Ame no hi (hari hujan)
Aku berlari menerobos hujan. Tak hanya langit yang kelam, htiku juga sedang kelam. Orang yang paling kusayangi terbaring tak berdaya. Dan kini sahabatku juga menghilang.
Author
POV
Sunyi
dan senyap. Hanya ada suara mesin yang menunjukan pria itu masih hidup.
Kulitnya pucat pasi. Nafasnya tersenggal jika selang oksigen tak menyumbat dihidungnya. Kemarin malam, ia baru
saja melewati masa kritisnya. Berjuang melawan malaikat maut yang hendak
membawanya pergi. Beruntung ia memenangkannya. Meski sampai sekarang ia belum
membuka matanya. Mungkin ia terlalu penat dan ingin mengistirahatkan sebentar
tubuhnya. Atau ia enggan bangun karna tak ada yang menunggunya kembali. Keluarga
yang harusnya ada disisinya. Tak ada, dosa masa lalunya membuat ia kesepian
seperti ini. Kekasih? Bahkan ia tak tahu apakah kekasihnya sedang dalam keadaan
baik atau tidak.
Cuaca hari ini sepertinya kurang bersahabat.
Awan-awan kehitaman mulai mengumpal dilangit. Angin menerobos jendela lalu memaikan
gorden berwarwa cream itu. Tak lama kemudian pria yang tak bisa dikatakan muda
itu memasuki ruangan. Usianya mungkin sudah memasuki angka 60. Ia lalu menaruh
tas jinjingnya dimeja. Kini ia sibuk menaruh bunga dang ia bawa ke vas bunga.
Setelah selesai ia menaruhnya dipojok ruangan. Senyumnya mengembang tipis,
paling tidak ruangan ini tak terlalu kosong dengan kehadiran bunga berwarna
kuning itu.
“Ryosuke,
gimana kau suka kan?“ tanyanya pada tubuh yang masih tak bergerak itu.
“cepatlah
bangun, Ibumu menghawatirkanmu. Tapi ya, kau tahu sendiri sifat ayahmu, ia tak
mengizinkannya datang kesini.”
“ia
masih belum bisa memaafkanmu. Padahal kau melakukan semuanya karna kau kesepian
kan”
Ingatan
Takagi-sensei menerawang jauh menembus waktu. Ia mengenal Ryosuke sejak ia
lahir. Ia ingat betul kedua orang tuanya sangat bangga atas kelahirannya.
Terutama ayahnya, ia sangat senang anak laki-laki pertamanya lahir dengan
selamat. Anak yang kelak akan mengantikan posisinya di perusahaan. Ryosuke
dididik keras oleh ayahnya. Namun memasuki SMP, ayahnya semakin sibuk dengan
pekerjaannya begitu pula dengan ibunya. Ryosuke, ia kehilangan kasih sayang
kedua orang tuanya. Tingkahnya pun semakin menjadi-jadi memasuki SMA. Hampir
tiap hari ada laporan dari sekolah karna tingkahnya.
Tiktiktik
Tetesan
air hujan menerobos jendela. Membuyarkan lamunan pria itu. Takagi-sensei
buru-buru menutup jendela. Ia tak mau ruangan ini banjir air hujan. Lalu ia
mendekat pada Ryosuke. Tangannya mengelus rambut coklat itu lembut.
“cepat
bangun ya” ucap Takagi-sensei sebelum meninggalkan ruangan.
***
Gadis itu berlari menembus hujan. Tak perduli
tubuhnya basah kuyup. Keinginanya hanya satu ia ingin bertemu dengan Ryosuke.
Ia ingin melihatnya, hampir seharian terkurung bersama Yuto. Akhirnya ia bisa
terbebas, meskipun ia tahu Yuto juga sedang tidak baik-baik saja tapi paling
tidak ada orang yang menjaganya. Langkahnya semakin melambat semenjak memasuki
halaman rumah sakit. Begitu memasuki pintu masuk, ia berhenti sejenak
mengistirahatkan kakinya. Tamai Sensei yang melihatnya langsung berhambur
memeluknya.
“Harunaa,
kemana saja kau? Kami mengkhawatirkanmu” Bukannya menjawab, Tangis Haruna malah
pecah. Tamai Sensei lalu membawa Haruna keruangan perawat lalu menyuruhnya
mengganti bajunya yang basah.
“Kau
ingin bertemu Ryosuke kan? Dia di ruang A091, kuyakin ia menunggumu” Ucap
wanita paruh baya itu lembut. Haruna mengangguk mengerti. Ia mengambil nafas
panjang menenangkan dirinya, ia tak boleh terlihat sedih dihadapan Ryosuke.
Gadis
itu membuka pintu pelan. Mata indahnya kembali berkaca-kaca melihat kekasihny
tidur tak berdaya diranjang rumah sakit. Ia sangat sering melihatnya babak
belur, tapi tak separah ini. Rasanya kekasihnya kini benar-benar rapuh. Tiba-tiba
terbesit rasa kebencian pada Yuto. Tapi Haruna berusaha menghapusnya, karna ia
tahu bukan Yuto melakukannya. Akal sehatnya hilang karena kehilangan
kekasihnya, dan bagian diri Yuto yang hitam dan jahat pelakunya. Pria yang
hangat dan ceria seperti itulah Yuto. Lalu Haruna duduk disamping ranjang itu.
Kedua tangannya menggenggam jemari-jemari Ryosuke yang dingin.
“bangunlah,
kumohon” gumamnya pelan. Air matanya siap meluncur, tapi ia berusaha
menahannya.
Ceklek
Tiba-tiba pintu itu terbuka. Seorang wanita paruh baya cantik datang berurai
air mata. Haruna yang kaget langsung melepas genggaman tangannya. Firasatnya
berkata wanita lebih pantas ada disamping Ryosuke saat ini.
“Ryo-chan,
okasan datang” ucapnya sambil menangis. Jemarinya mengelus wajah anaknya sedang
terlelap.
Dadanya terasa sesak melihat anaknya semakin kurus. Rasa bersalah
menusuk jantungnya. Harusnya ia tak membiarkan anaknya hidup sendirian seperti
ini. Mau bagaimanapun juga Ryosuke adalah darah dagingnya. Sadar ada orang lain
dalam ruangan Nyonya Yamada menghapus air matanya, berusaha terlihat tegar.
“konichiwa,
Haruna desu teman sekolah Yamada-kun” Haruna dengan sopan memperkenalkan diri.
“ah
terimakasih telah menjaga anakku selama ini.” Ucap nyonya Yamada sambil
tersenyum. Gadis itu mengangguk pelan. Merasa ponselnya bergetar, ia pamit.
Rasanya Ryosuke lebih membutuhkan Ibunya sekarang, toh mereka sudah lama tak
bertemu. Paling tidak ada yang menjaga kekasihnya itu. Melihat Yamada masih
hidup cukup membuat Haruna tenang. Setelah berada di luar kamar Gadis cantik
itu bergegas mengangkat telepon masuk itu.
“moshi-moshi”
“Runa-chan,
kau tahu dimana Yuto sekarang?” ucap Nyonya Nakajima.
“ehh?
Yuto hilang?!” wajah Haruna berubah kaget.
“iya
begitu ia sadar ia bilang lapar jadi tante kedapur sebentar, begitu kembali
Yuto menghilang hikss”
“ddd ..
.dan salah satu perkerja tante bilang ia pergi membawa pisau, wajahnya juga
kacau. Tante khawatir, mungkin kau tahu dimana dia?” dari suarannya Nyonya
Nakajima sangat mengkhawatirkan anaknya. Gadis itu menelan ludahnya mendengar
penjelasan Ibu sahabatnya itu. Ia mulai berpikir yang tidak-tidak. Namun
sepertinya ia tahu dimana temannya itu. Ia harus bergegas kesana sebelum
terlambat.
Baru
saja hendak mengangkat kakinya. Terdengar suara gaduh dari dalam kamar.
“ryo-chan!”
samar-samar terdengar suara Ibu Ryosuke histeris. Tak lama kemudian seorang
dokter dan beberapa perawat berlari gugup kearahnya.
Wajah Haruna memanas
firasatnya semakin buruk. Dan benar mereka memasuki kamar kekasihnya. Meskipun
sebentar ia bisa tubuh Ryosuke sedang mengejang didalam sana. Jantung Gadis itu
berdetak semakin cepat, nafasnya terasa sesak. Kekasihnya sedang melawan maut
didalam sana. Dan sobatnya juga sedang kacau, bisa saja ia sedang sekarat
disebuah tempat. Bingung, mana yang harus ia temui sekarang kekasih? Atau
sahabat kecilnya?.
Tsuzuku
~
0 komentar:
Posting Komentar