ghee na chan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Please, stop bully him!!! (9/11)


Ame no hi (hari hujan)
Aku berlari menerobos hujan. Tak hanya langit yang kelam, htiku juga sedang kelam. Orang yang paling kusayangi terbaring tak berdaya. Dan kini sahabatku juga menghilang.





Author POV

Sunyi dan senyap. Hanya ada suara mesin yang menunjukan pria itu masih hidup. Kulitnya pucat pasi. Nafasnya tersenggal jika selang oksigen tak  menyumbat dihidungnya. Kemarin malam, ia baru saja melewati masa kritisnya. Berjuang melawan malaikat maut yang hendak membawanya pergi. Beruntung ia memenangkannya. Meski sampai sekarang ia belum membuka matanya. Mungkin ia terlalu penat dan ingin mengistirahatkan sebentar tubuhnya. Atau ia enggan bangun karna tak ada yang menunggunya kembali. Keluarga yang harusnya ada disisinya. Tak ada, dosa masa lalunya membuat ia kesepian seperti ini. Kekasih? Bahkan ia tak tahu apakah kekasihnya sedang dalam keadaan baik atau tidak.
  
Cuaca hari ini sepertinya kurang bersahabat. Awan-awan kehitaman mulai mengumpal dilangit. Angin menerobos jendela lalu memaikan gorden berwarwa cream itu. Tak lama kemudian pria yang tak bisa dikatakan muda itu memasuki ruangan. Usianya mungkin sudah memasuki angka 60. Ia lalu menaruh tas jinjingnya dimeja. Kini ia sibuk menaruh bunga dang ia bawa ke vas bunga. Setelah selesai ia menaruhnya dipojok ruangan. Senyumnya mengembang tipis, paling tidak ruangan ini tak terlalu kosong dengan kehadiran bunga berwarna kuning itu.

“Ryosuke, gimana kau suka kan?“ tanyanya pada tubuh yang masih tak bergerak itu.
“cepatlah bangun, Ibumu menghawatirkanmu. Tapi ya, kau tahu sendiri sifat ayahmu, ia tak mengizinkannya datang kesini.”
 “ia masih belum bisa memaafkanmu. Padahal kau melakukan semuanya karna kau kesepian kan”

Ingatan Takagi-sensei menerawang jauh menembus waktu. Ia mengenal Ryosuke sejak ia lahir. Ia ingat betul kedua orang tuanya sangat bangga atas kelahirannya. Terutama ayahnya, ia sangat senang anak laki-laki pertamanya lahir dengan selamat. Anak yang kelak akan mengantikan posisinya di perusahaan. Ryosuke dididik keras oleh ayahnya. Namun memasuki SMP, ayahnya semakin sibuk dengan pekerjaannya begitu pula dengan ibunya. Ryosuke, ia kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya. Tingkahnya pun semakin menjadi-jadi memasuki SMA. Hampir tiap hari ada laporan dari sekolah karna tingkahnya.

Tiktiktik

Tetesan air hujan menerobos jendela. Membuyarkan lamunan pria itu. Takagi-sensei buru-buru menutup jendela. Ia tak mau ruangan ini banjir air hujan. Lalu ia mendekat pada Ryosuke. Tangannya mengelus rambut coklat itu lembut.
“cepat bangun ya” ucap Takagi-sensei sebelum meninggalkan ruangan.

***

 Gadis itu berlari menembus hujan. Tak perduli tubuhnya basah kuyup. Keinginanya hanya satu ia ingin bertemu dengan Ryosuke. Ia ingin melihatnya, hampir seharian terkurung bersama Yuto. Akhirnya ia bisa terbebas, meskipun ia tahu Yuto juga sedang tidak baik-baik saja tapi paling tidak ada orang yang menjaganya. Langkahnya semakin melambat semenjak memasuki halaman rumah sakit. Begitu memasuki pintu masuk, ia berhenti sejenak mengistirahatkan kakinya. Tamai Sensei yang melihatnya langsung berhambur memeluknya.

“Harunaa, kemana saja kau? Kami mengkhawatirkanmu” Bukannya menjawab, Tangis Haruna malah pecah. Tamai Sensei lalu membawa Haruna keruangan perawat lalu menyuruhnya mengganti bajunya yang basah.
“Kau ingin bertemu Ryosuke kan? Dia di ruang A091, kuyakin ia menunggumu” Ucap wanita paruh baya itu lembut. Haruna mengangguk mengerti. Ia mengambil nafas panjang menenangkan dirinya, ia tak boleh terlihat sedih dihadapan Ryosuke.

Gadis itu membuka pintu pelan. Mata indahnya kembali berkaca-kaca melihat kekasihny tidur tak berdaya diranjang rumah sakit. Ia sangat sering melihatnya babak belur, tapi tak separah ini. Rasanya kekasihnya kini benar-benar rapuh. Tiba-tiba terbesit rasa kebencian pada Yuto. Tapi Haruna berusaha menghapusnya, karna ia tahu bukan Yuto melakukannya. Akal sehatnya hilang karena kehilangan kekasihnya, dan bagian diri Yuto yang hitam dan jahat pelakunya. Pria yang hangat dan ceria seperti itulah Yuto. Lalu Haruna duduk disamping ranjang itu. Kedua tangannya menggenggam jemari-jemari Ryosuke yang dingin.

“bangunlah, kumohon” gumamnya pelan. Air matanya siap meluncur, tapi ia berusaha menahannya.

Ceklek 

Tiba-tiba pintu itu terbuka. Seorang wanita paruh baya cantik datang berurai air mata. Haruna yang kaget langsung melepas genggaman tangannya. Firasatnya berkata wanita lebih pantas ada disamping Ryosuke saat ini.

“Ryo-chan, okasan datang” ucapnya sambil menangis. Jemarinya mengelus wajah anaknya sedang terlelap. 
Dadanya terasa sesak melihat anaknya semakin kurus. Rasa bersalah menusuk jantungnya. Harusnya ia tak membiarkan anaknya hidup sendirian seperti ini. Mau bagaimanapun juga Ryosuke adalah darah dagingnya. Sadar ada orang lain dalam ruangan Nyonya Yamada menghapus air matanya, berusaha terlihat tegar.
“konichiwa, Haruna desu teman sekolah Yamada-kun” Haruna dengan sopan memperkenalkan diri.
“ah terimakasih telah menjaga anakku selama ini.” Ucap nyonya Yamada sambil tersenyum. Gadis itu mengangguk pelan. Merasa ponselnya bergetar, ia pamit. Rasanya Ryosuke lebih membutuhkan Ibunya sekarang, toh mereka sudah lama tak bertemu. Paling tidak ada yang menjaga kekasihnya itu. Melihat Yamada masih hidup cukup membuat Haruna tenang. Setelah berada di luar kamar Gadis cantik itu bergegas mengangkat telepon masuk itu.
“moshi-moshi”
“Runa-chan, kau tahu dimana Yuto sekarang?” ucap Nyonya Nakajima.
“ehh? Yuto hilang?!” wajah Haruna berubah kaget.
“iya begitu ia sadar ia bilang lapar jadi tante kedapur sebentar, begitu kembali Yuto menghilang hikss”
“ddd .. .dan salah satu perkerja tante bilang ia pergi membawa pisau, wajahnya juga kacau. Tante khawatir, mungkin kau tahu dimana dia?” dari suarannya Nyonya Nakajima sangat mengkhawatirkan anaknya. Gadis itu menelan ludahnya mendengar penjelasan Ibu sahabatnya itu. Ia mulai berpikir yang tidak-tidak. Namun sepertinya ia tahu dimana temannya itu. Ia harus bergegas kesana sebelum terlambat.
Baru saja hendak mengangkat kakinya. Terdengar suara gaduh dari dalam kamar.
“ryo-chan!” samar-samar terdengar suara Ibu Ryosuke histeris. Tak lama kemudian seorang dokter dan beberapa perawat berlari gugup kearahnya. 

Wajah Haruna memanas firasatnya semakin buruk. Dan benar mereka memasuki kamar kekasihnya. Meskipun sebentar ia bisa tubuh Ryosuke sedang mengejang didalam sana. Jantung Gadis itu berdetak semakin cepat, nafasnya terasa sesak. Kekasihnya sedang melawan maut didalam sana. Dan sobatnya juga sedang kacau, bisa saja ia sedang sekarat disebuah tempat. Bingung, mana yang harus ia temui sekarang kekasih? Atau sahabat kecilnya?.

Tsuzuku ~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar