ghee na chan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Please, stop bully him! (10/11)



Akaruku ni naru (Menjadi terang)
Setelah awan gelap dan hujan turun dengan derasnya, pasti akan tiba waktunya hujan mereda. Awan kelam dan gelap pun tergantikan oleh birunya langit diantara putihnya awal. Jika kau beruntung, kau juga bisa melihat lengkungan indah 7warna di langit.




Hujan mulai mereda. Menyisakan gerimis kecil yang masih membasahi tanah. Gadis itu berlari tergesa membelah semak. Rambut hitamnya kembali basah karna air. Ia harus menemui sahabatnya. Hatinya berkata sesuatu yang buruk terjadi pada sobat kecilnya. Meskipun sekarang kekasihnya sedang sekarat, tapi setidaknya ada orang disampingnya. Entah wajah seperti apa yang harus ia pasang jika ia kembali ke kamar Ryosuke dan kekasihnya itu sudah tak berada disana.

Gadis itu berlari semakin cepat dia atas rerumputan basah itu. Matanya awas menatap deretan pohon. Mencari sosok jangkung sahabatnya itu. Kedua matanya melebar kaget melihat sosok yang dicarinya, terduduk dibawah pohon paling besar.

“Yuto-kun” mata gadis itu semakin melebar melihat pergelangan tangan kiri lelaki itu berdarah. Buru-buru ia mengambil pisau yang berlumuran darah. Sebelum Yuto bertindak yang tidak-tidak lagi. sedangkan wajah lelaki itu terlihat kaget dan pucat. Haruna buru-buru merebut lengan kiri itu, hendak membalutnya sebelum temannya mati kehabisan darah.
“hanase!!” berontaknya. Tapi percuma tubuhnya terlalu lemas. Hati gadis itu kembali nyeri.  Ia tak menyangka Yuto akan melakukan hal bodoh seperti ini.
“baka” umpatnya kesal. Kedua tangannya cekatan membalut kulit yang sobek itu dengan perban yang ada dalam tasnya. Setelah selesai gadis itu segera mebereskan peralatannya. Akhirnya ia merasa lega keadaan sahabatnya tak separah yang ia bayangkan. Yuto terlihat lebih tenang sekarang.

Langit yang sedari tadi gelap kini mulai terang. Awan abu-abu itu sudah pergi terbawa angin. Menyisakan langit biru dan gumpalan awan putih bersih. Senyuman Haruna melengkung indah seperti lengkungan warna pelangi dilangit. Sudah lama ia tak melihat pelangi.

“hachii ~” suara bersin Yuto menyadarkan Haruna dari lamunan indahnya. Buru-buru haruna mengambil handuk kecil dari dalam tasnya. Lalu ia mulai mengusap-usap badan Yuto yang basah kuyup.
“ya ampun badanmu dingin banget. Mending kita kerumah sakit dh.” Pria jangkung itu menggeleng lemas. Haruna sedikit merasa kesal, tapi mau bagaimana lagi. Tiba-tiba ia merasa tangan dingin Yuto menyetuh wajahnya. Ia menatap wajah pria itu penuh tanya. Yuto menatap wajahnya intens, seolah mencari-cari sesuatu.
“Haruna” panggil Yuto, kedua mata gadis itu terbelalak lebar. Akhirnya ia sadar, gadis didepannya ini Haruna bukan Haruka.
“gomen” lanjutnya pelan.

Plakk

Gadis itu menampar wajah itu keras. Yuto terlihat kaget, matanya berkaca-kaca.

“setelah semuanya yang kau lakukan, itu yang kau ucapkan?!!” entah kenapa emosi gadis ini mendadak naik.
“hey!! Kau hampir membunuh seseorang?!” umpatnya kesal. Untuk kesekian kalinya air matanya tumpah. Wajah Yuto terlihat memerah. Ia bangkit lalu menabrakan kepalanya berkali-kali ke pohon emosi.
“harusnya kau biarkan aku mati!! Arrgghh!!!” teriak Yuto kesetanan, tak perduli darah segar mulai keluar dari kepalanya. Haruna terlihat kaget. Ia bergegas menghentikan pria itu.
“Yuto-kun! Yamete!! Mati bukan cara untuk menebus dosamu!! Haruka pasti sedih melihatmu seperti ini, hiks” secara ajaib pria itu kembali menjadi tenang.
“hey kau tau? Haruka itu suka banget sama kamu, apa kamu tega bikin dia sedih?”
“coba deh liat kelangit! Pelangi itu, Haruka selalu bilang Yuto itu kayak pelangi yang ngebuat hidup dia penuh warna. Kematian Haruka itu udah jadi takdir, jadi yang bisa kita lakuin nerima kenyataan Haruka nggak disini lagi, dia nggak bakal balik lagi” ucap Haruna panjang lebar. Diliriknya kawannya itu sedang menangis menjadi-jadi. Senyum kecil menghias wajah Haruna.
‘Tak apa keluarkan semuanya, supaya kau lega.’  Pikirnya. Ia kembali menatap lengkungan warna-warni yang kini hampir menghilang. Rasanya tak apa, berdiam sejenak disini sambil menunggu sahabatnya tenang. Haruna meridukan tempat ini. Sebuah pekarangan dibelakang rumah sakit.Tempat dimana ia pertama kali betemu dengan Yuto. Tempat yang rimbun dengan pepohonan. Dan pemandangan kota dibawah sana. Ia, Yuto dan Haruka sering menghabiskan waktunya disini. Bermain petak umpet, mencari serangga dan masih banyak lagi. Biasanya mereka tak akan pulang sebelum melihat matahari tenggelam dilangit barat. Karna senja dari tempat ini terlihat sangat indah.

***

Haruna bergegas menuju kamar Ryosuke. Yuto sudah tenang dan sedang beristirahat dikamar ditemani ibunya. Hatinya kembali berdebar, menebak-nebak keadaan kekasihnya sekarang. Pelan-pelan ia mulai membuka pintu putih itu. Senyumnya merekah lebar melihat pria itu sedang sibuk berbicang dengan ibunya. Ia sudah sadar.

“permisi” ucapnya pelan. Nyonya Yamada menyambut Haruna dengan senyuman.
“ah Haruna, Ryo-chan sudah menunggumu” sambutnya ramah. Gadis itu malu-malu masuk keruangan.
“ah iya, okasan keluar bentar beli cemilan ya.”

Setelah Nyonya Yamada pamit keluar. Hanya mereka berdua yang tersisa dalam ruangan. Meskipun banyak hal yang ingin diungkapkan, tapi entah kenapa tak ada sepatah katapun keluar dari mulut Haruna. Gadis itu kini sudah duduk manis disebelah ranjang kekasihnya. Ada semburat merah menghias pipinya. Rasanya seperti sudah lama sekali tak bertemu. Bahkan menatap wajah kekasihnya pun ia tak mampu. Ia tak mau Yamada melihat wajahnya merah sekarang.

“Haruna” akhirnya gadis ini menatap wajah kekasihnya. Meskipun tipis tapi ia bisa melihat senyum bahagia pria ini. Matanya berkaca-kaca hendak menangis.
“syukurlah kau baik-baik saja” Haruna memiringkan kepalanya penuh tanya harusnya itu kata-kata yang keluar dari mulutya.
“hey, harusnya aku yang ngomong gitu.”  Ryosuke tertawa kecil, melihat wajah kesal Haruna.
“ahh, rasanya pengen cepet sembuh. Kita belum kencan kan.” Rengeknya bak anak kecil. Gadis itu lagi-lagi tersenyum lebar. Senang rasanya melihat kekasihnya sudah sehat.
“eh emang siapa yang mau kencan sama kamu.” Ledek Haruna.
 “hey kau itu kan pacarku, jadi harus mau lah” ucap pria itu ngotot. Senyumnya juga diam-diam mengembang. Ia bahagia tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup lebih lama. Ia ingin menghabiskan hidupnya dengan gadis manis didepannya.
“anoo” suara itu membuyarkan candaan keduanya. Entah sejak kapan ada orang lain selain mereka berdua dalam ruangan itu. Rasanya tadi Haruna tak mendengar pintu terbuka. Dan orang itu memasuki ruangan. Mungkin kebahagian sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta itu, terlalu asyik dengan dunia mereka. Sampai-sampai mereka tak menyadari kehadirannya.

Orang itu berjalam mendekat ke ranjang. Tubuhnya jangkung dan terlihat atletis. Kepala dan lengan kirinya dibalut perban putih. Haruna dan Ryosuke menelah ludah melihat lelaki itu. Berharap Yuto tak berbuat yang tidak-tidak lagi. 

“Yamada” pria itu semakin mendekat. Ryosuke hanya bisa berdoa pria itu tak membawa pisau atau sejenisnya. Rasanya takut membayangkan Yuto tiba-tiba menusuknya. Melihat keadaannya sekarang ia benar-benar tak bisa melawan. Sedangkan Haruna diam-diam berancang-ancang jika tiba-tiba Yuto menyerang Yamada lagi.
“Gomenasai” ucap pria itu lantang, badannya membungkuk dalam mengadap ranjang. Yamada dan Haruna mengerjap tak percaya. Tapi disisi lain mereka merasa lega. Yuto kali ini tak seseram bayangan mereka. Haruna tersenyum lebar, rasanya Yuto sudah kembali menjadi dirinya yang lama. Bahagia rasanya melihat Yuto yang sekarang. Semoga kebahagiannya hari ini akan berlangsung lama. 

Tsuzuku ~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar