orang yang paling mencintaimu cuma aku” perlahan ia
berjalan mendekat kearahku. Merasa terancam aku berjalan mundur. Namun dengan
cepat lengannya membumkam mulutku dengan sapu tangan. Kepalaku menjadi berat
dan semuanya menjadi gelap.
***
Cahaya matahari yang masuk melalui sela-sela gorden membuatku terbangun. Semerbak aroma sabun tercium oleh hidungku. Yuto ia baru selesai mandi. Ia sedang sibuk mengeringkan rambutnya yang basah. Dada bidangnya dibiarkan terkespos. Ia hanya memakai celana dibadannya.
“Yuto-kun” panggilku.
“ah ohayo” sapanya sambil tersenyum. Hatiku bergetar melihat
senyumnya, senyum yang sudah lama tak aku lihat.
“nee, tolong lepasin tali ini dong, sakit tauk” rengekku
memelas.
“kalo aku lepas pasti Haruka bakal kabur kan? Nggak akan
kulepas. Aku mau Haruka disini” ucapnya lembut.
“nggak kok, sekarang aku sadar Yuto-kun emang bener. Aku
nggak bakal kemana-mana kok janji.” Ucapku berbohong berusaha meyakinkannya. Ia
lalu mendekat kepadaku lalu menatapku intens. Kuperhatikan wajahnya, oh tuhan
ini Yuto yang kurindukan. Wajahnya cerah bahagia. Ya karna Haruka ada disini.
Haruka palsu lebih tepatnya.
CUP kukecup
bibirnya sekilas. Kulihat wajahnya merona merah, manisnya.
“akan kuberi lebih kalo Yuto-kun mau lepasin” Oh tuhan apa
yang kukatakan. Ini namanya masuk kadang buaya. Dan menawakan diri untuk
menjadi mangsa. Dan seperti dugaanku, ia menurut. Aku menelan ludahku, ketika
wajah Yuto mulai mendekat. Kepegang wajahnya, kulihat matanya menatapku penuh
kasih. Berbeda dengan Yuto malam itu. Ya itu karna ia menganggapku Haruka.
Bibir lembutnya mengecup bibirku mesra. Mendadak dadaku terasa penuh. Perasaan
ini, perasaan yang sudah kubur dan menghilang sejak lama mucul kembali. Sakit
sekali rasanya jika cinta pertamamu menciummu bukan karna cinta. Tapi karna
mengganggapmu orang lain yang dia cinta. Dan dia adikmu sendiri. Tangisku
pecah. Ia melepaskan kecupan mesranya sambil menatapku bingung.
“kau kenapa?”
“aku Cuma nyesel udah ngeraguin Yuto-kun” ucapku berbohong.
Lagi-lagi ia tersenyum, manis sekali. Ia lalu bangkit mengambilkanku air.
“ini minum dulu” aku mengangguk, lalu menengguknya habis.
Selagi aku minum Yuto memakai kaus hitam tanpa lengan miliknya.
“arigatou” ia
menggangguk pelan. Lalu menaruh gelas kosong itu dimeja. Kemudian bergabung
denganku duduk di tepi ranjang.
“nee, aku nggak nyangka lho Yuto-kun bisa tumbuh besar kayak
gini. Padahal Yuto-kun yang dulu kan pendek cengeng lagi. Baru diliatin
suntikan aja nangis. Haha” ucapku membuka pembicaraan.
“tapi sekarang kan nggak cengeng lagi. Udah jdi cowok
ganteng plus tinggi lagi’ ucapnya membaggakan diri. Aku tersenyum mendengarnya.
“tapi masih takut suntikan kan? Nih bukti nyatanya” aku
menujuk luka bekas jahitan di lengan Yuto.
“aku inget banget dulu, pas kamu dikejar-kejar Otousan Cuma
buat disuntik. Kamu kabur ke pekarangan sebelah rumah sakit kan. Aku yang lagi
ditaman ngeliat kamu lari, ngerasa penasaran ngikutin kamu. Eh ternyata
Yuto-kun jatuh sampe lengannya sobek gini. Haha” ucapku panjang lebar. Rasanya
asyik sendiri jika membahas masa lalu. Tanpa kusadari raut wajahnya berubah. Wajah Yuto yang sedari tadi ceria berubah
menjadi datar. Lalu tak lama wajahnya mengkerut kesakitan.
“arghhh!!” erangnya kesakitan.
“ehh? Kau kenapa?” tak ada respon dari pertanyaanku.
Tangannya sibuk meremas kepalanya, kurasa kepalanya sakit.
“Yuto!” kucoba menepuk-nepuk pundaknya. Bisa kurasakan
tubuhnya menegang menahan sakit yang luar biasa. Tak lama kemudian tubuhnya
terkulai lemas. Ia tak sadarkan diri.
tsuzuku ~
tsuzuku ~
0 komentar:
Posting Komentar