Natsu no Banashi part 2
Jam persegi itu sudah menunjukan hari
sudah berganti. Namun Haruna masih terjaga. Pikirannya kalut tak karuan, banyak
sekali pertanyaan yang mengganjal pikirannya. Ingin sekali ia menghujani pria
yang sedang berbaring dihadapannya, dengan beribu pertanyaan. Tapi percuma ia
sedang terlelap dibuai mimpi.
Pertolongan pertama yang Haruna berikan menyelamatkan nyawa pria itu. Dipandanginya
pria itu lekat-lekat. Dari pori-pori kulitnya yang pucat keluar keringat kecil.
Raut wajahnya yang sedari tadi tenang mendadak berubah suram. Tubuhnya mulai
mengejang tak karuan. Haruna mulai panik.
“Ryosuke!! Ryosuke!! bangun!!” Ia
mencoba membangunkan pria itu.
“RYOSUKE!!” Haruna semakin tak
karuan, air matanya tumpah. Dipeluknya tubuh pria itu erat, hanya itu yang bisa
ia lakukan.
“Ryo . . . hiks.” Secara ajaib
tubuh pria itu berhenti mengejang. Haruna sedikit lega namun ia masih terisak
sambil memeluk kekasihnya.
“Haruna.” panggil Ryosuke pelan.
Haruna kaget menatap pria itu tak percaya, lalu kembali memeluknya erat.
“hiks . . . aku benar-benar
menghkhawatirkanmu” tangisnya kembali pecah.
“gomen ne.” ucapnya pelan. Haruna menatap Ryosuke sambil menggeleng
pelan. Samar-samar mata pria itu juga berair. Wajahnya masih terlihat kaget
entah apa yang ada dalam mimpinya tadi.
“aku lapar” katanya sambil
memegang perutnya. Terakhir kali ia memasukan makanan pada tubuhnnya kemarin
siang. Tak heran Ryosuke kelaparan setelah tidur panjangnya.
“Jya aku kedapur buat masak
bentar ya” Ryosuke mengangguk pelan.
Merasa haus ia menengguk habis
segelas air putih yang sudah di siapkan Haruna disebelah ranjangnya. Haruna
sudah menghilang dari balik pintu. Hanya dirinya yang berada di kamar ini
sendirian. Ryosuke mengintip pemandangan diluar melalui jendela kamarnya. Hari
masih gelap, terasa sunyi. Hanya suara samar ombak yang ia dengar. Angin
menerobos masuk melalui celah-celah ventilasi udara kamarnya membuatnya
menggigil. Wajahnya mendadak tegang melihat punggung seseorang di luar jendela.
“Kei , ,
, Keito” Wajah Ryosuke kembali tegang. Seolah mengerti Ryosuke berbicara
padanya, sosok itu menoleh sambil menatap Ryosuke tanpa ekspresi. Tak lama
kemudian sosoknya menghilang. Ryosuke menelan ludahnya pelan, keringat dingin
kembali membanjiri tubuhnya. Ia lalu bangkit dan berjalan keluar dari kamar.
Seperti ada sebuah benang tak kasat mata yang menarik tubuhnya untuk terus
berjalan. Tanpa menggunakan alas kaki, kini kakinya membawanya menuju pantai. Keringat
dingin terus membanjiri tubuhnya.
“Berhenti!!
ku bilang berhenti!!” Rasanya ingin berbalik kembali ke vila. Namun sekuat
tenaga ia berusaha, percuma tubuhnya terus bergerak tak terkendali. Pikirannya
kalut tak karuan. Ia tak ingin kejadian semalam terjadi lagi. Tanpa sadar
tubuhnya sudah berada dalam lautan. Padahal sedari tadi Ryosuke hanya berbaring
diatas pasir.
“ Berhenti,
kumohon.” Ucapnya memelas. Entah ia sedang berbicara pada siapa. Tapi Ryosuke
yakin Keito yang melakukannya. Bukankah ada banyak hal yang tak Ryosuke ketahui
di dunia ini, salah satunya kekuatan gaib. Ia yakin arwah Keito yang menuntun
tubuhnya untuk bergerak. Bukankah musim panas adalah waktu dimana para roh
kembali ke dunia. Roh Keito yang memiliki dendam pada Ryosuke datang untuk
membalaskan semuanya. Entah kenapa Ryosuke mempercayai hal itu.
Pikirannya
lalu menerawang jauh melewati waktu. Memori-memori masa lalunya muncul bergantian
dalam kepalanya. Semua hal yang ia lakukan pada Keito memang terlalu kejam.
Terutama kejadian musim panas tahun lalu, beberapa hari sebelum Keito
meninggal.
flash
back
Matahari
mulai bersembunyi di ufuk barat. Hari mulai
gelap, sekolah sudah sepi. Hanya beberapa siswa yang masih membereskan
ruangan klub mereka. Pria bermata sipit ini baru terbangun dari tidurnya. Sendirian diruang uks, bahkan
perawat sekolah pun sudah pulang. Ia merasa kecewa kenapa ia tidur terlalu
lama. Padahal harusnya ia harus bekerja di konbini
di dekat sekolah. Ia hanya berdoa hari ini bosnya dalam mood yang baik, supaya
tak kena omel karna terlambat.
“argh”
erangnya kesakitan ketika mencoba bangun. Perutnya masih terasa nyeri. Istirahat
siang tadi Ryosuke dan teman-temannya memang kembali memukulinya. Alasannya
benar-benar tak masuk akal, karna Keito lupa mengerjakan tugas biologi Ryosuke.
Padahal bukan kewajiban Keito untuk mengerjakannya. Sudah berulang kali Keito
mencoba berbicara pada Ryosuke baik-baik untuk mengerjakan tugasnya sendiri. Namun
selalu berakhir dengan ia dipukuli babak belur. Rasanya rasa sabarnya sudah
hampir hilang. Ketika Keito merasa seperti itu ia langsung mengingat perkataan
Ibunya.
“Keito,
seburuk apapun orang mempelakukanmu. Hadapilah dengan kesabaran, bukan dengan
kekerasan. Percayalah suatu hari nanti kau akan mendapatkan hadiah hari
kesabaranmu itu.”
Jika
bukan karena nasehat ibunya mungkin Keito sudah memilih keluar dari sekolah
ini, tak kuat dengan perlakuan Ryosuke.
“Keito”
Seseorang memanggilnya, itu Ryosuke. Gawat Keito tak siap jika harus dipukul
lagi. Ia hanya bisa berdoa dalam hati takan ada hal buruk yang terjadi padanya.
Sreekk
Gorden
putih itu terbuka, Ryosuke menemukannya. Pria itu tersenyum padanya, Keito
hanya bisa menatapnya dengan perasaan was-was.
“kenapa
menatapku seperti itu? aku datang untuk minta maaf, nih diminum dulu.” Ucapnya
sambil memberi sekaleng jus jeruk.
“Keito
liburan musim panas nanti ada acara nggak?” Keito menggeleng pelan.
“liburan
sama aku di vila yuk” Keito menatap pria itu tak percaya.
“ma ,
maaf, aku ada kerja sambilan.” Wajah Ryosuke terlihat kecewa.
“ijin
dulu, Cuma 2 hari kok. Nanti aku bantu ngomong ke bosmu deh, itung-itung buat
permintaan maafku. Dou?” ucapnya penuh meyakinkan, wajahnya memelas menatap
Keito.Tanpa bisa berkata apa-apa Keito mengangguk. rasanya tak percaya tiba-tiba
ryosuke baik padanya. Mungkin ini adalah buah dari kesabaran yang selalu ibunya
katakan. Keito berpikir seperti itu.
***
Hari itu
akhirnya tiba. Teriknya sinar matahari langsung
menyambut 4 pria itu begitu keluar
dari mobil. Birunya langit menyatu dengan birunya laut. Pantulan sinar matahari
yang memantul di pasir putih begitu menyilaukan mata. Menikmati musim panas di
tepi pantai adalah impian semua orang. Ryosuke dan kedua temannya Takaki,
Hikaru dan juga Keito. Wajah Keito terlihat senang melihat laut dihadapannya.
Semoga liburannya kali ini menyenangkan. Ia juga bahagia Ryosuke baik
kepadanya.
“waa umi da” ucapnya kegirangan.
Wajah
Ryosuke yang sedari tadi ramah pada Keito berubah terlihat kesal, ia lalu
melemparkan tas ranselnya kearah Keito. Pria itu menangkapnya dengan sigap.
“heyy!!
kau ada disini buat jadi pesuruh paham?!!” perintah Ryosuke dengan wajah
sombongnya.
Brukk
Takaki
dan Hikaru ikut-ikutan melempar tasnya kearah keito. Tak bisa menangkapnya
Keito terjatuh terduduk dipasir.
Pria itu
terdiam cukup lama, tertunduk menatap pasir. Membiarkan Ryosuke dan
kawan-kawannya meninggalkannya. Diambilnya segenggam pasir putih itu, lalu ia
genggam erat-erat. Butiran-butiran pasir itu berlomba jatuh dari telapak
tangannya. Semua hal yang ia khawatirkan selama ini terjadi, Ryosuke hanya
ingin memanfaatkannya seperti biasa. Layaknya butiran-butiran pasir ini yang
jatuh dari telapak tangannya dan terbang terbawa angin. Keito berharap perasaan
negatif dari dalam dirinya juga hilang dari hatinya.
“okasan”
gumamnya pelan. Digenggamnya sebuah cincin perak yang ia gunakan utuk liontin
kalungnya. Berharap mendapatkan kekuatan untuk menjalani hari-harinya penuh
kesabaran.
tsuzuku ~
0 komentar:
Posting Komentar