ghee na chan. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

Please, stop bully him!! (SP 2)





Natsu no Banashi part 2



Jam persegi itu sudah menunjukan hari sudah berganti. Namun Haruna masih terjaga. Pikirannya kalut tak karuan, banyak sekali pertanyaan yang mengganjal pikirannya. Ingin sekali ia menghujani pria yang sedang berbaring dihadapannya, dengan beribu pertanyaan. Tapi percuma ia sedang   terlelap dibuai mimpi. Pertolongan pertama yang Haruna berikan menyelamatkan nyawa pria itu. Dipandanginya pria itu lekat-lekat. Dari pori-pori kulitnya yang pucat keluar keringat kecil. Raut wajahnya yang sedari tadi tenang mendadak berubah suram. Tubuhnya mulai mengejang tak karuan. Haruna mulai panik.

“Ryosuke!! Ryosuke!! bangun!!” Ia mencoba membangunkan pria itu.
“RYOSUKE!!” Haruna semakin tak karuan, air matanya tumpah. Dipeluknya tubuh pria itu erat, hanya itu yang bisa ia lakukan.
“Ryo . . . hiks.” Secara ajaib tubuh pria itu berhenti mengejang. Haruna sedikit lega namun ia masih terisak sambil memeluk kekasihnya.
“Haruna.” panggil Ryosuke pelan. Haruna kaget menatap pria itu tak percaya, lalu kembali memeluknya erat.
“hiks . . . aku benar-benar menghkhawatirkanmu” tangisnya kembali pecah.
gomen ne.” ucapnya pelan. Haruna menatap Ryosuke sambil menggeleng pelan. Samar-samar mata pria itu juga berair. Wajahnya masih terlihat kaget entah apa yang ada dalam mimpinya tadi.
“aku lapar” katanya sambil memegang perutnya. Terakhir kali ia memasukan makanan pada tubuhnnya kemarin siang. Tak heran Ryosuke kelaparan setelah tidur panjangnya.
“Jya aku kedapur buat masak bentar ya” Ryosuke mengangguk pelan.
Merasa haus ia menengguk habis segelas air putih yang sudah di siapkan Haruna disebelah ranjangnya. Haruna sudah menghilang dari balik pintu. Hanya dirinya yang berada di kamar ini sendirian. Ryosuke mengintip pemandangan diluar melalui jendela kamarnya. Hari masih gelap, terasa sunyi. Hanya suara samar ombak yang ia dengar. Angin menerobos masuk melalui celah-celah ventilasi udara kamarnya membuatnya menggigil. Wajahnya mendadak tegang melihat punggung seseorang di luar jendela.
“Kei , , , Keito” Wajah Ryosuke kembali tegang. Seolah mengerti Ryosuke berbicara padanya, sosok itu menoleh sambil menatap Ryosuke tanpa ekspresi. Tak lama kemudian sosoknya menghilang. Ryosuke menelan ludahnya pelan, keringat dingin kembali membanjiri tubuhnya. Ia lalu bangkit dan berjalan keluar dari kamar. Seperti ada sebuah benang tak kasat mata yang menarik tubuhnya untuk terus berjalan. Tanpa menggunakan alas kaki, kini kakinya membawanya menuju pantai. Keringat dingin terus membanjiri tubuhnya.
“Berhenti!! ku bilang berhenti!!” Rasanya ingin berbalik kembali ke vila. Namun sekuat tenaga ia berusaha, percuma tubuhnya terus bergerak tak terkendali. Pikirannya kalut tak karuan. Ia tak ingin kejadian semalam terjadi lagi. Tanpa sadar tubuhnya sudah berada dalam lautan. Padahal sedari tadi Ryosuke hanya berbaring diatas pasir.
“ Berhenti, kumohon.” Ucapnya memelas. Entah ia sedang berbicara pada siapa. Tapi Ryosuke yakin Keito yang melakukannya. Bukankah ada banyak hal yang tak Ryosuke ketahui di dunia ini, salah satunya kekuatan gaib. Ia yakin arwah Keito yang menuntun tubuhnya untuk bergerak. Bukankah musim panas adalah waktu dimana para roh kembali ke dunia. Roh Keito yang memiliki dendam pada Ryosuke datang untuk membalaskan semuanya. Entah kenapa Ryosuke mempercayai hal itu.
Pikirannya lalu menerawang jauh melewati waktu. Memori-memori masa lalunya muncul bergantian dalam kepalanya. Semua hal yang ia lakukan pada Keito memang terlalu kejam. Terutama kejadian musim panas tahun lalu, beberapa hari sebelum Keito meninggal.

flash back

Matahari mulai bersembunyi di ufuk barat. Hari mulai  gelap, sekolah sudah sepi. Hanya beberapa siswa yang masih membereskan ruangan klub mereka. Pria bermata sipit ini baru terbangun dari  tidurnya. Sendirian diruang uks, bahkan perawat sekolah pun sudah pulang. Ia merasa kecewa kenapa ia tidur terlalu lama. Padahal harusnya ia harus bekerja di konbini di dekat sekolah. Ia hanya berdoa hari ini bosnya dalam mood yang baik, supaya tak kena omel karna terlambat.
“argh” erangnya kesakitan ketika mencoba bangun. Perutnya masih terasa nyeri. Istirahat siang tadi Ryosuke dan teman-temannya memang kembali memukulinya. Alasannya benar-benar tak masuk akal, karna Keito lupa mengerjakan tugas biologi Ryosuke. Padahal bukan kewajiban Keito untuk mengerjakannya. Sudah berulang kali Keito mencoba berbicara pada Ryosuke baik-baik untuk mengerjakan tugasnya sendiri. Namun selalu berakhir dengan ia dipukuli babak belur. Rasanya rasa sabarnya sudah hampir hilang. Ketika Keito merasa seperti itu ia langsung mengingat perkataan Ibunya.
“Keito, seburuk apapun orang mempelakukanmu. Hadapilah dengan kesabaran, bukan dengan kekerasan. Percayalah suatu hari nanti kau akan mendapatkan hadiah hari kesabaranmu itu.”
Jika bukan karena nasehat ibunya mungkin Keito sudah memilih keluar dari sekolah ini, tak kuat dengan perlakuan Ryosuke.
“Keito” Seseorang memanggilnya, itu Ryosuke. Gawat Keito tak siap jika harus dipukul lagi. Ia hanya bisa berdoa dalam hati takan ada hal buruk yang terjadi padanya.

Sreekk

Gorden putih itu terbuka, Ryosuke menemukannya. Pria itu tersenyum padanya, Keito hanya bisa menatapnya dengan perasaan was-was.
“kenapa menatapku seperti itu? aku datang untuk minta maaf, nih diminum dulu.” Ucapnya sambil memberi sekaleng jus jeruk.
“Keito liburan musim panas nanti ada acara nggak?” Keito menggeleng pelan.
“liburan sama aku di vila yuk” Keito menatap pria itu tak percaya.
“ma , maaf, aku ada kerja sambilan.” Wajah Ryosuke terlihat kecewa.
“ijin dulu, Cuma 2 hari kok. Nanti aku bantu ngomong ke bosmu deh, itung-itung buat permintaan maafku. Dou?” ucapnya penuh meyakinkan, wajahnya memelas menatap Keito.Tanpa bisa berkata apa-apa Keito mengangguk. rasanya tak percaya tiba-tiba ryosuke baik padanya. Mungkin ini adalah buah dari kesabaran yang selalu ibunya katakan. Keito berpikir seperti itu.  

***

Hari itu akhirnya tiba. Teriknya sinar matahari langsung  menyambut 4 pria itu  begitu keluar dari mobil. Birunya langit menyatu dengan birunya laut. Pantulan sinar matahari yang memantul di pasir putih begitu menyilaukan mata. Menikmati musim panas di tepi pantai adalah impian semua orang. Ryosuke dan kedua temannya Takaki, Hikaru dan juga Keito. Wajah Keito terlihat senang melihat laut dihadapannya. Semoga liburannya kali ini menyenangkan. Ia juga bahagia Ryosuke baik kepadanya.

waa umi da” ucapnya kegirangan.
Wajah Ryosuke yang sedari tadi ramah pada Keito berubah terlihat kesal, ia lalu melemparkan tas ranselnya kearah Keito. Pria itu menangkapnya dengan sigap.
“heyy!! kau ada disini buat jadi pesuruh paham?!!” perintah Ryosuke dengan wajah sombongnya.

 Brukk

Takaki dan Hikaru ikut-ikutan melempar tasnya kearah keito. Tak bisa menangkapnya Keito terjatuh terduduk dipasir.
Pria itu terdiam cukup lama, tertunduk menatap pasir. Membiarkan Ryosuke dan kawan-kawannya meninggalkannya. Diambilnya segenggam pasir putih itu, lalu ia genggam erat-erat. Butiran-butiran pasir itu berlomba jatuh dari telapak tangannya. Semua hal yang ia khawatirkan selama ini terjadi, Ryosuke hanya ingin memanfaatkannya seperti biasa. Layaknya butiran-butiran pasir ini yang jatuh dari telapak tangannya dan terbang terbawa angin. Keito berharap perasaan negatif dari dalam dirinya juga hilang dari hatinya.

“okasan” gumamnya pelan. Digenggamnya sebuah cincin perak yang ia gunakan utuk liontin kalungnya. Berharap mendapatkan kekuatan untuk menjalani hari-harinya penuh kesabaran.

tsuzuku ~

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar