Setelah awan gelap dan hujan turun dengan derasnya, pasti akan tiba waktunya hujan mereda. Awan kelam dan gelap pun tergantikan oleh birunya langit diantara putihnya awal. Jika kau beruntung, kau juga bisa melihat lengkungan indah 7warna di langit.
Hujan
mulai mereda. Menyisakan gerimis kecil yang masih membasahi tanah. Gadis itu
berlari tergesa membelah semak. Rambut hitamnya kembali basah karna air. Ia
harus menemui sahabatnya. Hatinya berkata sesuatu yang buruk terjadi pada sobat
kecilnya. Meskipun sekarang kekasihnya sedang sekarat, tapi setidaknya ada
orang disampingnya. Entah wajah seperti apa yang harus ia pasang jika ia
kembali ke kamar Ryosuke dan kekasihnya itu sudah tak berada disana.
Gadis
itu berlari semakin cepat dia atas rerumputan basah itu. Matanya awas menatap
deretan pohon. Mencari sosok jangkung sahabatnya itu. Kedua matanya melebar kaget
melihat sosok yang dicarinya, terduduk dibawah pohon paling besar.
“Yuto-kun”
mata gadis itu semakin melebar melihat pergelangan tangan kiri lelaki itu
berdarah. Buru-buru ia mengambil pisau yang berlumuran darah. Sebelum Yuto
bertindak yang tidak-tidak lagi. sedangkan wajah lelaki itu terlihat kaget dan
pucat. Haruna buru-buru merebut lengan kiri itu, hendak membalutnya sebelum
temannya mati kehabisan darah.
“hanase!!”
berontaknya. Tapi percuma tubuhnya terlalu lemas. Hati gadis itu kembali nyeri.
Ia tak menyangka Yuto akan melakukan hal
bodoh seperti ini.
“baka”
umpatnya kesal. Kedua tangannya cekatan membalut kulit yang sobek itu dengan
perban yang ada dalam tasnya. Setelah selesai gadis itu segera mebereskan
peralatannya. Akhirnya ia merasa lega keadaan sahabatnya tak separah yang ia
bayangkan. Yuto terlihat lebih tenang sekarang.
Langit
yang sedari tadi gelap kini mulai terang. Awan abu-abu itu sudah pergi terbawa
angin. Menyisakan langit biru dan gumpalan awan putih bersih. Senyuman Haruna
melengkung indah seperti lengkungan warna pelangi dilangit. Sudah lama ia tak
melihat pelangi.
“hachii
~” suara bersin Yuto menyadarkan Haruna dari lamunan indahnya. Buru-buru haruna
mengambil handuk kecil dari dalam tasnya. Lalu ia mulai mengusap-usap badan
Yuto yang basah kuyup.
“ya
ampun badanmu dingin banget. Mending kita kerumah sakit dh.” Pria jangkung itu
menggeleng lemas. Haruna sedikit merasa kesal, tapi mau bagaimana lagi. Tiba-tiba
ia merasa tangan dingin Yuto menyetuh wajahnya. Ia menatap wajah pria itu penuh
tanya. Yuto menatap wajahnya intens, seolah mencari-cari sesuatu.
“Haruna”
panggil Yuto, kedua mata gadis itu terbelalak lebar. Akhirnya ia sadar, gadis
didepannya ini Haruna bukan Haruka.
“gomen”
lanjutnya pelan.
Plakk
Gadis
itu menampar wajah itu keras. Yuto terlihat kaget, matanya berkaca-kaca.
“setelah
semuanya yang kau lakukan, itu yang kau ucapkan?!!” entah kenapa emosi gadis
ini mendadak naik.
“hey!!
Kau hampir membunuh seseorang?!” umpatnya kesal. Untuk kesekian kalinya air
matanya tumpah. Wajah Yuto terlihat memerah. Ia bangkit lalu menabrakan
kepalanya berkali-kali ke pohon emosi.
“harusnya
kau biarkan aku mati!! Arrgghh!!!” teriak Yuto kesetanan, tak perduli darah
segar mulai keluar dari kepalanya. Haruna terlihat kaget. Ia bergegas
menghentikan pria itu.
“Yuto-kun!
Yamete!! Mati bukan cara untuk menebus dosamu!! Haruka pasti sedih melihatmu
seperti ini, hiks” secara ajaib pria itu kembali menjadi tenang.
“hey kau
tau? Haruka itu suka banget sama kamu, apa kamu tega bikin dia sedih?”
“coba
deh liat kelangit! Pelangi itu, Haruka selalu bilang Yuto itu kayak pelangi
yang ngebuat hidup dia penuh warna. Kematian Haruka itu udah jadi takdir, jadi
yang bisa kita lakuin nerima kenyataan Haruka nggak disini lagi, dia nggak
bakal balik lagi” ucap Haruna panjang lebar. Diliriknya kawannya itu sedang
menangis menjadi-jadi. Senyum kecil menghias wajah Haruna.
‘Tak apa
keluarkan semuanya, supaya kau lega.’
Pikirnya. Ia kembali menatap lengkungan warna-warni yang kini hampir
menghilang. Rasanya tak apa, berdiam sejenak disini sambil menunggu sahabatnya
tenang. Haruna meridukan tempat ini. Sebuah pekarangan dibelakang rumah
sakit.Tempat dimana ia pertama kali betemu dengan Yuto. Tempat yang rimbun
dengan pepohonan. Dan pemandangan kota dibawah sana. Ia, Yuto dan Haruka sering
menghabiskan waktunya disini. Bermain petak umpet, mencari serangga dan masih
banyak lagi. Biasanya mereka tak akan pulang sebelum melihat matahari tenggelam
dilangit barat. Karna senja dari tempat ini terlihat sangat indah.
***
Haruna
bergegas menuju kamar Ryosuke. Yuto sudah tenang dan sedang beristirahat
dikamar ditemani ibunya. Hatinya kembali berdebar, menebak-nebak keadaan
kekasihnya sekarang. Pelan-pelan ia mulai membuka pintu putih itu. Senyumnya
merekah lebar melihat pria itu sedang sibuk berbicang dengan ibunya. Ia sudah
sadar.
“permisi”
ucapnya pelan. Nyonya Yamada menyambut Haruna dengan senyuman.
“ah
Haruna, Ryo-chan sudah menunggumu” sambutnya ramah. Gadis itu malu-malu masuk
keruangan.
“ah iya,
okasan keluar bentar beli cemilan ya.”
Setelah
Nyonya Yamada pamit keluar. Hanya mereka berdua yang tersisa dalam ruangan.
Meskipun banyak hal yang ingin diungkapkan, tapi entah kenapa tak ada sepatah
katapun keluar dari mulut Haruna. Gadis itu kini sudah duduk manis disebelah
ranjang kekasihnya. Ada semburat merah menghias pipinya. Rasanya seperti sudah
lama sekali tak bertemu. Bahkan menatap wajah kekasihnya pun ia tak mampu. Ia
tak mau Yamada melihat wajahnya merah sekarang.
“Haruna”
akhirnya gadis ini menatap wajah kekasihnya. Meskipun tipis tapi ia bisa
melihat senyum bahagia pria ini. Matanya berkaca-kaca hendak menangis.
“syukurlah
kau baik-baik saja” Haruna memiringkan kepalanya penuh tanya harusnya itu
kata-kata yang keluar dari mulutya.
“hey,
harusnya aku yang ngomong gitu.” Ryosuke
tertawa kecil, melihat wajah kesal Haruna.
“ahh,
rasanya pengen cepet sembuh. Kita belum kencan kan.” Rengeknya bak anak kecil.
Gadis itu lagi-lagi tersenyum lebar. Senang rasanya melihat kekasihnya sudah
sehat.
“eh
emang siapa yang mau kencan sama kamu.” Ledek Haruna.
“hey kau itu kan pacarku, jadi harus mau lah”
ucap pria itu ngotot. Senyumnya juga diam-diam mengembang. Ia bahagia tuhan
masih memberinya kesempatan untuk hidup lebih lama. Ia ingin menghabiskan
hidupnya dengan gadis manis didepannya.
“anoo”
suara itu membuyarkan candaan keduanya. Entah sejak kapan ada orang lain selain
mereka berdua dalam ruangan itu. Rasanya tadi Haruna tak mendengar pintu
terbuka. Dan orang itu memasuki ruangan. Mungkin kebahagian sepasang kekasih
yang sedang dimabuk cinta itu, terlalu asyik dengan dunia mereka. Sampai-sampai
mereka tak menyadari kehadirannya.
Orang
itu berjalam mendekat ke ranjang. Tubuhnya jangkung dan terlihat atletis. Kepala
dan lengan kirinya dibalut perban putih. Haruna dan Ryosuke menelah ludah
melihat lelaki itu. Berharap Yuto tak berbuat yang tidak-tidak lagi.
“Yamada”
pria itu semakin mendekat. Ryosuke hanya bisa berdoa pria itu tak membawa pisau
atau sejenisnya. Rasanya takut membayangkan Yuto tiba-tiba menusuknya. Melihat
keadaannya sekarang ia benar-benar tak bisa melawan. Sedangkan Haruna diam-diam
berancang-ancang jika tiba-tiba Yuto menyerang Yamada lagi.
“Gomenasai”
ucap pria itu lantang, badannya membungkuk dalam mengadap ranjang. Yamada dan
Haruna mengerjap tak percaya. Tapi disisi lain mereka merasa lega. Yuto kali
ini tak seseram bayangan mereka. Haruna tersenyum lebar, rasanya Yuto sudah
kembali menjadi dirinya yang lama. Bahagia rasanya melihat Yuto yang sekarang. Semoga
kebahagiannya hari ini akan berlangsung lama.
Tsuzuku
~
0 komentar:
Posting Komentar