ghee na chan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Palace Story (prolog)

holaa 
fanfic baru nihhh
sebenernya udah terbit di wattpad udah lama 
tapi ku post disini juga 
cerita ini sebenarnya terinspirasi dari fanfic oneshootku 
namun di perbaharui diberbagai hal dan tenang semua member JUMP bakal muncul kok



Tak jauh dari stasiun Omotesando kau akan menemukan bangunan unik yang penuhi jalaran tanaman hijau. Jika musim panas datang seperti sekarang ini bunga-bunga azalea mekar dengan indahnya diantara tanaman hijau itu. Bangunan yang cukup mencolok dibanding bangunan-bangunan disekitarnya. Jangan kira tempat itu adalah sebuah kebun botani, toko bunga , ataupun toko tanaman. Sebilah papan bulat dengan tulisan ‘Palace café’ menggantung dipintunya. Meskipun dari luar tampak sederhana tapi bagian dalam café itu cukup luar bisa. Siapapun tak menyangka bagian dalam café luas. Dipojok ruangan terdapat panggung kecil dengan piano. Biasanya diakhir pekan ada yang memaikan piano disana. Terkadang juga dengan penampilan music akustik. Hanya saja sudah 2 bulan belakang ini  piano itu tak tersentuh. Pianis yang biasa memainkan piano itu pergi ke Viena untuk melanjutkan sekolah musik.


Meja bar berbentuk persegi yang memanjang berisikan 7 kursi yang bisa dipakai pelanggan menikmati secangkir kopi ataupun cocktail sambil melihat bartender meraciknya secara langsung. Disebelahnya persis terdapat lemari kaca berisikan deretan kue-kue manis. Pelanggan bebas memilih kue-kue itu.

Ada 4 pasang sofa empuk yang menempel dekat dinding sisi kiri café. Sisanya ada kursi kayu bercat putih yang menenyebar diseluruh ruangan. Dibelakang café ada taman yang rencana akan dibuka umum untuk pengunjung musim gugur nanti. Didalam café dipenuhi ornament-ornamen cantik khas eropa abad 19. Tanpa meninggalkan ciri khasnya dengan tumbuhan beberapa ornament plastic tumbuhan dan bunga juga mengiasi ruangan.
Jam kayu berwarna putih yang menempel dekat pintu dapur menunjukan pukul 9 pagi.

Klangklang

Bunyi lonceng bergema ketika pintu dibuka. Seorang pria muda berusia sekitar 23 tahun memasuki café. Ia mengenakan kaos hitam berkerah v dengan celana jeans yang robek dibagian lututnya. Topi dan jam jam tangan yang sederhana menambah kesan modis. Rambutnya dicat coklat dengan kulit yang putih mulus membuat siapapun iri melihatnya.

“ahh, lagi-lagi belum ada yang datang ya. Harusnya si Takaki sudah bersiap didapur.” ucap pria itu kesal.

Ia lalu mengambil ponsel disaku celananya hendak menghubungi Takaki. Baru saja ia membuka kunci layar ponselnya lonceng itu berbunyi lagi.

Klangklang

Takaki masuk membawa sekantong 2 plastic belanjaan. Disebelahnya Kawashima datang sambil membawa bunga dalam pelukannya. Lelaki pendek itu tampak bingung melihat mereka.

“loh, kok Umika datang sepagi ini? kau juga Yuya bukannya bahan baku kita masih cukup banyak, kok malah belanja lagi buang-buang duit”.
Takaki dan Kawashima saling bertatapan sambil membuang nafas pelan.

“Ryo-kun lebih baik kau lihat kalendermu hari ini, apa ada yang special?” Saran Kawashima, Lelaki itu menurut. Tak butuh waktu lama Lelaki itu raut wajah bingungnya berubah panic.

“YABAI!!” teriaknya panik.

“Hari ini café dipakai untuk acara reuni! Aku belum memberi tahu Tamai dan Nakajima untuk datang, semoga mereka berdua tidak pergi berkencan ke tempat yang jauh”.

“Jesse kapan datang?! Aku juga harus meminta Hikaru mencari orang untuk mengisi panggung music! Shimazaki, Matsumura mereka harus datang lebih awal”.
Takaki dan Kawashima menggeleng melihat atasan mereka.

“Baka tenchou” gumam Takaki pelan. Lalu ia segera pergi kedapur meninggalkan Baka Tenchounya yang masih panic. Kawashima memilih duduk sambil menahan tawa melihat Yamada.

“ah iya Okamoto, bagaimana dia?” Yamada masih menggumam tak jelas. Hingga suara lonceng itu kembali berbunyi lagi. Hikaru masuk bersama 3 orang temannya.

“ohayo gozaimasu Tenchou, ini teman-temanku yang akan mengisi live music” Lapor hikaru.

“Yoroshiku onegaishimasu” 3 orang itu menunduk memberi salam. Yamada ragu membalas salam, ia masih bingung dengan semua ini. Bahka ia belum memberi tahu Hikaru untuk menacri orang. Tak lama kemudian gerombolan waiter dan waiters datang. Meskipun masih bingung ada rasa lega di hati Yamada.

“Ohayou gozaimasu” mereka mengucap salam secara bersamaan. Mereka lalu bergegas keruangan mereka untuk meletakan barang-barang mereka. Hikaru dan kawan-kawannya juda sudah menuju panggung. Lelaki itu masih berdiri mematung tak bisa mencerna semuanya. Gadis dengan rambut hitam panjang itu lalu mendekat pada Yamada.

“aku juga sudah memberi tahu Okamoto untuk datang cepat, Jesse bilang dia akan tiba pukul 10 nanti”. Senyum lebar merekah pada bibir lelaki itu. Dipeluknya gadis mungil dihadapannya itu.

“Arigatou Umi-chan” ucapnya tulus. Gadis itu mengangguk dalam dekapan Yamada, dalam hati kecilnya ia berharap pelukan hangat itu takan berakhir. Namun harapannya pupus lelaki itu kini hanya memegang bahunya sambil tersenyum lebar. Bersamaan dengan itu Shimazaki dan Tamai baru keluar dari ruangan.

“ohya kalian para putri kita rangkai bunga ditaman yuk biar bersih-bersih dan penataan para cowok yang kerjakan”. Umika mengamit Bunga yang tadi ia letakan diatas meja. Kedua gadis itu lalu mengambil bunga itu  dan pergi ke taman.

“dan kau ,,,” Yamada penasaran menunggu kelanjutan kalimat gadis itu.

“dari pada berdiam disini, lebih baik bantu Yuya didapur” gadis itu lalu mendorong punggung lelaki itu supaya berjalan menuju dapur. Yamada menurut, ia bersyukur memiliki patner kerja seperti Umika. Gadis yang pertama kali ia kenal di bangku SMA itu benar-benar bisa diandalkan. Dibanding dirinya sendiri seorang manager yang sering lupa. Benar kata gadis itu lebih baik membantu Takaki didapur. Ia pasti sedang repot.


Disisi lain Kawashima Umika, gadis itu berbalik tepat sebelum membuka pintu menuju taman belakang. Menatap punggung Yamada yang sudah hilang dibalik kelambu dapur. Entah kapan ia bisa jujur mengenai perasaannya pada Yamada. Kepercayaan dirinya untuk mengungkapkannya sudah hilang. Semenjak lelaki itu sudah memiliki gadis yang dicintainya, Arima Sachi. 

~Prolog End~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar